Indonesia.go.id - Ekonom: Gagalnya Investasi LG Jadi Alarm Reformasi Ekosistem EV Indonesia

Ekonom: Gagalnya Investasi LG Jadi Alarm Reformasi Ekosistem EV Indonesia

  • Administrator
  • Minggu, 27 April 2025 | 19:52 WIB
EKOSISTEM EV NASIONAL
  Salah satu Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dibangun PLN di Jawa Timur. (ANTARA/HO-Humas PLN)
Ada empat pilar utama yang harus segera diperkuat pemerintah agar Indonesia bisa bangkit dan kembali menarik investor besar di sektor EV.

Pembatalan rencana investasi raksasa Korea Selatan, LG, dalam proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia menjadi sorotan tajam terhadap kesiapan ekosistem EV nasional. Menurut Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, hal ini mencerminkan adanya tantangan struktural dan strategis yang belum terselesaikan, mulai dari regulasi yang belum solid hingga lemahnya diplomasi investasi.

“Indonesia punya potensi besar karena cadangan nikel yang melimpah, tapi tanpa reformasi yang nyata, potensi itu akan sulit diwujudkan,” ujar Josua, saat dihubungi tim Infopublik, Jumat (25/4/2025).

Menurut Josua, ada empat pilar utama yang harus segera diperkuat pemerintah agar Indonesia bisa bangkit dan kembali menarik investor besar di sektor EV pertama di kepastian hukum dan kebijakan konsisten.

Pemerintah perlu memperkuat kepastian regulasi, terutama di sektor hilirisasi nikel, perizinan lingkungan, dan pemenuhan komponen lokal. Perubahan aturan yang mendadak serta persoalan lahan dan energi sering kali menjadi penghalang utama investasi jangka panjang.

Kedua insentif strategis. Indonesia harus memperluas dan memperkuat insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan pajak, jaminan pembelian (offtake), dan kemitraan strategis antara BUMN dan swasta. Model ini penting agar investasi di sektor EV tak hanya berhenti di tahap eksplorasi.

Ketiga SDM industri yang siap pakai. Salah satu hambatan terbesar saat ini adalah keterbatasan tenaga kerja teknis dan insinyur di sektor EV. Reformasi pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan hilirisasi menjadi kunci utama.

Terakhir diplomasi ekonomi dan branding industri. Negara seperti Vietnam berhasil karena mampu menjual narasi stabilitas dan infrastruktur yang siap. Indonesia perlu memperkuat peran dalam forum strategis seperti ASEAN+3 dan aktif mempromosikan sektor EV sebagai peluang emas bagi investor global.

Data dari Kementerian Investasi menunjukkan bahwa sepanjang 2024, sektor logam dasar dan pertambangan masih menjadi andalan Foreign Direct Investment (FDI), dengan nilai masing-masing mencapai USD13,6 miliar dan USD5,2 miliar. Namun, minat terhadap ekosistem EV belum sekuat ekspektasi.

“Investor masih percaya pada komoditas kita, tapi mereka ragu apakah ekosistem EV kita sudah siap. Ini soal eksekusi kebijakan, bukan lagi potensi di atas kertas,” tegas Josua.

Josua menegaskan bahwa kegagalan proyek besar seperti LG seharusnya menjadi wake-up call. Pemerintah perlu mempercepat reformasi struktural agar narasi Indonesia sebagai pemain utama EV dunia tidak hanya jadi slogan, tetapi terealisasi melalui industrialisasi dan penciptaan nilai tambah dalam negeri.

 

Penulis: Pasha Yudha Ernowo

Redaktur: Untung S

 

Berita ini sudah terbit di infopublik: https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/916190/ekonom-gagalnya-investasi-lg-jadi-alarm-reformasi-ekosistem-ev-indonesia