Indonesia.go.id - Indonesia Perkuat Hilirisasi Mineral Kritis untuk Dorong Investasi Berkelanjutan

Indonesia Perkuat Hilirisasi Mineral Kritis untuk Dorong Investasi Berkelanjutan

  • Administrator
  • Minggu, 12 Oktober 2025 | 14:49 WIB
PERKUAT HILIRISASI MINERAL
  Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Hilirisasi BKPM, Nurul Ichwan dalam rangkaian Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di JICC, Sabtu (11/10/2025). (Foto: Amiri Yandi InfoPublik.)
Pemerintah juga mendorong agar proses hilirisasi sejalan dengan penerapan prinsip good mining practices dan pemanfaatan energi bersih guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Dalam rangkaian Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, sesi panel bertajuk “Enhancing Downstreaming: Sustainable Investment in Critical Minerals Industries” menjadi salah satu diskusi utama yang menyoroti peran strategis Indonesia dalam memperkuat hilirisasi mineral kritis guna mendukung transisi energi global yang berkelanjutan.

Panel tersebut menghadirkan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Hilirisasi BKPM Nurul Ichwan, Global Head of Sustainability International Chamber of Commerce Raelene Martin, CEO PT Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Infrastruktur dan Operasi PT Krakatau Steel Utomo Nugroho, serta Managing Director Asia SEDEX Walter Lin.

Dalam paparannya, Nurul Ichwan menegaskan bahwa hilirisasi mineral merupakan strategi utama Indonesia untuk memperkuat struktur ekonomi nasional dan mempercepat transformasi menuju pembangunan berkelanjutan.

Ia menjelaskan bahwa pengembangan industri hilir perlu sejalan dengan regulasi internasional, seperti EU Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) serta kebijakan environmental and human-rights due diligence, agar industri nasional mampu bersaing di pasar global.

“Pemerintah menargetkan investasi sebesar lebih dari Rp3.800 triliun dalam lima tahun ke depan untuk pengembangan industri hilir dari 15 komoditas prioritas, termasuk nikel, tembaga, bauksit, dan baja. Hilirisasi bukan hanya tentang industrialisasi, tetapi tentang menciptakan nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan, mendukung transisi energi, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global,” ujar Nurul Ichwan, Sabtu (11/10/2025).

Ia menambahkan, mineral kritis kini menjadi aset strategis dalam diplomasi ekonomi internasional, sehingga kebijakan nasional harus mampu menjembatani kepentingan negara kaya sumber daya dengan negara pemilik teknologi dan modal.

Pemerintah juga mendorong agar proses hilirisasi sejalan dengan penerapan prinsip good mining practices dan pemanfaatan energi bersih guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Diskusi panel tersebut turut mengulas dinamika serta peluang besar Indonesia dalam memperluas kapasitas industri hilir mineral kritis seperti nikel, tembaga, bauksit, dan logam tanah jarang yang menjadi fondasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan energi baru terbarukan.

Para pembicara menyoroti pentingnya konsistensi kebijakan di tengah pergeseran teknologi global menuju baterai listrik berbasis lithium iron phosphate (LFP) yang dapat memengaruhi daya saing nikel.

Sementara itu, kerja sama strategis antara PT Freeport Indonesia dan PT Antam untuk memasok emas domestik sebesar 30–50 ton per tahun menjadi langkah nyata dalam memperkuat ketersediaan pasokan dan nilai ekonomi di dalam negeri.

Panel juga menekankan pentingnya interoperabilitas data dan keterlacakan rantai pasok global yang diinisiasi International Chamber of Commerce (ICC) guna menciptakan transparansi, meningkatkan kepercayaan, dan menarik investasi berkelanjutan.

Di sisi lain, PT Krakatau Steel menegaskan kontribusi besar sektor baja terhadap perekonomian nasional, di mana setiap satu dolar investasi mampu menghasilkan nilai tambah hingga 2,5 kali lipat di rantai pasok dan 13 kali lipat di sektor terkait, serta membuka lapangan kerja dengan tetap memperhatikan roadmap lingkungan.

Melalui hilirisasi mineral yang berorientasi hijau, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif hingga 8 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pusat investasi berkelanjutan di kawasan dan dunia.

Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, dan mitra global diharapkan dapat memperkuat nilai tambah sumber daya mineral Indonesia, memastikan tata kelola yang bertanggung jawab, serta menjadikan Indonesia sebagai poros utama ekonomi hijau di era transisi energi global.

 

Penulis: Jhonrico
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/941900/indonesia-perkuat-hilirisasi-mineral-kritis-untuk-dorong-investasi-berkelanjutan

Berita Populer