Indonesia.go.id - BGN Evaluasi Mekanisme Penyajian dan Pengiriman Makanan Program MBG

BGN Evaluasi Mekanisme Penyajian dan Pengiriman Makanan Program MBG

  • Administrator
  • Kamis, 15 Mei 2025 | 15:12 WIB
PROGRAM MBG
  Kepala BGN Dadan Hindayana
Dadan menambahan, mekanisme waktu konsumsi makanan pun akan diperketat. Ini artinya, makanan yang sudah tiba dari SPPG harus segera dikonsumsi.

Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan evaluasi terhadap mekanisme penyajian dan pengiriman makanan untuk program MBG yang dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Langkah ini diambil sebagai respon atas kasus keracunan MBG di Kota Bogor, Jawa Barat.

"BGN bakal memangkas waktu penyajian dan pengiriman agar makanan bisa langsung dikonsumsi oleh penerima manfaat. Kita juga ingin lebih selektif di dalam pemilihan bahan baku. Kemudian kita akan memendekkan waktu antara penyiapan dan processing (memasak)," kata Kepala BGN Dadan Hindayana dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Dadan menambahan, mekanisme waktu konsumsi makanan pun akan diperketat. Ini artinya, makanan yang sudah tiba dari SPPG harus segera dikonsumsi. "Delivery-nya tepat waktu, tapi karena ada kegiatan di sekolah, makanya agar terlambat (makannya), sehingga makanan terlalu lama disimpan," kata Dadan.

Siswa juga diminta untuk tidak membawa makanan ke rumah. Hal ini untuk menghindari keracunan lantaran makanan punya batas waktu konsumsi.

Dadan Hindayana mengungkapkan bahwa penyebab ratusan siswa yang mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di Bogor adalah kontaminasi dua jenis bakteri, yakni Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella. Kedua bakteri tersebut ditemukan pada bahan makanan yang dikonsumsi siswa, seperti telur dan sayuran.

“Kami sudah cek bahwa penyebabnya ini sudah keluar dari lab, bahwa ada kontaminasi Salmonella dan E. coli ya dari bakteri. Itu ada di air, ada di bahan baku, di telur, dan juga ada di sayuran,” lanjutnya.

Menurut Dadan, berdasarkan laporan dari lapangan, tidak ada indikasi awal makanan terkontaminasi. Para siswa juga mengonsumsi makanan tersebut tanpa kecurigaan.

“Dari laporan saya bertanya juga dengan korbannya, bahwa tidak ada hal yang mencurigakan terkait dengan itu, karena waktu makan pun bisa dengan lahap mengonsumsi,” katanya.

Dadan menegaskan bahwa insiden ini menjadi peringatan serius bagi BGN untuk meningkatkan pengawasan dalam program MBG. “Saya prihatin dengan kejadian ini karena Badan Gizi kan sedang menargetkan untuk nol kejadian, tapi ini kejadian (keracunan bakteri),” ungkap Dadan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat total korban keracunan mencapai 223 orang hingga Selasa (13/5/2025).

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu (14/5/2025) mengaku telah menerima hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) Kota Bogor dari pemeriksaan sisa makanan kejadiaan dugaan keracunan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel sisa makanan berupa nasi, telur mata sapi, tahu, tumis toge serta beberapa bahan lainnya yang dilakukan selama kurang lebih empat hari terakhir, hasilnya menunjukkan bahwa beberapa bahan itu ternyata mengandung bakteri e.coli dan salmonella.

"Bakteri e.coli dan salmonella ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa, mengakibatkan lebih dari 200 siswa terdampak," kata Dedie A. Rachim.

Untuk pemeriksaan tambahan lainnya berupa air dan pemeriksaan langsung kepada tubuh dari siswa yang harus diperiksa lebih dalam, hasilnya belum diketahui. Dari hasil pemeriksaan pada pelajar yang terdampak, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menegaskan ke depan peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi.

"Kita juga meminta mungkin SOP nya lebih diperketat lagi, dan mungkin juga pengawasan, jadi jangan kemudian dianggap sepele karena ini betul-betul menurut kami ini sesuatu yang sangat serius, mengingat saat terdampak adanya dugaan keracunan makanan, maka Pemerintah kota Bogor harus ikut serta terlibat terutama di penanganan medisnya," tegas Dedie Rachim.

Sehingga, pasca kejadian, Pemkot Bogor mengeluarkan peringatan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk memastikan penanganan medis di Rumah sakit seluruh kota Bogor ini bisa ditangani oleh APBD Kota Bogor.

"Intinya ini jadi tanggung jawab kita bersama, ke depan harus kita perbaiki dan jangan sampai terjadi lagi, karena ini betul- betul harus menjadi perhatian kita bersama," tutur Dedie Rachim.

 

Penulis: Isma
Redaktur: Untung S

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/919258/bgn-evaluasi-mekanisme-penyajian-dan-pengiriman-makanan-program-mbg