Indonesia.go.id - Agar Tetap Bertumbuh di Tengah Tantangan dan Inovasi

Agar Tetap Bertumbuh di Tengah Tantangan dan Inovasi

  • Administrator
  • Selasa, 22 Oktober 2024 | 10:22 WIB
INDUSTRI KEMASAN
  Industri kemasan, sejauh ini memiliki kaitan erat dengan berbagai sektor manufaktur, terutama makanan dan minuman. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, nilai produksi industri kemasan mencapai Rp87,6 triliun, terus berkembang dan meningkat menjadi Rp93,2 triliun di 2023. ANTARA FOTO
BPS mencatat, nilai produksi industri kemasan mencapai Rp87,6 triliun (tahun 2022), meningkat menjadi Rp93,2 triliun di 2023.

Di tengah hiruk pikuk kemeriahan pameran industri di Jakarta, Rabu (9/10/2024), deretan mesin pengemasan modern berdiri gagah. Selain wujudnya yang tampak menarik, hasil produk kemasan tersebut terlihat  inovatif dengan desain estetis dan bahan ramah lingkungan. Perhatian pengunjung pun mengarah ke sana.

Kilauan teknologi kemasan tersebut, seolah menjadi tanda bahwa industri kemasan Indonesia tengah menapaki peluang pertumbuhan yang besar. Hal itu terjadi seiring dengan perubahan tren konsumen yang semakin membutuhkan produk berkualitas tinggi, aman, dan mudah diakses.

Produk kemasan berasal dari berbagai macam bahan, seperti kertas, karton, papan, rigid plastics, flexible plastics, gelas, dan logam. Saat ini, jenis kemasan yang paling mendominasi industri kemasan secara global adalah kemasan flexible plastics sebesar 44 persen, kemudian paperboard (28%), dan kemasan rigid plastic (14%).

 

Mengikuti Tren

Industri kemasan, sejauh ini memiliki  kaitan erat dengan berbagai sektor manufaktur, terutama makanan dan minuman. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, nilai produksi industri kemasan mencapai Rp87,6 triliun, terus berkembang dan meningkat menjadi Rp93,2 triliun di 2023.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan bahwa angka ini akan terus bertumbuh hingga mencapai Rp100 triliun pada akhir 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat, kemajuan teknologi pengemasan, dan pertumbuhan industri farmasi serta e-commerce yang pesat.

Salah satu pendorong utama perkembangan industri kemasan RI adalah adopsi teknologi pengemasan dan pencetakan yang semakin canggih. Selain itu, yang utama adalah semakin meningkatnya permintaan produk yang serba cepat dan siap saji, di mana kemasan memainkan peran penting dalam menjaga kualitas serta keamanan produk hingga sampai ke tangan konsumen.

Di sisi lain, teknologi modern memungkinkan produsen untuk menciptakan kemasan yang tidak hanya berfungsi melindungi. Melainkan juga, menarik dari segi estetika, serta ramah lingkungan. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam pameran ALLPack Indonesia 2024 (9--12 Oktober 2024) di Jakarta, menjelaskan, industri kemasan semakin krusial seiring perubahan pola perilaku konsumen.

“Konsumen kini lebih memilih produk yang dikemas dengan baik, aman dari kontaminasi, dan tahan lama. Ini merupakan peluang besar bagi industri kemasan di Indonesia untuk terus berinovasi,” ujar Putu.

Di ajang pameran tersebut, terkuak data, sebanyak 70 persen produk kertas kemasan yang digunakan oleh industri makanan dan minuman sudah memiliki sertifikasi food grade. “Hal ini menjadi peluang untuk produk kertas kemasan containerboard dan boxboard yang digunakan pada produk pangan tersebut,” kata Dirjen Putu.

Selain itu, ini juga menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan produk yang dikonsumsi masyarakat. Kemasan yang baik bukan hanya melindungi produk, melainkan menjaga reputasi merek, meningkatkan daya tarik konsumen, dan pada akhirnya meningkatkan penjualan. 

 

Ramah lingkungan

Meski prospeknya cerah, industri kemasan Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, penyerapan kertas dalam negeri yang belum optimal. Hal ini terjadi karena penjualan mesin pengemasan sering kali dikombinasikan dengan penjualan bahan baku kertas dalam bentuk paket bundling. Hal itu membuat pasar dalam negeri tidak sepenuhnya terserap oleh produsen lokal.

Namun, Kemenperin terus mendorong agar produsen mesin pengemasan dapat melakukan investasi dan transfer teknologi ke dalam negeri. Harapannya, Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumen produk kemasan global, melainkan juga menjadi pusat produksi yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

“Kolaborasi antara produsen kemasan, mesin pengemasan, dan industri manufaktur lainnya menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja industri ini. Dengan sinergi yang kuat, kita dapat menghasilkan produk-produk yang memenuhi kebutuhan pasar domestik dan juga siap bersaing di pasar global,” ungkap Putu.

Di sisi lain, isu keberlanjutan semakin mendapat perhatian dalam industri kemasan. Pemerintah melalui Kemenperin mendorong para pelaku industri untuk beralih ke kemasan ramah lingkungan, sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. Inovasi dalam menciptakan kemasan yang bisa didaur ulang, mudah terurai, atau menggunakan bahan baku terbarukan menjadi fokus utama untuk memastikan industri ini terus berkembang tanpa merusak lingkungan.

Bahkan, permintaan terhadap kemasan ramah lingkungan semakin meningkat, seiring dengan kesadaran konsumen akan pentingnya menjaga bumi. Hal ini menjadi momentum penting bagi produsen kemasan untuk berinovasi. Jadi bukan hanya dari sisi teknologi, melainkan juga dalam hal keberlanjutan. Sehingga, inovasi dalam bentuk pengemasan yang dapat didaur ulang atau menggunakan material biodegradable pun menjadi tren yang tidak dapat diabaikan.

Putu Juli Ardika menambahkan, industri kemasan ramah lingkungan adalah masa depan. “Industri harus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Pengemasan yang sustainable dan inovatif akan menentukan bagaimana pasar akan menerima produk-produk kita di masa depan,” tegasnya.

 

Momentum Emas

Dengan perkembangan e-commerce dan meningkatnya jumlah startup di bidang produk konsumen cepat saji (fast moving consumer goods/FMCG), industri kemasan Indonesia diprediksi akan terus berkembang. Konsumen modern menginginkan kenyamanan dan kecepatan, dan kemasan berperan penting dalam memenuhi ekspektasi ini.

Pameran ALLPack Indonesia dan ALLPrint Indonesia 2024 yang digelar di Jakarta selama empat hari (9--12 Oktober 2024) menjadi ajang penting bagi para pelaku industri kemasan untuk memperkenalkan inovasi dan teknologi terbaru. Dalam acara ini, berbagai peluang bisnis baru tercipta, mulai dari kerja sama lintas sektor hingga penerapan teknologi pengemasan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dengan semua peluang yang ada, industri kemasan Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Tidak hanya bergantung pada teknologi dan inovasi, keberhasilan sektor ini juga berpulang pada kemampuan semua pelaku industri untuk bersinergi dan beradaptasi dengan perubahan. Pemerintah optimistis, dengan langkah-langkah strategis yang telah diambil, industri kemasan akan terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

 


Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf