Indonesia.go.id - ISF 2025, Transisi Energi Nasional Bergerak di Jalur yang Tepat

ISF 2025, Transisi Energi Nasional Bergerak di Jalur yang Tepat

  • Administrator
  • Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:33 WIB
TRANSISI ENERGI NASIONAL
  Panitia Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 tengah menggelar gladi resik pada Kamis (9/10/2025) untuk pembukaan ISF yang berlangsung 10-11 Oktober 2025 di JICC Jakarta. (Foto: Amiri Yandi/InfoPublik)
Pemerintah berkomitmen agar kebutuhan teknologi penunjang seperti panel surya, baterai, hingga kendaraan listrik dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Upaya Indonesia untuk beralih menuju energi bersih dan berkelanjutan terus menunjukkan kemajuan. Meski perjalanan masih panjang, pemerintah memastikan langkah-langkah yang ditempuh sudah berada di jalur yang benar.

“Kalau disebut on the right track, yes, kita sudah berada di track yang benar. Tetapi perjalanan kita memang masih panjang,” kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra), Rachmat Kaimuddin, Kamis (9/10/2025).

Pernyataan tersebut mencerminkan semangat dan kesadaran bahwa transisi energi bukan proses yang singkat. Saat ini, lanjut Rachmat, sekitar 84–85 persen bauran energi nasional masih bersumber dari fosil, sedikit lebih tinggi dari rata-rata global yang mencapai sekitar 80 persen.

Namun demikian, kata Rachmat, berbagai langkah strategis terus dilakukan untuk mempercepat proses dekarbonisasi dan meningkatkan peran energi baru terbarukan (EBT).

Elektrifikasi dan Dekarbonisasi Listrik

Rachmat menambahkan, sektor ketenagalistrikan menjadi fokus utama dalam upaya transisi energi. Saat ini, sekitar 60 persen pembangkit listrik di Indonesia masih berbasis batu bara, 20 persen dari gas alam, dan sisanya baru berasal dari energi terbarukan.

Rachmat mengungkapkan, per hari ini PLN punya sekitar 75-77 gigawatt pembangkit. Tetapi, baru saja di tahun ini, pemerintah via PLN mengeluarkan namanya Rencana Usaha Penyediaan Tengah Listrik atau RUPTL. Untuk membangun 69,5 gigawatt yang baru.

"Jadi hampir double nih. Tapi kalau yang dulu itu 80% fosil, sedangkan yang dibangun kali ini 75% renewable atau baterai. Jadi tidak ada emisinya. Hanya 25% yang fosil, 10% kira-kira coal, 15% gas. Jadi ini kebalik rasionya. Jadi ini komitmen Indonesia yang kita laksanakan," ujar Rachmat.

Proporsi ini menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

Kemudian yang kedua, lanjut Rachmat, tentunya terutama di Jakarta. Kita bisa menyaksikan sendiri berbagai jenis elektrifikasi transportasi. "Mungkin dari awal, public transport dulu. Ada LRT, ada MRT, kemudian Transjakarta itu sekarang sudah banyak juga, sudah ratusan yang pindah ke e-bus. Ini lebih bagus, lebih hijau," katanya.

Transportasi Elektrifikasi: Arah Baru Mobilitas Perkotaan

Selain sektor pembangkit, tambah Rachmat, elektrifikasi juga bergerak pesat di bidang transportasi. Berbagai moda transportasi publik di Jakarta seperti MRT, LRT, dan Transjakarta telah beralih menggunakan energi listrik. Saat ini ratusan armada bus listrik telah beroperasi, menghadirkan layanan yang lebih ramah lingkungan dan efisien.

"Di sisi lain, kendaraan listrik pribadi juga mulai mendapat tempat di masyarakat. Beragam pabrikan otomotif global dan nasional telah berinvestasi untuk menghadirkan produk kendaraan listrik di pasar domestik. Pemerintah bersama lembaga terkait terus mendorong berbagai kebijakan insentif dan kemudahan investasi agar masyarakat memiliki lebih banyak pilihan kendaraan yang bersih dan terjangkau," kata Rachmat.

Menurutnya, kendaraan listrik tak hanya hemat energi, tetapi juga memiliki biaya operasional yang jauh lebih rendah dibanding kendaraan konvensional berbahan bakar fosil. Dengan keunggulan tersebut, adopsi kendaraan listrik diharapkan akan meningkat signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Kemandirian Industri dalam Negeri

Namun, keberhasilan transisi energi tidak hanya diukur dari seberapa cepat Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, tetapi juga dari sejauh mana proses ini dapat memperkuat industri nasional.

Pemerintah berkomitmen agar kebutuhan teknologi penunjang seperti panel surya, baterai, hingga kendaraan listrik dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa transformasi energi juga berdampak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah ekonomi nasional.

“Jangan sampai kita berhenti impor BBM, tapi justru beralih menjadi importir solar panel atau mobil listrik. Karena itu, industri dalam negeri harus terus didorong agar mampu memenuhi kebutuhan transisi energi,” tegasnya.

Dengan berbagai inisiatif yang tengah berjalan, Indonesia menunjukkan komitmen kuat untuk berada di jalur transisi energi yang tepat. Momentum sudah terbentuk — baik melalui pembangunan pembangkit energi terbarukan, elektrifikasi transportasi, maupun kebijakan penguatan industri nasional.

Langkah-langkah ini menjadi fondasi penting dalam mewujudkan kemandirian energi nasional yang berdaulat, berkeadilan, dan berkelanjutan. Indonesia tidak hanya bergerak menuju energi bersih, tetapi juga membangun masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang.

Sebelumnya Rachmat sempat menyatakan kesiapan pemerintah untuk mempercepat pengembangan infrastruktur berkelanjutan sebagai landasan untuk transisi ekonomi yang berkelanjutan, sejalan dengan penyelenggaraan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025.

Ajang Indonesia International Sustainability Forum 2025 adalah sebuah acara unggulan untuk pertumbuhan berkelanjutan dengan fokus pada negara-negara berkembang.

Mengandalkan pengalamannya dalam upaya penanganan isu-isu global termasuk krisis iklim, serta penyelenggaraan pertemuan global berskala besar, termasuk Pertemuan Tahunan Bank Dunia tahun 2018, G20 tahun 2022, dan KTT ASEAN tahun 2023.

Dari forum ini Indonesia bermaksud untuk menjembatani kesenjangan pemahaman antara Negara Global North dan Global South.

"Untuk itu, ISF akan membawa diskusi lebih dekat ke kawasan di mana tantangan paling mendesak, dengan menawarkan solusi yang disesuaikan dengan realita lokal dan terinspirasi oleh perjalanan Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan,” ujar Rachmat Kaimuddin.

 

Penulis: Ismadi Amrin
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/941672/isf-2025-transisi-energi-nasional-bergerak-di-jalur-yang-tepat

Berita Populer