IDXCarbon telah menunjukkan perkembangan pesat sejak peluncurannya pada 2023, dan perdagangan internasional ini menjadi bukti kesiapan Indonesia dalam memimpin pasar karbon dunia.
Suasana Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 20 Januari 2025, terasa berbeda. Para pemimpin dari berbagai sektor, mulai dari pejabat pemerintahan hingga perwakilan negara sahabat, berkumpul dengan satu tujuan: meresmikan langkah monumental Indonesia dalam perdagangan karbon internasional. Dalam sejarah penyelenggaraan perdagangan karbon di Tanah Air, momen ini adalah titik puncak yang menjadi penanda kesiapan Indonesia bersaing di pasar karbon global.
Acara ini diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq bersama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan sejumlah pejabat penting lainnya. Kehadiran para tokoh tersebut tidak hanya menunjukkan komitmen Indonesia terhadap lingkungan, tetapi juga menegaskan bahwa perdagangan karbon kini menjadi bagian penting dari upaya percepatan pembangunan berkelanjutan.
IDXCarbon, platform yang dirancang khusus untuk perdagangan karbon, menjadi tulang punggung penyelenggaraan ini. Sejak peluncurannya pada September 2023, IDXCarbon telah menunjukkan perkembangan pesat. Dari hanya 16 pengguna awal, kini partisipan yang terdaftar telah mencapai 100 pada akhir 2024. Capaian luar biasa lainnya adalah keberhasilan memperdagangkan satu juta ton unit karbon secara kumulatif dalam waktu singkat.
“IDXCarbon mengintegrasikan praktik terbaik dunia dari pasar kuota emisi dan pasar kredit karbon dalam satu sistem yang solid dan andal,” ujar Direktur Utama BEI, Iman Rachman. “Hari ini, kita tidak hanya meresmikan perdagangan karbon internasional, tetapi juga menunjukkan kesiapan Indonesia untuk memimpin dalam ekosistem karbon global.”
Komitmen Indonesia Pasca-COP 29
Langkah besar ini tidak lepas dari komitmen Indonesia setelah pertemuan COP 29, di mana negara ini menegaskan dukungannya terhadap implementasi Artikel 6 Perjanjian Paris. Perdagangan karbon internasional ini juga menjadi upaya untuk mengakselerasi pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) kedua yang akan disampaikan pada Februari 2025.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menekankan pentingnya elemen-elemen dalam ekosistem karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil. “Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) yang dihasilkan oleh Indonesia telah dipastikan memiliki integritas tinggi,” ujarnya. Sistem Registri Nasional (SRN), Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV), serta otorisasi perdagangan karbon luar negeri menjadi fondasi utama untuk memastikan bahwa perdagangan ini berjalan tanpa celah bagi potensi double accounting, double payment, maupun double claim.
Perdagangan karbon bukan sekadar transaksi ekonomi. Ini adalah aksi kolektif yang melibatkan banyak pihak: negara, sektor swasta, institusi keuangan, hingga organisasi filantropi. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyebutkan bahwa “Perdagangan karbon ini mencerminkan solidaritas global untuk memitigasi perubahan iklim. Kolaborasi menjadi kunci keberhasilannya.”
Pada perdagangan perdananya, Indonesia telah mengotorisasi 1.780.000 ton CO2e dari sektor energi, meliputi proyek-proyek seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro Gunung Wugul hingga Konversi dari Single Cycle menjadi Combined Cycle di PLTGU Grati Blok 2. Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berbicara soal komitmen, tetapi telah mengambil langkah konkret.
Masa Depan yang Cerah
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar pun mengapresiasi kerja cepat dan sinergi antara kementerian dan lembaga terkait. Ia juga memuji kepemimpinan pemerintah Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang dalam tiga bulan berhasil membuka potensi besar perdagangan karbon untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami menyambut gembira dan selamat atas pencapaian ini. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan nasional,” ujar Mahendra.
Para stakeholder yang hadir, termasuk perwakilan negara sahabat dan dunia usaha, sepakat bahwa perdagangan karbon ini adalah peluang besar bagi Indonesia. Dengan sistem yang transparan dan berintegritas, IDXCarbon diyakini mampu menjadi benchmark untuk pasar karbon di kawasan Asia dan dunia.
Dengan segala pencapaian ini, Indonesia telah menunjukkan bahwa pasar karbon bukan sekadar peluang, melainkan kebutuhan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Peresmian perdagangan internasional perdana unit karbon ini bukan hanya babak baru bagi Indonesia, tetapi juga kontribusi nyata dalam perjuangan global melawan perubahan iklim.
Ke depan, harapan besar tertuju pada IDXCarbon sebagai platform yang mampu menjembatani kepentingan lokal dan global dalam ekosistem karbon. Karena pada akhirnya, keberhasilan perdagangan karbon ini adalah keberhasilan bersama, di mana semua pihak bergerak selaras demi planet yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Penulis: Ismadi Amrin
Redaktur: Taofiq Rauf