Indonesia.go.id - Ini Tiga Tantangan Hilirisasi Sektor Keuangan

Ini Tiga Tantangan Hilirisasi Sektor Keuangan

  • Administrator
  • Rabu, 23 Juli 2025 | 09:27 WIB
KEUANGAN
  Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu saat menyampaikan sambutan pada acara Indonesia Re International Conference (IIC) 2025, di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Foto: Ismadi Amrin/InfoPublik
Hilirisasi sektor keuangan saat ini menghadapi tiga tantangan antara lain masalah tata kelola, regulasi, hingga perspektif investor terhadap sektor keuangan terutama yang berada di hilir.

Hilirisasi sektor keuangan saat ini menghadapi tiga tantangan antara lain masalah tata kelola, regulasi, hingga perspektif investor terhadap sektor keuangan terutama yang berada di hilir.

Demikian disampaikan Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, Benny Waworuntu, dalam acara Indonesia Re International Conference (IIC) 2025 di Menara Danareksa, Selasa (22/7/2025).

Menurut Benny, hilirisasi sektor keuangan dimaknai sebagai proses penguatan sektor hilir keuangan, termasuk reasuransi, yang memegang peranan penting sebagai penopang terakhir dalam ekosistem industri jasa keuangan.

Benny Waworuntu mengingatkan bahwa industri asuransi dan reasuransi nasional harus menyadari dan mengakui terlebih dahulu mengenai permasalahan tata kelola di industrinya.

"Kemudian, yang kedua adalah mengenai regulasi. Regulasi ini menjadi sangat penting, karena ini adalah memagari proses bisnis yang kita lakukan," kata Benny.

Benny menilai hingga saat ini industri asuransi masih belum dilihat sebagai risiko sistemik (systemic risk).

Padahal, sejumlah kasus menunjukkan potensi dampak sistemik yang besar.

Ia mencontohkan kasus Jiwasraya hingga Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera (AJBB).

Apabila risiko-risiko tidak ditangani dengan baik, Benny mengingatkan adanya dampak yang bisa meluas.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya perbaikan bersama dalam regulasi untuk mencegah risiko yang lebih besar bagi perekonomian.

Selain itu, ia menyoroti pentingnya optimalisasi kapasitas reasuransi dalam negeri yang dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal, meski Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) dan modal yang memadai. Menurutnya, perlu regulasi yang tepat agar potensi tersebut dapat dioptimalkan.

Benny juga menekankan perlunya kesetaraan antar pelaku industri jasa keuangan (level of playing field) tingkat lokal maupun global, joint venture (JV) maupun non-JV, guna menciptakan pemahaman dan pendekatan risiko yang sejalan.

Dari perspektif investor, tantangan yang dihadapi adalah belum semua pihak memahami bahwa industri asuransi bersifat padat modal (capital intensive).

Perusahaan tetap perlu menambah modal, karena setiap premi yang diterima harus didukung oleh permodalan yang cukup untuk menjamin pembayaran klaim di masa depan.

Sebagai langkah perbaikan, Benny menawarkan sejumlah solusi strategis untuk menjawab tantangan hilirisasi sektor keuangan tersebut.

Pertama, perlunya dukungan regulator melalui regulasi yang mendorong penguatan industri dan hilirisasi sektor jasa keuangan.

Kedua, pelaku industri juga harus melakukan perbaikan menyeluruh, mulai dari proses bisnis, penguasaan teknologi, peningkatan kualitas SDM, hingga tata kelola yang lebih baik.

Ketiga, penguatan permodalan menjadi hal krusial untuk meningkatkan kapasitas penanggungan risiko serta daya saing industri.

Terakhir, Benny menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan guna memperkuat tata kelola dan integritas sektor asuransi secara berkelanjutan.

"Itu kenapa kita duduk sama-sama di sini (Indonesia Re International Conference) adalah kita coba diskusi dan kita harus berkolaborasi untuk memajukan industri asuransi-reasuransi," tutup Benny.

 

Penulis: Ismadi Amrin

Redaktur: Untung S

 

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/929859/ini-tiga-tantangan-hilirisasi-sektor-keuangan

-->