Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.
Saatnya menjaga diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan gaya hidup sehat. Beberapa bulan terakhir mulai terjadi peningkatan kasus penyakit menular di wilayah Asia.
Seperti diketahui, wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di Tiongkok telah menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. Virus ini menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan di wilayah Tiongkok bagian utara.
Seperti dilaporkan Channel NewsAsia, Selasa (07/01/2025), sejauh ini Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China (CDC) memang melaporkan ada peningkatan kasus infeksi pernapasan antara 23-29 Desember 2024 lalu, termasuk virus HMPV.
Sejak akhir Desember lalu, Tiongkok juga mengumumkan bahwa pihaknya tengah menguji coba sistem pemantauan untuk meneliti kasus virus HMPV ini. Saat itu, otoritas kesehatan Tiongkok menyebut penyakit ini "pneumonia yang asal belum diketahui."
Sistem pemantauan itu termasuk menetapkan protokol bagi laboratorium dan lembaga pengendalian penyakit untuk memverifikasi dan menangani kasus-kasus tersebut.
Menurut statistik mingguan terbaru dari CDC yang dirilis pada 2 Januari lalu, kasus HMPV naik 0,1 poin persentase dibandingkan minggu sebelumnya menjadi 6,2 persen. Meski demikian, Tiongkok belum merilis jumlah pasti dan total kasus HMPV yang terdeteksi sampai saat ini.
Adapun negeri jiran Malaysia dan Singapura juga telah menemukan kasus penyakit sejenis dan mulai memperketat protokol kesehatan bagi kedatangan di Bandara dan Pelabuhan mereka.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini.
Pemerintah Indonesia juga terus memantau perkembangan situasi wabah HMPV di Tiongkok dan negara-negara lain. Langkah antisipasi dilakukan melalui peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara, termasuk pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).
HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.
Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.
Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.
Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik, karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.
“HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes di Jakarta, Senin (06/01/2025) seperti dilansir dari laman Kemenkes RI.
Lebih lanjut, Menkes menjelaskan, virus HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Menurutnya, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.
“Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujar Menkes.
Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Tiongkok, Menkes menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Tiongkok sering terjadi saat musim dingin.
Karena itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakai masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan.
Waspada Flu Burung
Kemenkes RI bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor PM.03.01/C/28/2025 sebagai respons atas laporan peningkatan kasus flu burung (Avian Influenza) di beberapa negara. Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran flu burung, termasuk memastikan kesiapsiagaan semua pihak terkait.
Indonesia hingga kini masih merupakan daerah endemis flu burung pada unggas, dengan virus jenis Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) yang terus bersirkulasi. Laporan dari WHO, Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organization for Animal Health (WOAH) pada Desember 2024 juga mencatat peningkatan kasus flu burung pada mamalia di berbagai negara.
Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, menegaskan bahwa meskipun risiko flu burung terhadap kesehatan manusia secara global saat ini dinilai rendah, langkah antisipasi tetap diperlukan. “Kita harus terus waspada terhadap potensi penyebaran flu burung. Langkah pencegahan yang dilakukan sejak dini adalah kunci untuk melindungi masyarakat,” ujarnya.
Surat Edaran ini memberikan panduan strategis kepada para pihak yang menjadi tujuan surat. Langkah-langkah antisipasi tersebut meliputi penguatan sistem surveilans untuk memantau kasus, peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan dan laboratorium untuk deteksi dini, serta kolaborasi lintas sektor menggunakan pendekatan One Health.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Taofiq/Rauf