Indonesia.go.id - Berharap dari Sawit Menuju Net Zero Emission

Berharap dari Sawit Menuju Net Zero Emission

  • Administrator
  • Senin, 30 September 2024 | 08:00 WIB
INDUSTRI
  Industri kelapa sawit terbukti menjadi penghela pertumbuhan perekonomian Indonesia, serta meningkatkan persebaran pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa. ANTARA FOTO/ Wahdi Setiawan
Pada 2023 sektor industri kelapa sawit mencatatkan nilai ekonomi lebih dari Rp750 triliun. Industri sawit berkomitmen mendukung net zero emission pada 2050.

Salah satu pilar penting ekonomi Indonesia adalah kelapa sawit. Pada 2023, nilai ekonomi sektor perkelapasawitan, dari hulu hingga hilir, mencapai lebih dari Rp750 triliun, yang berkontribusi sekitar 3,5% terhadap PDB Nasional.

Industri kelapa sawit terbukti  menjadi penghela pertumbuhan perekonomian Indonesia, serta meningkatkan persebaran pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa. Ke depan peran sawit  dinilai akan semakin kuat, seiring dengan adanya  berbagai upaya hilirisasi dan inovasi pengelolaan biomassa yang berkelanjutan.

Hal tersebut sejalan dengan komitmen global Indonesia dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2050. Merujuk pandangan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang disampaikan dalam berbagai kesempatan: "Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mencapai target net zero emission pada 2050, dan kelapa sawit adalah sektor yang sangat potensial dalam mendukung pencapaian ini melalui hilirisasi dan pemanfaatan biomassa secara berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya berdampak positif pada ekonomi, melainkan pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat juga."

Transformasi Limbah

Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan melakukan pengolahan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah sawit yang semula tidak berharga itu, diubah menjadi sumber daya industri dengan nilai tambah tinggi. Dalam keterangan tertulis pada Rabu (11/9/2024) Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, menyampaikan bahwa pemanfaatan TKKS melalui teknologi enzimatik memungkinkan transformasi limbah ini menjadi bahan baku bernilai tinggi, seperti bioethanol, asam organik, dan berbagai bahan kimia yang dapat mensubstitusi impor.

Teknologi fraksionasi TKKS, yang dikembangkan Kemenperin bersama Institut Teknologi Bandung dan PT Rekayasa Industri dengan pendanaan dari BPDPKS, kini telah mampu memproses 1 ton biomassa per hari di fasilitas pilot plant yang diresmikan pada Agustus 2024. Fasilitas ini menghasilkan glukosa, xylosa, dan lignin, yang memiliki aplikasi luas, mulai dari pakan ternak hingga industri biokomposit dan biofuel.

"Inovasi ini mendukung visi kita untuk menjadikan industri kelapa sawit lebih ramah lingkungan dan efisien, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Putu.

Hilirisasi dan NZE

Hilirisasi industri kelapa sawit tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, melainkan juga memperkuat komitmen Indonesia terhadap pengurangan emisi karbon. Dengan mengolah limbah menjadi produk yang berguna, industri kelapa sawit dapat meminimalkan jejak karbonnya.

Inovasi dalam pengelolaan biomassa itu sejalan dengan roadmap Sawit Indonesia Emas 2045, sebuah peta jalan yang disusun Kemenperin untuk mendorong keberlanjutan industri sawit hingga 2045. Peta jalan tersebut bertujuan untuk menciptakan industri kelapa sawit yang tidak hanya produktif, melainkan juga hijau dan berkelanjutan. Sehingga, kelak mampu berkontribusi dalam pencapaian target emisi nol bersih di 2050.

Roadmap itu juga mencakup pengembangan teknologi ramah lingkungan serta inovasi untuk memanfaatkan seluruh bagian tanaman kelapa sawit, termasuk biomassa, dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan produk kimia konvensional. Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari 50 juta ton per tahun, Indonesia punya peran penting sebagai pimpinan pasar industri kelapa sawit, termasuk pasar global yang terus mendesak produk  ramah lingkungan.

Hal itu bisa diwujudkan melalui inovasi hilirisasi yang berkelanjutan. Langkah tersebut tak hanya untuk ekspor, produk hasil hilirisasi kelapa sawit, seperti bioethanol dan bioplastik, juga memiliki pasar domestik yang besar. "Kami berharap dengan adanya hilirisasi, kita dapat mengurangi impor bahan bakar dan produk kimia, serta meningkatkan kemandirian industri nasional," ungkap Putu.

Industri Berkelanjutan

Dengan berbagai inovasi yang sedang dijalankan, industri kelapa sawit Indonesia semakin siap untuk menjadi bagian dari solusi global dalam mengatasi perubahan iklim. Pengelolaan biomassa dan hilirisasi tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi petani dan pelaku industri, melainkan juga mendukung pencapaian target nasional dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.

Pemerintah juga terus memperkuat regulasi terkait keberlanjutan sektor kelapa sawit. Untuk itu, diwakili Kemenko Perekonomian, pemerintah terus berupaya memastikan bahwa industri kelapa sawit dapat terus berkembang dengan mematuhi standar lingkungan yang ketat.

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/TR