Indonesia.go.id - BNPB Catat 21 Bencana dalam 24 Jam: Longsor, Banjir, dan Karhutla Masih Dominasi

BNPB Catat 21 Bencana dalam 24 Jam: Longsor, Banjir, dan Karhutla Masih Dominasi

  • Administrator
  • Rabu, 4 Juni 2025 | 09:58 WIB
BENCANA
  Tim gabungan melakukan pembersihan lingkungan pascabanjir bandang yang melanda Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada Senin (2/6/2025). (BPBD Kabupaten Donggala)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melaporkan bahwa dari seluruh kejadian yang tercatat, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor serta bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih mendominasi.

Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, terhitung sejak 2-3 Juni 2025 pukul 07.00 WIB, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 21 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia.

Dari jumlah tersebut, 10 kejadian diklasifikasikan sebagai kejadian menonjol karena berdampak signifikan terhadap masyarakat dan infrastruktur.

Dalam keteranganya, Selasa (3/6/2025), Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melaporkan bahwa dari seluruh kejadian yang tercatat, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor serta bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih mendominasi.

Tiga kejadian baru yang menonjol antara lain angin kencang di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang berdampak pada 30 kepala keluarga (KK) atau 100 jiwa, dan merusak 30 unit rumah. Sebagian atap rumah telah diperbaiki secara swadaya oleh warga.

Kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang memengaruhi sekitar 30 KK dan 30 rumah. Pendataan rumah terdampak masih berlangsung.

Di sisi lain, karhutla di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, menghanguskan sekitar 5 hektare lahan.

"Api telah berhasil dipadamkan dan tidak dilaporkan adanya korban jiwa,” ungkap laporan Pusdalops,

Tujuh kejadian bencana lain merupakan pengkinian dari laporan sebelumnya. Salah satu yang paling memprihatinkan adalah tanah longsor di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang hingga kini menyebabkan 21 orang meninggal dunia, 9 luka-luka, dan 4 masih dalam pencarian.

Evakuasi lanjutan dijadwalkan pada 3 Juni 2025, sementara status tanggap darurat masih dalam proses.

Sementara itu, longsor di Kabupaten Ciamis berdampak pada 49 KK atau 133 jiwa dan merusak 43 rumah.

“Pergerakan tanah telah berhenti dan situasi dinyatakan kondusif. Namun, masyarakat diminta tetap waspada,” ujar pemerintah daerah setempat.

Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, banjir berdampak pada 1.997 KK atau 6.626 jiwa, dengan 1.684 rumah terdampak. Meskipun tinggi muka air (TMA) mulai surut, distribusi logistik masih terus berjalan.

Banjir rob di Pekalongan, Jawa Tengah, juga masih berlangsung dan berdampak pada 1.155 KK atau 4.199 jiwa. Genangan masih bertahan akibat kondisi tata ruang dan cuaca.

Banjir di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berdampak pada 55 KK, dengan genangan air antara 20–40 cm. Status siaga darurat telah ditetapkan.

Di Provinsi Riau, luas lahan yang terbakar mencapai ±115,68 hektare hingga 2 Juni 2025. Titik api seluas 1 hektare di Kabupaten Kampar berhasil dipadamkan. Status siaga darurat karhutla masih diberlakukan.

Sementara itu, banjir bandang di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, berdampak pada 228 KK. Dua orang dilaporkan meninggal dunia, dua luka ringan, dan 40 KK mengungsi.

Sebanyak 202 rumah terdampak, dan jembatan bailey yang rusak telah berhasil diganti oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).

Peringatan BMKG Hingga 6 Juni 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi mengalami cuaca ekstrem hingga 6 Juni 2025.

Wilayah terdampak antara lain Sumatra bagian tengah dan selatan, Jawa, Kalimantan timur dan selatan, Sulawesi tengah dan selatan, serta Papua bagian barat.

Cuaca ekstrem tersebut meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Sementara itu, wilayah seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur diprediksi akan mengalami suhu tinggi dan cuaca kering, yang meningkatkan risiko karhutla.

Imbauan BNPB

BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana, termasuk memastikan kesiapan jalur evakuasi, logistik, dan sarana penanganan darurat.

Khusus penanganan karhutla, patroli terpadu dan pemadaman dini titik api di daerah rawan harus terus dilakukan.

BNPB juga mengajak masyarakat agar waspada dan segera melaporkan setiap tanda awal bencana ke pihak berwenang.

Koordinasi lintas lembaga terus dilakukan untuk memastikan dukungan penanganan bencana dapat berjalan cepat, tepat, dan terukur.

 

Penulis: Jhon Rico
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto

Berita in sudah terbit di infopublik.id: https://www.infopublik.id/kategori/sorot-sosial-budaya/922614/bnpb-catat-21-bencana-dalam-24-jam-longsor-banjir-dan-karhutla-masih-dominasi