Indonesia.go.id - Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka Cerminkan Kemaritiman Nusantara

Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka Cerminkan Kemaritiman Nusantara

  • Administrator
  • Rabu, 16 April 2025 | 21:49 WIB
EXPO 2025 OSAKA
  Foto: Dok. Bappenas
Paviliun Indonesia mempertemukan kekayaan budaya dan semangat inovasi yang menjadi modalitas untuk mewujudkan aspirasi menjadi negara maju.

Indonesia ikut serta dalam World Expo 2025 Osaka dengan menghadirkan Paviliun Indonesia. Desain Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka terinspirasi dari warisan maritim nusantara berbentuk kapal yang dibangun dengan prinsip ramah lingkungan.

Paviliun Indonesia mempertemukan kekayaan budaya dan semangat inovasi yang menjadi modalitas untuk mewujudkan aspirasi menjadi negara maju.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menegaskan keikutsertaan Indonesia dalam World Expo ini tidak hanya bersifat simbolik, melainkan momentum strategis untuk memperkuat diplomasi ekonomi dan budaya.

“World Expo 2025 Osaka yang dihadiri 161 negara menjadi wadah untuk memperkuat kolaborasi internasional, mendorong investasi, dan mengakselerasi pencapaian pembangunan berkelanjutan,” jelas Menteri Rachmat Pambudy dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (16/4/2025).

Bagaimana sebuah negara dengan lebih dari 17.000 pulau dan 350 suku bangsa memperkenalkan dirinya kepada komunitas global? Dan bagaimana Indonesia dapat berkontribusi pada kemajuan inovasi dan percepatan teknologi sambil tetap berkomitmen pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)? Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka adalah tempat yang tepat untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini.

Kunjungan ke Paviliun Indonesia menawarkan pengalaman imersif—merayakan keindahan alam dan keberagaman budaya Indonesia, sekaligus menunjukkan evolusinya menjadi masyarakat modern yang kompetitif secara global. Lebih dari itu, Paviliun ini juga menjadi gerbang untuk mengeksplorasi potensi bisnis Indonesia yang luar biasa, menawarkan peluang investasi bernilai tinggi kepada dunia.
Perahu dan Keterkaitan Mendalam Indonesia dengan Laut

Selama beberapa generasi, Indonesia telah dikenal sebagai negara kepulauan, baik oleh masyarakatnya sendiri maupun oleh dunia. Namun, persepsi ini seringkali memunculkan kebijakan yang mengutamakan pembangunan berbasis daratan, mengabaikan potensi maritim luas yang menjadi ciri khas negara ini.

Secara historis, identitas Indonesia selalu terjalin erat dengan laut. Dengan dua pertiga wilayahnya yang dikelilingi air, laut menjadi pusat kehidupan sehari-hari, perdagangan, dan kelangsungan hidup. Sejak zaman kuno, nenek moyang Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung, meninggalkan warisan kejayaan maritim yang terus membentuk sejarah dan masa depan negara ini.

Menyadari potensi maritim yang sangat besar, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah mengadopsi perahu sebagai inspirasi arsitektur untuk Paviliun Indonesia. Sebagai puncak dari budaya maritim, perahu melambangkan warisan kelautan Indonesia yang kaya dan bertujuan untuk menanamkan kesadaran lebih dalam tentang kekuatan maritim negara ini.

Desain paviliun yang menjulang tinggi ini menggambarkan optimisme, visi, pertumbuhan berkelanjutan, dan keberlanjutan—mencerminkan kebanggaan Indonesia sebagai negara maju. Inti dari konsep ini adalah keseimbangan, elemen penting dalam navigasi maritim dan pembangunan nasional, yang memastikan stabilitas dan kinerja optimal.

Selain fungsinya, perahu juga mewakili identitas kuat Indonesia sebagai bangsa yang berkembang melalui upaya bersama—bekerja bersama dalam harmoni untuk mencapai tujuan bersama.

Pengunjung Paviliun Indonesia tidak hanya akan mengagumi arsitektur yang terinspirasi dari perahu yang menakjubkan, tetapi juga menyaksikan dedikasi Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan lingkungan.

Dibangun berdasarkan prinsip desain ramah lingkungan, paviliun ini memastikan penggunaan sumber daya alam secara efisien sambil meminimalkan dampak lingkungan. Salah satu inovasi utamanya adalah penggunaan kayu Plana—bahan terbarukan yang dirancang untuk menggantikan kayu konvensional. Terbuat dari 60 persen sekam padi, 30 persen plastik daur ulang, dan 10 persen bahan tambahan, kayu Plana tahan lama dan ramah lingkungan.

Selain inovasi material, paviliun ini memaksimalkan pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi energi, memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan. Dengan memanfaatkan sekam padi dan sampah plastik, Paviliun Indonesia secara aktif mendukung prinsip 10R: Rethink, Retrieve Energy, Reorganize, Replace, Reduce, Recycle, Reuse, Replant, Recover, dan Repair.