Indonesia.go.id - Mengenali Profil Jajaran "The Dream Team" Danantara

Mengenali Profil Jajaran "The Dream Team" Danantara

  • Administrator
  • Minggu, 30 Maret 2025 | 03:18 WIB
LEMBAGA PENGELOLAAN INVESTASI
  CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani (tengah) bersama Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Patria Sjahrir (kiri) dan Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria (kanan) memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat dengan Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/3/2025). ANTARA FOTO/ Hafidz Mubarak
Lembaga ini merupakan gabungan dari para tokoh keuangan dunia, unsur pemerintah, mantan presiden, para profesional berlatar belakang keuangan, hukum, korporasi dengan rekam jejak di perusahaan kelas dunia maupun mantan eksekutif BUMN dan kementerian keuangan.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) diharapkan menjadi "game changer" bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia agar melompat dari 5 persen hingga 8 persen. Tanpa itu, sulit melihat capaian Indonesia Emas di 2045.

Presiden Prabowo Subianto sendiri yang memberi nama lembaga investasi ini "Daya Anagata Nusantara".  Dari namanya lembaga itu dapat diartikan sebagai kekuatan investasi yang berfokus pada masa depan Indonesia, dengan tujuan untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi seluruh bangsa Indonesia, baik di sektor ekonomi, infrastruktur, maupun pembangunan sosial lainnya.

Danantara berfokus pada pengelolaan dana investasi dalam bentuk dana abadi negara (sovereign wealth fund) yang akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, serta investasi strategis di sektor-sektor penting seperti energi terbarukan, teknologi, dan industri lainnya.

Sementara ini, Danantara menjadi super holding bagi tujuh BUMN dan lembaga investasi beraset besar, yakni BRI, Mandiri, BNI, PT Telkom, PT Pertamina, PT PLN, Mind ID, Lembaga Pembiayaan Indonesia atau Indonesia Investment Authority (INA). Total aset mereka bakal berkisar Rp14 ribu triliun lebih. Secara bertahap seluruh BUMN akan dikelola Danantara.

Semenjak dikukuhkan oleh Presiden para jajaran eksekutif utama Danantara sebulan lalu, kini Badan Pengelola Investasi Danantara resmi mengumumkan struktur lengkap kepengurusan mereka di Jakarta, Senin (24/3/2025).

Chief Executive Officer (CEO) Rosan Roeslani mengatakan saat menyusun struktur Danantara dibantu oleh head hunter dari dalam dan luar negeri. “Dalam pemilihan nama ini, kami interview untuk pastikan tim yang ada saat ini, tidak hanya expert, tapi punya hati yang sama, yaitu pengabdian kepada negara dan bangsa,” katanya dalam jumpa pers Meet The Team Danantara.

Diakui  oleh Rosan Roeslani bahwa pencarian pengurus Danantara yang memiliki kompetensi dan rekam jejak yang baik di dunia investasi dan keuangan tidaklah  mudah.

Boleh dibilang struktur BPI Danantara ini adalah "Dream Team". Lembaga itu merupakan gabungan dari para tokoh keuangan dunia, unsur pemerintah, mantan presiden, para profesional berlatar belakang keuangan, hukum, korporasi dengan rekam jejak di perusahaan kelas dunia maupun mantan eksekutif BUMN dan kementerian keuangan.

Sebut saja nama-nama tokoh asing sebagai Dewan Penasihat Danantara. Beberapa tokoh itu adalah Ray Dalio yang merupakan investor asal Amerika Serikat, Thaksin Sinawatra yang merupakan mantan Perdana Menteri Thailand, Jeffrey David Sachs yang merupakan seorang ekonom dan analis kebijakan publik asal Amerika Serikat serta F Chapman Taylor yang merupakan seorang Manajer Portofolio Ekuitas di Capital Group.

Ray Dalio adalah pendiri Brigdewater Associates, hegde fund terbesar di dunia dengan aset kelolaan USD124 miliar (kurang lebih Rp1.984 triliun). Ia juga merupakan penasihat ekonomi Presiden Prabowo.

Adapun, Jeffrey Sachs merupakan ekonom Harvard University dan menjadi penasihat ekonomi Indonesia pasca-krisis 1998, dan aktif mendorong pertumbuhan berkelanjutan serta kerja sama dengan pemerintah dan universitas.

Yang menarik adalah munculnya Helman Sitohang, satu-satunya anak bangsa dalam jajaran Dewan Pengawas Dananetara. Bankir senior ini sudah malang melintang di dunia perbankan Eropa dan Asia Pasifik seperti CEO Credit Suisse Asia Pasifik, eksekutif di Deutsche Bank dan ING Barrings. Ia berkontribusi dalam transaksi lebih dari USD200 miliar, termasuk penggalang dana serta mengelola merger dan akuisisi selama lebih dari 20 tahun.

Thaksin Sinawatra saat memimpin Thailand (2001–2006) yang mendorong kebijakan pro-rakyat dan PDB Negeri Gajah Putih di bawah pemerintahannya,melonjak dari 4,9 triliun baht menjadi 7,1 triliun baht dalam kurun waktu lima tahun. Sebelumnya mantan Perdana Menteri Inggris Sir Tony Blair sempat didaulat untuk menjadi penasihat Danantara, tapi saat pengumuman Senin (25/3/2025), namanya menghilang.

Dewan Pengarah Danantara diisi dua mantan presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Sedangkan, Dewan Pengawas dipimpin Menteri BUMN Erik Thohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mantan Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad serta para menteri lainnya.

 

Respons Pasar

Meski demikian, kepengurusan Danantara ini sempat direspons negatif oleh pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat tertekan signifikan hingga ke posisi 6.161,11 atau melemah 1,55 persen. Dua hari kemudian, pergerakan IHSG membaik seiring dengan penerimaan pasar terhadap jajaran BPI Danantara.

Hingga penutupan perdagangan sesi I Rabu (26/3/2025), IHSG melesat 209,18 poin atau setara 3,35 persen ke level 6.444. "Dari 18 nama managing director, semua profesional dan tidak memiliki afiliasi politik," ujar Kepala Riset Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam risetnya seperti dilansir dari Antaranews, Rabu (26/3/2025).

 

Dengan demikian, menurut Satria Sambijantoro, profesionalisme para pemimpin Danantara seharusnya menghilangkan ketidakpastian politik yang melanda bursa saham RI, dengan IHSG yang telah turun sebesar 22,7 persen dari puncaknya di bulan Oktober 2024. ”Karena pasar bekerja berdasarkan ekspektasi, kami percaya perkembangan Danantara ditambah bank-bank BUMN berkapitalisasi besar memiliki dampak netral cenderung positif, sehingga seharusnya cukup untuk memicu reli taktis di bursa saham RI,” jelas Satria.

Dijabarkan oleh analis Bahana Sekuritas tersebut, sebanyak dua pertiga (67 persen) dari para managing direktur Danantara memiliki keahlian di sektor pasar modal, investasi, keuangan, atau perbankan. Selain itu, lebih dari setengahnya (61 persen) merupakan lulusan universitas di Amerika Serikat, dengan mayoritas besar (72 persen) mengantongi gelar Magister atau Doktor. Rata-rata usia tim ini adalah 55 tahun.

“Meski klien institusional kami masih terbelah apakah tim Danantara ini adalah ‘Dream Team’ yang mampu menarik kembali arus dana asing, kami menilai posisi dan ekspektasi investor terhadap SWF terlalu negatif,” imbuh Satria.

Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Harry Su menilai, terlalu dini jika menjadikan sentimen Danantara sebagai pendongkrak IHSG. Di atas kertas, nama-nama tersebut memang tampak bagus dan memicu IHSG bangkit dari titik terendahnya.

“Namun, bagi kami, topik yang paling penting tetap tata kelola. Itulah sebabnya kami harus menunggu hingga akhir tahun ini untuk mengamati apakah Danantara akan benar-benar bebas dari campur tangan politik dalam pengambilan keputusannya,” jelas Harry, dikutip dari Forbes, Rabu (26/3/2025).

Seturut demikian, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pelemahan IHSG lebih mencerminkan dinamika pasar yang tengah dipengaruhi tekanan eksternal.

Menko Airlangga menegaskan bahwa fundamental ekonomi nasional tetap solid, dan apa yang terjadi lebih disebabkan oleh respons terhadap gejolak global yang semakin dinamis.

 

Kalangan Profesional

Siapa saja yang mengisi struktur manajemen BPI Danantara? Organisasi badan pelaksana atau eksekutif Danantara selain dikepalai oleh CEO, CIO, dan COO juga dilengkapi oleh Komite Pengawasan dan Akuntabilitas yang terdiri dari Ketua BPK, BPKP, KPK, PPATK, Jaksa Agung, dan Kapolri.

CEO Rosan Roeslani yang merupakan pendiri Recapital Group tersebut juga dibantu oleh 10 direktur pelaksana, satu orang Komite Manajemen Risiko, satu orang Komite Investasi dan Portofolio, tiga manajer Holding Operasional, dan tiga manajer Holding Investasi.

Latar belakang manajer pelaksana ini bervariasi. Berikut ini beberapa profilnya. Sebut saja Robertus Bilitea selaku Direktur Pelaksana Bidang Legal Danantara. Ia berperan sebagai penasihat hukum utama dalam pendirian institusi penting seperti Lembaga Penjamin Simpnan (LPS), Indonesia Investment Authority (INA) dan Indonesia Financial Group (IFG). Terakhir menjabat Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian BUMN.

Ada juga Arief Budiman sebagai Direktur Pelaksana Bidang Keuangan. Ia merupakan MBA of Finance lulusan Wharton School of the University of Pennsylvania, AS (2002). Salah satu arsitek utama pembentukan INA, sovereign wealth fund pertama di Indonesia. Kini masih menjabat Deputi CEO INA. Sebelumnya pernah memimpin Danareksa dan Pertamina. Berpengalaman dalam kepemimpinan strategis dalam restrukturisasi dan transformasi BUMN di sektor energi dan keuangan.

Bagian komunikasi strategis dipegang oleh Muhammad Al-Arief. Pria bergelar Master of Arts - The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, AS ini sudah 20 tahun berkarier di Bank Dunia. Terakhir menjabat Head of External Affairs, Infrastructure Practice Group di Bank Dunia. Ia terlibat dalam pengembangan infrastruktur dan transformasi digital di Bank Dunia.

Saat menyampaikan struktur lengkap Danantara ini, CEO Danantara Rosan Roeslan meyakini bahwa nama-nama dalam struktur kepengurusan ini akan memberikan sinyal positif bagi perekonomian nasional.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung Sutomo