Indonesia mencatatkan sedikitnya 32 kerja sama bisnis dengan mitra negara Afrika, korporasi maupun lembaga internasional yang mendukung pembangunan Regional Afrika.
Indonesia meneguhkan komitmennya dengan meningkatkan hubungan kerja sama dengan negara-negara Kawasan Afrika. Hal tersebut sebagai wujud dari semangat Dasasila Bandung Konferensi Asia-Afrika 1955 dan hubungan Selatan-Selatan. Terbukti dari hasil Pertemuan Indonesia-Afrika Forum (IAF) ke-2 2024 yang berakhir pada Selasa (3/9/2024) petang.
Dari perhelatan tersebut, Indonesia berhasil mencatatkan sedikitnya 32 kerja sama bisnis dengan mitra negara Afrika, korporasi maupun lembaga internasional yang mendukung pembangunan Regional Afrika. Nilai total komitmen mencapai lebih dari USD3,5 miliar atau setara Rp53,9 triliun (kurs rupiah terhadap USD Rp15.400). Sebelumnya pada IAF ke-1 2018, komitmen yang dicapai sebesar USD586,6 juta (sekitar Rp8,8 triliun). Melonjak enam kali lipat.
Selama dua hari pertemuan IAF ke-2, beberapa pencapaian penting yang disepakati antara lain, penandatanganan empat kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, sembilan sektor bisnis kesehatan, enam sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT), dan 16 kesepakatan bisnis antara UMKM Indonesia dengan perusahaan-perusahaan asal Afrika.
Beberapa pencapaian penting dari IAF antara lain mencakup penandatanganan sejumlah Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dan perjanjian kerja sama strategis, yaitu pengembangan energi panas bumi antara PT PLN dengan TANESCO Tanzania, Master Agreement mengenai kerja sama transfer teknologi kesehatan antara Biofarma dengan Atlantic Lifescience Ghana dan Letter of Intent (LOI) antara PT Dirgantara Indonesia dengan AD Trade yang memfasilitasi pembelian dan perawatan pesawat oleh Kongo dan Senegal.
Seperti diutarakan Direktur Afrika Direktorat Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Dewi Justicia Meidiwaty, Selasa (3/9/2024), di Nusa Dua, Bali, IAF ke-2 ini tidak hanya menjadi ajang perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta untuk meraih potensi kerja sama bisnis, namun juga turut melibatkan pelaku UMKM untuk berkolaborasi bersama. "Ini yang menjadikan forum kali ini bersifat lebih inklusif," ujar Dewi.
Kesepakatan lainnya adalah memorandum of cooperation (MoC) antara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia dan JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk kerja sama pembangunan ke Afrika yang ditandatangani di sela-sela acara IAF ke-2. Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika (Dirjen Aspasaf) Kemlu RI Abdul Kadir Jailani menjelaskan, peningkatan jumlah komitmen kerja sama ini menjadi bukti nyata kuatnya kepercayaan antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.
Perhelatan IAF ke-2 diselenggarakan bersamaan dengan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLM MSP) pada 1-3 September 2024. IAF kali ini merupakan kelanjutan dari hasil IAF ke-1 yang pernah dilakukan pada pada 2018. Dua forum internasional tersebut dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Lima kepala negara Afrika, yakni Presiden Rwanda, Presiden Liberia, Presiden Zimbabwe, Wakil Presiden Zanzibar, dan Perdana Menteri Eswatini, menghadiri HLM MSP dan IAF 2024 ini. Ajang HLM-MSP dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, sementara IAF ke-2 adalah agenda Kementerian Luar Negeri RI.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia siap bermitra dengan semua negara dalam menunaikan komitmen tersebut, terutama dengan kawasan Afrika, utamanya dengan menghubungkan Semangat Bandung dengan Agenda Afrika 2063.
Satu hal, Presiden RI juga menyampaikan kembali perlunya menghidupkan kembali kerja sama Selatan-Selatan, juga kerja sama Utara-Selatan, agar dapat saling melengkapi dalam mengatasi tantangan global dengan lebih baik.
Kolaborasi Energi Terbarukan
Mengusung semangat “Bandung Spirit” dalam IAF ke-2, Indonesia melalui BUMN migas, Pertamina, terus meningkatkan peluang kolaborasi dan mendukung Afrika, dalam rangka meningkatkan posisi kedua belah pihak sebagai “Emerging Market”, khususnya di bidang energi.
“Potensi kerja sama antara Indonesia dan Afrika di sektor energi sangat luas. Dengan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya masing-masing, Indonesia dan Afrika diharapkan dapat membangun kerangka kerja sama energi yang kuat untuk memenuhi kebutuhan energi kedua belah pihak yang terus meningkat dan berkontribusi terhadap tujuan keberlanjutan global,” ungkap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam salah satu forum di IAF ke-2, Senin (2/9/2024).
Pertamina telah melakukan ekspansi di Afrika sejak tahun 2013, atau sebelas tahun yang lalu. Dari sisi bisnis hulu migas Pertamina telah memiliki rekam jejak di beberapa negara Afrika yaitu Algeria, Gabon, Nigeria, Angola, Namibia dan Tanzania.
Sedangkan dari bisnis perkapalan Pertamina telah memiliki tiga leading port di Algeria, Nigeria dan Angola yang mencakup rute Mesir, Algeria, Nigeria, Afrika Selatan, Tanzania, Djibouti dan Gibraltar. Saat ini Pertamina sedang mengejar ekspansi bisnis di Kenya guna mengembangkan blok panas bumi. Mereka sedang mengembangkan potensi dari hulu ke hilir, dimulai dari pengeboran hingga pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Tak hanya itu, di Afrika Selatan, Pertamina dengan kompetensi yang dimiliki juga menawarkan solusi energi terbarukan, melalui proyek pembangkit listrik berbasis gas (gas to power) dengan Guma Africa Group Limited. Dengan begitu, BUMN seperti Pertamina selalu membuka kesempatan berkolaborasi dengan perusahaan Afrika melalui ekosistem terintegrasi dari hulu ke hilir.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari