Joint Vision 2050—Deklarasi Bersama untuk Pengembangan Kemitraan Strategis Indonesia–Prancis hingga tahun 2050. Dokumen ini menjadi peta jalan menjelang perayaan 100 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron berserta rombongan kepresidenan Prancis di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (28/5/2025) siang disambut upacara kenegaraan penuh khidmat. Namun, momen paling hangat terjadi pada jamuan malamnya, ketika Presiden Prabowo Subianto mengajak semua undangan bersulang:
“Atas nama Bangsa Indonesia, atas nama Pemerintah Indonesia, dan atas nama pribadi, saya mengajak para hadirin untuk angkat gelas kita, minum untuk kesehatan Yang Mulia Presiden Republik Prancis beserta Ibu, dan untuk kesejahteraan kedua bangsa kita.” Dilanjutkan ucapan salut dari Presiden Prabowo. "Vive la France! Vive la Indonesia!"
Ucapan Presiden RI itu bukan sekadar ritual diplomasi. Di balik keakraban tersebut tersimpan semangat saling menghormati dan kemitraan yang dibangun puluhan tahun, seperti yang kemudian diungkapkan oleh Presiden Macron.
Dalam sambutannya, ia menyebut beberapa nama maestro, pujangga dan legenda fotografi ternama dunia asal Prancis seperti Jean Nicolas Arthur Rimbaud, Claude Debussy, dan Henri Cartier-Bresson.
Menurut Macron, seniman-seniman ternama Prancis itu yang ikut membangun fondasi untuk kedekatan Indonesia dan Prancis, setidaknya sejak lebih dari seabad yang lalu jauh sebelum Indonesia merdeka. Karya-karya mereka terinspirasi oleh keindahan alam dan budaya Nusantara.
“Kedekatan yang saya rasakan malam ini bukanlah kebetulan. 12.000 kilometer memisahkan dua ibu kota kita, tetapi kita terhubung oleh angin sejarah dan napas takdir bersama,” tuturnya di hadapan undangan kenegaraan.
Macron adalah presiden pertama dari Uni Eropa yang berkunjung ke Indonesia setelah Presiden Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden ke-8 RI pada Oktober 2024. Rombongan kepresidenan Prancis berada di Indonesia selama tiga hari (28-30 Mei 2025). Sebelum mendarat di Jakarta, Presiden Macron melawat dulu ke Vietnam, setelah dari Jakarta berlanjut ke Singapura sebagai bagian dari tur Presiden Emmanuel Macron ke Asia Tenggara.
Meninjau Akmil Magelang
Keesokan harinya, kunjungan berpindah ke Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Di sini, Presiden Macron dan Presiden Prabowo meninjau kelas bahasa Prancis—sebuah upaya membangun kapasitas sumber daya manusia pertahanan.
Macron memuji antusiasme para taruna yang berani berinteraksi dalam bahasa Prancis: “Terima kasih banyak. Bagus sekali dan terima kasih karena telah belajar bahasa Prancis. Dan terima kasih atas komitmen ini.”
Momen bersahaja itu diwarnai sapaan "Bonjour" (Selamat Siang) yang disambut senyum lebar para peserta pelatihan. Salah satu taruna, Yoga Kertiyasa, mengaku bangga bisa berdialog langsung dengan presiden kedua negara dan menunjukkan hasil belajarnya tentang kegiatan akhir pekan dalam bahasa Prancis.
Selepas peninjauan, Presiden Prabowo mengemudikan kendaraan “Maung” buatan Pindad, membawa Macron berkeliling area Akmil. Di sepanjang jalur, ribuan pelajar SD hingga SMP melambai sambil menggenggam bendera Indonesia dan Prancis—simbol eratnya persahabatan kedua negara.
Ketika di Akmil, Presiden Prabowo juga menerima tanda jasa penghargaan kehormatan tertinggi Grand Cross of the Legion of Honour dari pemerintah Prancis yang diberikan langsung oleh Presiden Macron.
Ziarah Spiritualitas: Filosofi Borobudur
Puncak kunjungan adalah ziarah spiritual ke Candi Borobudur, Magelang, Kamis (29/5/2025) siang. Sebagai mahakarya Dinasti Syailendra abad ke-8, Borobudur merefleksikan mandala kosmik dan perjalanan batin manusia menuju pencerahan.
Candi Borobudur, sebuah situs warisan dunia yang telah diakui oleh UNESCO. Sebagai bagian dari tur budaya, Borobudur tidak hanya menjadi simbol arsitektur Indonesia, tetapi juga mencerminkan filosofi bangsa yang menghargai kedamaian, kerukunan, dan keberagaman.
Di pelataran kawasan Candi Borobudur, Presiden Prabowo menyatakan: “Adalah kehormatan bagi saya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk menemani sahabat saya, Presiden Republik Prancis.”
Kepala Negara menekankan filosofi Pancasila yang menghormati segala agama dan kepercayaan, pararel dengan makna toleransi yang terkandung dalam relief Borobudur.
Bagi Macron, perantara yang mendekatkan Indonesia dan Prancis hingga saat ini tidak hanya para seniman, tetapi ada juga pelajar, mahasiswa, insinyur, dan rakyat Prancis yang merantau dari negerinya untuk bekerja di Indonesia.
Macron pun merangkum kedekatan itu dengan sebuah pepatah dalam Bahasa Indonesia: “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit”.
Pasalnya, Presiden Macron meyakini sedikit demi sedikit hubungan antarwarga yang terjalin sejak masa lampau hingga saat ini makin mempererat persahabatan antara Indonesia dan Prancis.
Joint Vision 2050: Peta Jalan Kemitraan Strategis
Sebelumnya pada Rabu (28/5/2025) malam di Istana Merdeka, kedua Presiden menandatangani Joint Vision 2050—Deklarasi Bersama untuk Pengembangan Kemitraan Strategis Indonesia–Prancis hingga tahun 2050. Dokumen ini menjadi peta jalan menjelang perayaan 100 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Selain Joint Vision 2050, sebanyak 21 perjanjian sektor publik dn swasta disepakati, mencakup:
- Energi dan Transisi: Investasi bersama TotalEnergies untuk pembangkit surya dan penyimpanan baterai.
- Pertahanan dan Alutsista: Kerja sama strategis pertukaran teknologi dan modernisasi TNI.
- Ketahanan Pangan dan Gizi: Program Makan Bergizi Gratis oleh Badan Gizi Nasional (BGN) dan Danone.
- Ekonomi Kreatif & Budaya: Kampanye gastronomi dan promosi wastra tradisional.
- Transportasi dan Maritim: Kolaborasi pada United Nations Ocean Conference di Nice, Prancis.
- Pengembangan SDM Pariwisata: Joint Vision sektor pariwisata, pengembangan standar internasional, dan peningkatan
Adapun, secara nilai ekonomi, Nota Kesepahaman (MoU) yang diteken delegasi bisnis serta lembaga Indonesia–Prancis bernilai USD11 miliar (setara Rp179,25 triliun) menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Sebanyak 27 MoU meliputi kerangka Government to Government (G-to-G), Business to Business (B-to-B), dan People to People (P-to-P), dengan penandatanganan terbagi antara acara bilaterally witnessed oleh para kepala negara dan Indonesia–France Business Forum.
Dalam pidato bersama usai penandatanganan, Presiden Prabowo menegaskan, “Prancis adalah mitra utama Indonesia dalam modernisasi alutsista, sekaligus sahabat dalam membangun masa depan berkelanjutan.” Sementara Macron menyebut hubungan kedua negara sebagai “kemitraan melalui budaya, sains, dan inovasi, yang akan terus berkembang seiring waktu.”
Kunjungan kenegaraan itu menunjukkan bahwa di balik protokol diplomasi, terdapat “napas sejarah” dan “angin takdir bersama” yang akan membimbing Indonesia dan Prancis menatap masa depan. Keberadaan Candi Borobudur sebagai simbol kekuatan spiritual dan Joint Vision 2050 sebagai peta jalan kemitraan strategis kedua negara.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Untung S