Indonesia.go.id - Gemilang di Triwulan III-2024

Gemilang di Triwulan III-2024

  • Administrator
  • Jumat, 3 Januari 2025 | 11:28 WIB
IKFT
  Badan Pusat Statistik (BPS) memcatat pertumbuhan pada triwulan III-2024 sektor IKFT berhasil melesat 4,2 persen secara kumulatif. Dipengaruhi oleh bersinarnya industri tekstil di akhir tahun. ANTARA FOTO/ Ahmad Subaidi
Triwulan III-2024, sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) melesat dengan pertumbuhan 4,2 persen secara kumulatif.

Saat langkah kaki Anda menelusuri pasar tekstil, semisal di Tanah Abang, Jakarta, bayangkan bahwa Anda tengah menyentuh salah satu sektor yang menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia! Itulahlah sektor yang terus tumbuh secara efektif dalam beberapa tahun terakhir. Sektor yang dimaksud adalah industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT).

Sebagaimana data terbaru yang disodorkan Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan III-2024 sektor IKFT berhasil melesat dengan pertumbuhan 4,2 persen secara kumulatif. Angka ini adalah cerminan kekuatan sektor yang tetap berdiri teguh di tengah badai tantangan global.

Merujuk penjelasan Plt Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita dalam sebuah konferensi bertajuk “Outlook Sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Tahun 2025” di Yogyakarta, Selasa (17/12/2024), disebutkan bahwa sektor IKFT memberikan kontribusi sebesar 22,46 persen terhadap industri pengolahan nonmigas dan 3,87 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Pernyataan Reni mempertegas peran sektor IKFT sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Yang lebih menarik untuk dicermati adalah adanya lonjakan subsektor kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, yang mencatat pertumbuhan spektakuler sebesar 10,15 persen di triwulan III-2024. Padahal, di triwulan sebelumnya, sektor ini hanya tumbuh 1,93 persen. Seolah berlari mengejar ketertinggalan, industri ini menjadi simbol optimisme di tengah tantangan ekonomi global.

Subsektor lainnya yang juga mencatatkan pertumbuhan positif, yakni industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh sebesar 7,43 persen pada triwulan III-2024 (YoY). Meningkat dibandingkan periode triwulan I-2024 (2,64 persen), triwulan II-2024 (-0,03 persen), dan triwulan III-2023 (-2,96 persen).

Selanjutnya, industri karet, barang dari karet dan plastik, juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,46 persen pada triwulan III-2024. Pertumbuhan ini melampaui capaian pada triwulan I-2024 (-5,24 persen), triwulan II-2024 (2,13 persen), dan triwulan III-2023 (-4,34 persen).

Sementara itu, industri kimia, farmasi dan obat tradisional turut mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,08 persen pada triwulan III-2024.

 

Menuju Indonesia Emas

Dengan mengusung visi Indonesia Emas, Kemenperin menargetkan sektor IKFT tumbuh hingga 6,59 persen pada 2025 dan mencapai 7,59 persen pada 2029. Subsektor yang diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan sektor IKFT, antara lain industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dengan target pertumbuhan sebesar 7,98--9,33 persen, serta industri barang galian bukan logam dengan target pertumbuhan 8,36--8,74 persen.

Kontribusi sektor IKFT terhadap PDB nasional juga ditargetkan dari 3,62 persen pada 2025 menjadi 3,86 persen di 2029. Subsektor yang diharapkan menjadi pendorong kontribusi tersebut antara lain industri kimia, farmasi dan obat tradisional dengan target kontribusi sebesar 1,44--1,62 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi dengan kontribusi 1,07--1,09 persen.

Dalam upaya mewujudkan visi besar tersebut, Kemenperin mengandalkan  program hilirisasi, restrukturisasi mesin, dan implementasi industri 4.0, sebagai senjata utama. Salah satu langkah strategis yang tengah didorong adalah pengembangan kawasan industri petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat, dan Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Upaya itu bukan hanya menciptakan lapangan kerja, melainkan juga menyiapkan Indonesia menjadi pemain utama di pasar global.

Keberlanjutan IKFT

Meski mencatat kinerja gemilang, sektor IKFT masih dihadapkan pada tantangan seperti ketidakstabilan politik global dan serbuan produk impor. Reni Yanita menekankan pentingnya regulasi proindustri untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. “Perlunya kebijakan harga gas bumi tertentu dan pengendalian impor menjadi langkah krusial untuk memperkuat daya saing industri dalam negeri,” ujarnya.

Melalui pendekatan dekarbonisasi dan ekonomi sirkular, sektor IKFT juga tengah bertransformasi ke arah keberlanjutan. Pemanfaatan limbah plastik menjadi bahan baku baru atau pengolahan limbah tekstil menjadi produk bernilai tambah adalah beberapa inovasi yang mulai diimplementasikan. Tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, program itu juga membuka peluang baru bagi industri.

Dengan semua langkah strategis yang telah dirancang, sektor IKFT diharapkan menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Di tengah tantangan global, sektor ini terus menjadi simbol ketangguhan Indonesia.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: RatnaNuraini/Taofiq Rauf