Indonesia.go.id - Hari AIDS Sedunia 2024: Hak Setara Untuk Semua

Hari AIDS Sedunia 2024: Hak Setara Untuk Semua

  • Administrator
  • Kamis, 12 Desember 2024 | 10:22 WIB
KESEHATAN
  Persentase kasus HIV tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok umur 25 tahun hingga 49 tahun (64 persen) diikuti rentang 20-24 tahun (18,1 persen). Persentase penemuan kasus HIV pada laki-laki sebesar 71 persen . Dari angka-angka itu, pemerintah mengajak masyarakat agar peduli dan waspada pada peningkatan yang beresiko itu. ANTARA FOTO
Pemerintah memprioritaskan inovasi seperti skrining mandiri, terapi pemberian obat antiretroviral dan tes HIV di hari yang sama (Sameday ART), dan integrasi layanan berbasis komunitas guna mendukung program global Akhiri AIDS di 2030.

Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember sebagai bentuk peningkatan kesadaran masyarakat internasional guna mendorong pencegahan, pengobatan, dan perawatan penderitanya. Penyakit AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang masuk tubuh manusia dan mampu melemahkan bahkan merusak sel darah putih serta sistem kekebalan tubuh. 

Itu dapat terjadi karena HIV menyerang sel kluster diferensiasi (CD) 4, yaitu jenis sel darah putih yang berperan sangat penting bagi sistem imunitas atau kekebalan tubuh manusia terutama dari serangan virus maupun bakteri. Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

Virus HIV pertama kali diisolasi oleh Dr. Françoise Barré-Sinoussi dan Dr. Luc Montagnier pada tahun 1983 di Institut Pasteur. Pada November 1987 tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan pertama untuk menilai situasi AIDS global dan memulai pengawasan internasional. Ketika itu komunitas kesehatan global mulai menyadari bahwa HIV juga dapat menyebar di antara orang-orang heteroseksual melalui transfusi darah. Termasuk ibu yang terinfeksi dapat menularkan HIV kepada bayinya.

Dua anggota WHO yakni James Bunn dan Thomas Netter yang tergabung di Program Khusus AIDS bentukan WHO pada 1987 adalah pencetus Hari AIDS Sedunia 1 Desember 1988 atau 36 tahun silam. Keduanya menggagas hal tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV dengan memobilisasi masyarakat di seluruh dunia agar bersama-sama bergerak menunjukkan kepedulian terhadap penyakit menular tersebut. 

Awalnya sasaran kampanye kepedulian ini berfokus kepada anak-anak dan remaja, namun berkembang menjadi upaya perlindungan akan bahaya HIV/AIDS bagi anggota keluarga disamping kepada kelompok rentan seperti pekerja seks dan pengguna narkotika dengan jarum suntik. Memasuki tahun ke-36 peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2024, WHO seperti dilansir dari website resminya mengajak kepada para pemimpin dan masyarakat di seluruh dunia untuk memperjuangkan hak atas kesehatan.

Ini dilakukan dengan mengatasi ketidaksetaraan yang menghambat kemajuan dalam memerangi HIV/AIDS. Hari AIDS Sedunia 2024 mengusung tema Take The Rights Path atau Hak Setara Untuk Semua. Melalui tema tadi WHO juga ingin memastikan bahwa setiap orang memiliki hak atas layanan kesehatan dalam memerangi HIV/AIDS. Karena dengan mengutamakan hak asasi manusia (HAM), dunia diyakini dapat mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan manusia pada 2030 mendatang.

Direktur Eksekutif Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS), Winnie Byanyima mengutip laporan lembaga yang dipimpinnya mengungkapkan, sekitar 39,9 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV pada 2023, atau meningkat 900.000 orang dibandingkan pada 2022. Meski ada kemajuan dalam pengobatan, 9,3 juta orang masih tidak memiliki akses terhadap perawatan yang dapat menyelamatkan jiwa. 

Sebanyak 28 negara mengalami peningkatan jumlah infeksi baru HIV. Penyakit AIDS juga telah merenggut 630.000 nyawa pada 2023 dan 1,3 juta orang di seluruh dunia merupakan penderita baru HIV. Tahun 2023 lalu, sebanyak 570 wanita muda dan anak perempuan berusia 15 hingga 24 tahun terinfeksi HIV setiap harinya. Perempuan dalam kelompok usia ini di 22 negara Afrika bagian timur dan selatan memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk hidup dengan HIV dibandingkan laki-laki. 

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Berdasar data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Kementerian Kesehatan RI disebutkan bahwa sepanjang 2023 ada sebanyak 57.299 orang dengan HIV (ODHIV) dari 6.142.136 orang yang dites HIV. Persentase kasus HIV tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok umur 25 tahun hingga 49 tahun (64 persen) diikuti rentang 20-24 tahun (18,1 persen). Persentase penemuan kasus HIV pada laki-laki sebesar 71 persen dan 29 persen lainnya pada perempuan. 

Selain itu, dalam rentang Januari--Desember 2023, ditemukan sebanyak 17.121 orang terinfeksi AIDS. Sedangkan pada rentang usia 30-39 tahun menjadi kelompok dengan persentase AIDS tertinggi yakni 49 persen, disusul 20-29 tahun (39,2 persen) dan kelompok umur 40-49 tahun (30,7 persen). Kemudian tercatat ada 5 provinsi dengan kasus AIDS tertinggi sepanjang 2023 meliputi Jawa Barat (2.575 kasus), Jawa Timur (2.434 kasus), Jawa Tengah (2.008 kasus), Bali (1.680 kasus), dan DKI Jakarta (1.229 kasus).   

Selain itu, jumlah kasus HIV dalam periode 2005--2023 cenderung meningkat setiap tahunnya dengan kumulatif hingga Desember 2023 mencapai 566.707 kasus, tertinggi terjadi pada 2023 (57.299 ODHIV). Terdapat pula 5 provinsi dengan kasus HIV terbanyak pada periode 2005--2023 meliputi Jawa Timur (86.947 kasus), diikuti DKI Jakarta (86.180 kasus), Jawa Barat (67.851 kasus), Jawa Tengah (54.461 kasus), dan Papua dengan 46.096 kasus. 

Jumlah penderita AIDS yang dilaporkan cenderung naik pada periode 1987 hingga Desember 2023 yakni sebanyak 162.512 orang. Sebanyak 5 provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak yakni Papua (25.846 kasus), Jawa Timur (24.776 kasus), Jawa Tengah (17.722 kasus), DKI Jakarta (12.616 kasus), dan Bali (12.083 kasus). 

Kelompok umur dengan presentase kasus AIDS tertinggi ada pada 30--39 tahun (31,3 persen), diikuti kelompok 20--29 tahun (31,0 persen), dan 40--49 tahun (15,2 persen). Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 62 persen dan perempuan 32 persen serta sebanyak 6 persen tidak melaporkan jenis kelamin. Tenaga non-profesional seperti karyawan dan ibu rumah tangga menjadi penderita AIDS dengan jumlah tertinggi, masing-masing 26.298 dan 21.454.

Berkaca pada angka-angka tersebut di atas, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menjadikan momentum Hari AIDS Sedunia 2024 sebagai pengingat yang penting untuk sejumlah hal terkait penanganan. Salah satunya pemeriksaan rutin untuk mengetahui penyakit-penyakit lain yang menyertai, yang terbanyak adalah tuberkulosis (TB). 

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menyebutkan TB menjadi penyakit yang mematikan bagi ODHIV karena HIV melemahkan sistem imunitas seseorang. Hal itu membuat bakteri TB, yakni Mycobacterium tuberculosis yang semula tidak aktif menjadi aktif. "Tuberkulosis pada pasien HIV ini adalah salah satu yang membuat pasien HIV bisa meninggal," kata Dante seperti dikutip dari Antara, Jumat (29/11/2024).

Sinergi Lintas Sektor

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, MARS, menegaskan bahwa Hari AIDS Sedunia 2024 dijadikan momentum untuk memperkuat sinergi lintas sektor demi mendukung program global Akhiri AIDS di 2030. Targetnya adalah 95 persen ODHIV terdiagnosa, 95 persen ODHIV mengikuti pengobatan, dan 95 persen ODHIV yang mengikuti pengobatan virusnya tersupresi pada 2030.

Karena itu menurut Yudhi, Kemenkes memprioritaskan inovasi seperti skrining mandiri, terapi pemberian obat antiretroviral (ARV) dan tes HIV di hari yang sama (Sameday ART), dan integrasi layanan berbasis komunitas. “Penting bagi kita untuk membangun pendekatan berbasis hak yang menghapus stigma dan diskriminasi. Semua orang berhak atas layanan kesehatan yang setara,” katanya.

Sementara itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Ina Agustina Isturini mengatakan, Kemenkes akan meningkatkan edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS guna menekan prevalensi pada anak muda. Misalnya edukasi mengenai kesehatan reproduksi bagi anak muda lantaran prevalensi HIV pada remaja dan dewasa muda, yaitu usia 15-24 tahun pada 2023, meningkat di beberapa negara dibandingkan 2019.   

Tentunya untuk mencapai target-target tadi agar program Akhiri AIDS di 2030 perlu adanya komitmen dukungan dan kolaborasi bersama dari berbagai pemangku kepentingan agar bergerak seirama dalam mewujudkannya. Selamat Hari AIDS Sedunia 2024, Hak Setara Untuk Semua!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf