Indonesia.go.id - Perempuan Siap Memimpin Perubahan untuk Indonesia Emas 2045

Perempuan Siap Memimpin Perubahan untuk Indonesia Emas 2045

  • Administrator
  • Selasa, 22 April 2025 | 17:55 WIB
HARI KARTINI
  Peringatan Hari Kartini 2025 bertema
Program "1000 Profesi Perempuan & Gen Z" hadir sebagai respons konkret terhadap dinamika zaman, di mana perempuan dan generasi muda dituntut adaptif dalam teknologi, kepemimpinan, dan solidaritas sosial.

Ribuan perempuan memenuhi Tennis Indoor Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (21/4/2025), mereka turut mengikuti pembacaan Deklarasi Nasional Perempuan Indonesia bertajuk 'Seribu Profesi Perempuan dan Gen Z', untuk mewujudkan Asta Cita menuju 100 tahun Kowani tahun 2028 dan Indonesia Emas tahun 2045', sebagai bentuk komitmen perempuan Indonesia dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.

Deklarasi dibacakan bergantian oleh mulai anggota DPR RI/MPR RI seperti Titiek Soeharto, Hetifah Sjaifudian, Lestari Moerdijat, kemudian pesohor Maudy Ayunda dan Cinta Laura, serta kepala daerah Fatmawati Rusdi, Idah Syahidah Rusli Habibie serta tokoh perempuan, kelompok milenial, dan generasi Z lainnya.

Demikian kolosalnya acara ini sampai memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai peringatan Hari Kartini terbesar sampai saat ini.

Peringatan Hari Kartini tahun ini melampaui seremoni simbolik. Dalam semangat membangun bangsa yang setara, inklusif, dan berdaya, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) meluncurkan gerakan nasional dan internasional bertajuk “1.000 Profesi Perempuan & Gen Z”, di GBK bertepatan dengan Hari Kartini. Peserta mengikuti perhelatan ini secara luring dan daring. Berasal dari bermacam profesi, organisasi perempuan dalam dan luar negeri.

Gerakan ini diresmikan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Choiri Fauzi serta dihadiri Istri Wakil Presiden RI Selvi Ananda Rakabuming Raka. Ia turut memberikan sambutan dalam acara ini.

“Kartini bukan sekadar simbol, tetapi energi sosial yang menggerakkan bangsa. Kita ingin meneruskan cita-cita beliau agar perempuan Indonesia menjadi pribadi yang berdaya, mandiri, berpendidikan, dan memiliki mimpi tinggi serta mampu mewujudkannya,” ujar Selvi Ananda di hadapan ribuan peserta yang terhubung secara luring maupun daring dari seluruh dunia.

Selvi pun menegaskan bahwa kekuatan perempuan dan Gen Z bukan hanya potensi demografi, tetapi fondasi utama masa depan Indonesia. Ia menyampaikan apresiasi mendalam atas inisiatif Kowani yang mengangkat 1.000 jenis profesi perempuan dari 17 sektor strategis, mulai dari pendidikan, kesehatan, teknologi, maritim hingga pertahanan.

Selvi Ananda pada kesempatan tersebut menyebut Gen Z sebagai “generasi harapan yang telah menjadi sumber inspirasi” lewat kreativitas, kepedulian sosial, dan pemanfaatan teknologi.

“Mereka bukan hanya pewaris masa depan, tetapi penciptanya. Program ini menjadi ruang belajar dan berjejaring yang nyata, lintas sektor, lintas wilayah, bahkan lintas negara,” katanya.

Dalam momentum peringatan Hari Kartini 2025 itu, penyanyi dan aktris legendaris Indonesia, almarhumah Titiek Puspa, menerima penghargaan khusus atas dedikasinya yang luar biasa dalam dunia seni tanah air.

Penghargaan itu diserahkan oleh Menteri PPPA Arifah Fauzi bersama Ketua Umum Kowani Nannie Hadi Tjahjanto kepada putri almarhumah, Petty Tunjungsari. Ia dengan haru menerima penghargaan tersebut mewakili sang ibu. "Ada tagline dari almarhumah Titiek Puspa: ada salam cinta dan doa," ujar Petty usai menerima penghargaan.

Ia mengungkapkan kebanggaan yang mendalam bisa menerima penghargaan ini di tengah para perempuan hebat Indonesia yang hadir di GBK.

 

Transformasi Nyata, Bukan Sekadar Perayaan

Sementara Menteri PPPA Arifah Choiri Fauzi menyebut Hari Kartini sebagai momentum reflektif untuk menyambung perjuangan perempuan Indonesia yang selama ini tertinggal dalam akses, partisipasi, dan pengambilan keputusan.

“Kemajuan bangsa tidak akan pernah terwujud tanpa kemajuan perempuan. Kartini adalah simbol keberanian berpikir merdeka dan bertindak maju. Hari ini, terang itu hadir dalam sosok perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang profesi, yang memimpin dari garis depan,” tegas Menteri Arifah.

Program “1000 Profesi Perempuan & Gen Z” hadir sebagai respons konkret terhadap dinamika zaman, di mana perempuan dan generasi muda dituntut adaptif dalam teknologi, kepemimpinan, dan solidaritas sosial. Melalui format hybrid, kegiatan ini menjangkau lebih dari satu juta partisipan secara nasional dan internasional, termasuk diaspora dan pekerja migran Indonesia di 30 negara lebih.

Gerakan ini dirancang bukan hanya sebagai pameran profesi, tetapi juga sebagai panggung inspirasi, edukasi, dan advokasi. Dengan mengusung tema “Habis Gelap Terbitlah Terang: Menciptakan Masa Depan Perempuan dan Gen Z yang Lebih Cerah”, serta subtema “Mewujudkan ASTA CITA – Menyongsong 100 Tahun Kowani 2028 Menuju Indonesia Emas 2045”, program ini membangun jembatan lintas generasi menuju transformasi sosial.

Program ini mengklasifikasikan 1.000 profesi ke dalam 17 zona strategis, seperti zona Pendidikan dan Literasi Digital, menampilkan guru, dosen, content creator edukatif hingga pengembang platform e-learning. Kemudian, Zona Teknologi dan Digitalisasi, dengan profesi seperti software engineer, UI/UX designer hingga CTO perempuan. Zona Kesehatan dan Sosial, termasuk dokter, bidan, psikolog klinis hingga edukator sanitasi dan aktivis kesehatan mental. Zona Maritim, Pertanian, Energi, dan Diaspora, yang menunjukkan kiprah perempuan dalam sektor-sektor vital pembangunan. Zona Media, Komunikasi, dan Jurnalisme, tempat perempuan menjadi produsen konten, pengelola informasi hingga duta literasi digital. Dan terakhir adalah Zona Perempuan Penjaga Negara, seperti Kowad, Kowal, Wara, dan Polwan, memperlihatkan peran perempuan dalam pertahanan dan keamanan nasional.

Setiap zona dilengkapi dengan booth interaktif, e-catalog digital, talkshow inspiratif, coaching session, serta storyboard Kartini Masa Kini yang menghadirkan kisah nyata perempuan pelopor di setiap bidang.

Kegiatan ini dijalankan dengan pendekatan Pentahelix dan Hexahelix yang melibatkan pemerintah dan kementerian terkait seperti KemenPPPA, Kemenpora, Kemendikbudristek, KemenKopUKM, BRIN hingga Komnas Perempuan. Kemudian, akademisi, dengan Universitas Indonesia sebagai tuan rumah utama. Dunia Usaha dan Industri, termasuk BUMN dan korporasi swasta yang mendukung inkubasi UMKM perempuan. Komunitas dan Diaspora, dari tingkat akar rumput hingga jaringan internasional. Serta media, baik nasional, digital, maupun influencer Gen Z.  Tidak hanya itu, kegiatan ini juga terhubung dengan KBRI, PTRI, dan KJRI di seluruh dunia melalui kanal digital resmi Kowani. 

 

Perempuan Menginspirasi

Pada kesempatan terpisah, Dewan Perempuan Internasional (International Council of Women/ICW) menyoroti emansipasi dan peningkatan peran perempuan Indonesia menjelang Hari Kartini, yang diperingati setiap tanggal 21 April.

Wakil Ketua ICW Giwo Rubianto Wiyogo menyampaikan catatan-catatan RA Kartini telah menginspirasi banyak perempuan untuk mengembangkan potensi dan meraih prestasi di berbagai bidang.

Sebagai gambaran, Giwo mengutip statistik tahun 2024 yang menunjukkan bahwa perempuan di Sulawesi Utara rata-rata menempuh pendidikan selama 9,85 tahun, lebih lama dibandingkan laki-laki (9,7 tahun). Di wilayah Sumatra Barat, perempuan rata-rata menempuh pendidikan selama 9,3 tahun atau lebih lama dibandingkan dengan laki-laki (9,2 tahun).

Selain itu, menurut data pemerintah sekitar 70 persen dari seluruh guru di Indonesia adalah perempuan, menunjukkan bahwa perempuan berperan besar dalam mendidik dan membangun karakter generasi penerus bangsa.

Giwo mengemukakan bahwa peran perempuan di bidang ekonomi juga sudah meningkat signifikan. Tidak sedikit perempuan yang sukses memimpin dan mengembangkan usaha ekonomi.

Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan bahwa sekitar 64 juta dari total 65 juta usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia merupakan usaha mikro, dan sekitar 60 persen di antaranya dikelola oleh perempuan.

“Ini menunjukkan betapa perempuan menjadi tulang punggung perekonomian,” kata Giwo, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera.

Namun, Giwo mengatakan bahwa perjuangan untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak perempuan belum selesai.

Pasalnya sampai sekarang masih ada perempuan yang menghadapi diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan. Masih ada pula perempuan yang belum bisa mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar yang lain.

Karena itu, perempuan Indonesia harus terus berjalan, menembus batas-batas lama, dan menciptakan ruang-ruang baru yang setara, inklusif, dan penuh harapan.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung S