Indonesia.go.id - Mengukuhkan 75 Tahun Kemitraan Strategis RI dan Tiongkok untuk Stabilitas Kawasan

Mengukuhkan 75 Tahun Kemitraan Strategis RI dan Tiongkok untuk Stabilitas Kawasan

  • Administrator
  • Selasa, 27 Mei 2025 | 13:23 WIB
BILATERAL RI-TIONGKOK
  Presiden Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Perdana Menteri China Li Qiang (kedua kiri) menyaksikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) dan Menteri Perdagangan China Wang Wentao (kiri) menunjukkan naskah memorandum saling pengertian kerja sama kedua negara di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (25/5/2025). Indonesia dan China telah menyepakati delapan poin kerja sama dan menandatangani empat poin MoU tambahan oleh masing-masing pejabat tinggi sebagai bukti kemitraan yang solid di berbagai bidang strategis. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Tercatat delapan proyek potensial business-to-business (B2B) RI dan Tiongkok senilai Rp163 triliun tengah dijajaki, dengan proyeksi penciptaan lebih dari 25.000 lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.

Minggu (25/5/2025) pagi, kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, diselimuti suasana semarak. Ribuan pelajar dan warga dari berbagai latar belakang memadati area bersejarah itu. Mereka hadir menyambut kedatangan Premier Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Li Qiang, dalam rangka kunjungan resmi memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok. Kehadiran Premier Li pada 24-26 Mei 2025 di Jakarta menjadi salah satu tonggak bersejarah hubungan kedua negara. 

Salah satunya adalah Milani, siswi dari SMP Negeri 60 Jakarta. Sejak fajar, Ia dan teman-temannya sudah bersiap untuk bekumpul di sekolah sebelum bersama-sama menuju Monas. “Sekitar jam 05.30 kita berangkat dari sekolah ke sini naik Transjakarta,” cerita Milani.

Tidak jarang, mereka juga mengabadikan momen penyambutan ini dengan ponsel masing-masing. Ibu Viko, warga asal Banjarmasin yang sedang berkunjung ke Jakarta, mengaku tak menyangka bisa menyaksikan penyambutan pemimpin negara asing secara langsung. “Senang tentunya karena dengan melihat begini kayaknya makin, senanglah lihat Jakarta. Apalagi dalam acara seperti ini yang jarang kita lihat di daerah-daerah,” tuturnya seperti dilansir dari laman presidenri.

Rombongan Premier Li saat memasuki Istana Merdeka diiringi 11 pasukan motoris, 70 pasukan berkuda, serta pasukan jajar kehormatan. Iring-iringan kehormatan tersebut dan sorak semangat pelajar yang melambai-lambaikan bendera merah putih dan bendera Tiongkok menandai hangatnya penyambutan terhadap tamu negara. Momen ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga gambaran eratnya hubungan antara dua bangsa besar yang saling menghormati dan menguntungkan di tengah gejolak global yang tak menentu.

Pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Premier Li Qiang di Istana Merdeka menandai langkah strategis dalam memperkuat kemitraan komprehensif Indonesia–Tiongkok. Kunjungan ini sekaligus menjadi simbol penguatan kerja sama lintas sektor, termasuk ekonomi, sosial budaya, serta perdamaian kawasan dan global.

Kepala Negara menyampaikan bahwa hubungan Indonesia dan Tiongkok tidak sekadar didasari kepentingan kontemporer, tetapi memiliki akar sejarah panjang yang membentang jauh sebelum hubungan diplomatik resmi dimulai pada 1950.

“Hubungan kita sudah terjalin selama ratusan tahun. Dari pelayaran Laksamana Cheng Ho, hingga jejak sejarah yang tertinggal dalam prasasti-prasasti di seluruh Nusantara,” ujar Presiden Prabowo.

Premier Li Qiang pun menegaskan bahwa Tiongkok siap membangun masa depan bersama Indonesia melalui kerja sama lima pilar: politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan kerja sama global. Ia menyebutkan bahwa selama 75 tahun, kedua negara telah saling mendukung dalam perjuangan kemerdekaan, penanganan bencana, dan pandemi, yang memperkuat rasa saling percaya.

Mitra Dagang Strategis dan Investasi Bernilai Tinggi

Hubungan ekonomi menjadi fondasi kokoh dari kemitraan strategis ini. Pada 2024, nilai perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok tercatat melampaui USD130 miliar. Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, dengan ekspor Indonesia mencapai USD62,43 miliar.

Di bidang investasi, Tiongkok menempati posisi ketiga sebagai investor asing terbesar di Indonesia, dengan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) senilai USD8,1 miliar. Beberapa proyek unggulan seperti Kereta Cepat Jakarta–Bandung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batang Industropolis, Jawa Tengah menjadi bukti konkret kolaborasi yang produktif.

Presiden Prabowo menilai, investasi yang dibawa oleh Tiongkok tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga membawa transfer teknologi yang vital bagi pembangunan industri nasional. “Kami melihat Tiongkok sebagai mitra penting dalam pembangunan industri dan teknologi kita,” tegas Presiden.

Pada Indonesia-China Business Reception 2025 yang digelar sehari sebelum pertemuan bilateral, Presiden Prabowo juga menyerukan perluasan kerja sama ke sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan teknologi informasi. Penandatanganan 12 nota kesepahaman (MoU) pada kegiatan tersebut turut memperkuat upaya konkret menuju kemitraan yang inklusif dan berkelanjutan. Empat nota kesepahaman ditandatangani di Istana Negara dan sisanya di acara Indonesia-China Business Reception 2025.

Momentum 75 tahun kerja sama Indonesia-Tiongkok juga menggelar Indonesia–China Partnership Exhibition yang menampilkan capaian konkret kerja sama bilateral. Tercatat delapan proyek potensial business-to-business (B2B) senilai Rp163 triliun tengah dijajaki, dengan proyeksi penciptaan lebih dari 25.000 lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Salah satu inisiatif utamanya, yakni Two Countries Twin Park (TCTP) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batang Industropolis dengan nilai investasi mencapai Rp60 triliun.

Di sela-sela pertemuan tersebut, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyaksikan penandatanganan MoU antara PT SPC – Supertone, Shanghai Sixmitted Technology Co. Ltd, dan PT Zyrexindo Mandiri Buana yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

“Penandatanganan MoU ini dapat memperkuat kolaborasi yang terjalin antara tiga perusahaan di bidang teknologi informasi ini dan diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih kompetitif,” ujar Menko Airlangga.

Menjaga Stabilitas Kawasan dan Dunia

Di tengah dinamika geopolitik yang makin kompleks, kemitraan Indonesia–Tiongkok memiliki arti strategis dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan Asia Pasifik dan, bahkan dunia. Dengan Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan penduduk terbanyak keempat di dunia, serta Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi global, sinergi keduanya menjadi jangkar keseimbangan baru di kawasan.

Presiden Prabowo menyampaikan apresiasinya atas peran Tiongkok dalam membela negara-negara berkembang dan mendukung Palestina di forum internasional. Ia menegaskan bahwa kerja sama Indonesia–Tiongkok bukan hanya untuk keuntungan bilateral, tetapi juga berkontribusi bagi tatanan dunia yang lebih adil.

“Kami percaya bahwa hubungan ini membawa kebaikan, tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi seluruh kawasan Asia dan dunia,” ujar Presiden.

Di luar aspek ekonomi dan politik, hubungan kedua negara juga diperkuat oleh diplomasi rakyat. Pertukaran budaya, pendidikan, dan pariwisata terus berkembang. Program beasiswa, pelatihan vokasi, serta pembukaan pusat budaya dan bahasa Mandarin di berbagai kota di Indonesia menjadi bagian dari jembatan antargenerasi.

Antusiasme warga yang hadir di Monas—termasuk pelajar seperti Milani dan warga daerah seperti Ibu Viko—menjadi cerminan kesadaran masyarakat akan pentingnya relasi antarbangsa yang harmonis dan terbuka. Mereka bukan sekadar saksi sejarah, tetapi juga pelaku masa depan hubungan bilateral.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung S

Berita Populer