Indonesia.go.id - Mendorong Kebangkitan Industri Film Nasional

Mendorong Kebangkitan Industri Film Nasional

  • Administrator
  • Minggu, 19 September 2021 | 07:28 WIB
PERFILMAN
  Pekerja memasang 'QR Code' PeduliLindungi sebagai persiapan dibukanya kembali bioskop di Grand City Mall Surabaya, Jawa Timur, Selasa (14/9/2021). ANTARA FOTO/ Didik Suhartono
Pemerintah memberikan bantuan modal bagi industri perfilman nasional untuk mulai memproduksi konten-konten berkualitas. Insentif ini diharapkan dapat membuka sebanyak mungkin lapangan pekerjaan di sektor industri perfilman nasional.

Pandemi telah berlangsung 18 bulan sejak kehadirannya pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo, pada 2 Maret 2020, setelah terdapat dua warga terkonfirmasi positif virus SARS COV-2. Kita tentu masih ingat bagaimana sepanjang Juli 2021 semua pihak dibuat repot oleh meningkatnya penyebaran Covid-19, terutama varian Delta di Indonesia. Angka-angka psikologis sempat tercipta pada masa itu.

Lihatlah bagaimana pada 15 Juli terdapat 56.757 kasus positif harian. Kemudian pada 24 Juli kasus aktif menyentuh 574.135 kasus aktif dan 27 Juli angka kematian mencapai 2.069 kasus.  Syukurlah, perlahan tapi pasti kita mampu menjinakkan penyebaran Covid-19.

Gencarnya kegiatan vaksinasi di berbagai daerah turut menyumbang melandainya penyebaran corona. Menurut catatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jika pada 13 Agustus masih terdapat 1.432 kasus aktif, maka pada 13 September angka itu turun drastis menjadi 276 kasus.

Selain itu, hingga 13 September sudah ada 73.310.563 orang menerima vaksin dosis pertama, 42.104.839 orang disuntik vaksin dosis kedua, serta 784.374 orang disuntik vaksin ketiga. Targetnya, vaksinasi menyasar 208.265.720 penduduk Indonesia. Melandainya penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini ikut ditunjang oleh penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tanpa henti sejak 3 Juli--20 September 2021. Penerapan PPKM secara simultan itu ikut membuahkan hasil.

Dalam penerapan di seluruh Jawa dan Bali, mengutip data Satgas Penanganan Covid-19 per 13 September, 43 kabupaten/kota sudah masuk level 2 atau berada di zona kuning. Kemudian 74 kabupaten/kota di level 3 (zona oranye), dan masih menyisakan 11 kabupaten/kota berlevel 4 atau zona merah. Sedangkan di luar Jawa dan Bali, 2 kabupaten/kota masuk level 1 atau zona hijau, dan 118 kabupaten/kota berlevel 2, 243 kabupaten/kota level 3, serta masih terdapat 23 kabupaten/kota belum beranjak dari level 4.

Kondisi terkini itu membuat pemerintah mulai melakukan sejumlah kebijakan lanjutan, agar terus terjadi pemulihan di berbagai sektor. Salah satunya adalah rencana pembukaan kembali bioskop-bioskop dengan kapasitas terbatas, khususnya pada daerah-daerah yang sudah menyandang status, selain level 4.

Kegiatan itu akan mulai dilakukan pada pekan ini di sejumlah kota. "Kita akan uji coba membuka bioskop mulai pekan ini dengan kapasitas 50 persen. Diharapkan akan semakin menggiatkan industri perfilman nasional dan membangkitkan semangat para pelaku di industri film," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno seperti dikutip dari Antara, Senin (14/9/2021). 

Sandiaga mengungkapkan, pemerintah juga memberikan sejumlah insentif untuk industri kreatif termasuk film di masa pandemi. Insentif ini diharapkannya dapat membantu produksi konten-konten yang memiliki kualitas baik. Pihaknya sudah mendapat persetujuan dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) untuk penyaluran insentif tersebut mulai September ini.

Insentif ini diharapkan dapat berdampak positif kepada ekosistem perfilman nasional. "Sehingga nantinya bisa membuka peluang kerja bagi insan-insan perfilman nasional di mana satu produksi film bisa membuka 200--300 lapangan pekerjaan," kata mantan wakil gubernur DKI Jakarta ini.

Pada kesempatan sebelumnya, Ketua Bidang Penjurian Festival Film Indonesia 2021 Garin Nugroho juga menyatakan bahwa ada dukungan nyata dari pemerintah bagi kebangkitan industri perfilman nasional dalam bentuk bantuan modal produksi. Hal itu dia katakan usai mengikuti pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/9/2021).

Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin, seperti dikutip Antara, menyambut rencana pembukaan kembali bioskop. Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan sejumlah persiapan. Misalnya, penerapan protokol kesehatan di dalam ruang bioskop di mana setiap penonton wajib memakai masker dan membatasi jumlah kursi penonton. GPBSI, kata Djonny, juga telah meminta seluruh pengelola bioskop untuk mengikuti regulasi dengan menyediakan medium barcode untuk aplikasi PeduliLindungi.

Mengutip laporan Film Indonesia, selama pandemi terdapat 2.145 layar serta 517 bisokop atau masing-masing tumbuh 1,7 persen dan 1,8 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2018 ketika terdapat 1.824 layar (naik 17,8 persen) dan 430 bioskop (19,8 persen). Pada 2016, jumlah layar baru sebanyak 1.330 buah dan 313 unit bioskop.

Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam sebuah penelitiannya mengungkapkan, 2019 menjadi puncak kejayaan dalam sejarah industri perfilman nasional. Saat itu, terdapat 53 juta tiket film nasional ludes terjual. Kalau diasumsikan rata-rata harga tiket adalah Rp40.000, nilai penjualan tiket film nasional diperkirakan mencapai Rp2,12 triliun

Indikator kesuksesan industri film nasional juga terlihat dari pencapaian lainnya ketika untuk pertama kalinya terdapat 15 film nasional yang penjualan tiketnya mencapai lebih dari 1 juta. Setiap judul film terlaris itu mampu menyedot rata-rata 3,5--7 juta pembeli tiket alias penonton. Contohnya, film romantisme remaja tahun 1990-an, Dilan 1991 yang dinobatkan sebagai salah satu film terlaris di 2019. Sekuel dari Dilan 1990 dan diadaptasi dari novel Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 karya Pidi Baiq ini mampu menyedot 6,7 juta penonton.

Data SMRC juga menyebutkan, pada 2019 film nasional menguasai 35 persen dari pasar film di dalam negeri. Artinya mampu bersaing dengan film asing yang merebut 65 persen pasar nasional. Angka 35 persen itu menurut SMRC adalah petunjuk sehat ketika mayoritas negara di Asia pangsa pasar film nasionalnya justru masih di bawah 30 persen. Hanya ada empat negara Asia dengan penguasaan film nasional di atas 50 persen, yaitu Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Yuk kita bangkitkan kembali industri perfilman nasional. Salah satunya dengan memilih film-film nasional berkualitas dan layak ditonton oleh keluarga Indonesia. Jangan lupa juga untuk tetap menjaga protokol kesehatan dengan terus memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta menjaga jarak.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari