Dengan latar belakang lima buah pilar beton, yang semua puncaknya dihiasi pot kembang, Bung Karno hadir di Mexico City, dalam bentuk patung perunggu setinggi 2,6 meter. Berpeci dan mengenakan “jas revolusionernya”, patung Bung Karno berdiri di atas meja beton setinggi 1 meter dan menatap lurus ke arah jantung Mexico City.
Patung dengan warna bronze itu diresmikan oleh Menteri Kordinator PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Puan Maharani, Kamis (27/9/2019). Puan diundang resmi oleh Pemerintah Mexico sebagai menteri sekaligus cucu Presiden RI pertama itu. Kehadiran Puan Maharani itu menandai diresmikannya Parque (taman) Soekarno, di tengah keramaian Distrik Lomas Virreyes, di jantung Mexico City.
‘’Kehadiran patung Soekarno di Mexico City ini kami maknai sebagai sebuah penghormatan yang tinggi dari rakyat Meksiko kepada kami, Bangsa Indonesia pada umumnya, serta keluarga Presiden Soekarno pada khususnya,” ujar Puan Maharani dalam sambutannya.
Hadir dalam acara itu Wali Kota Mexico City Venustiano Carranza, sejumlah pejabat Kementerian Luar Negeri Mexico, serta Edyza Ponzanelli, pematung kondang setempat, yang mengerjakan patung Bung Karno itu. Menko Puan Maharani hadir didamping oleh Duta Besar RI di Meksiko Sheppy T Wartono, beberapa pejabat Kemenko PMK, serta pejabat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama Bung Karno memang menorehkan catatan tersendiri dalam sejarah hubungan Indonesia- Meksiko. Sebagai sosok pemimpin dunia yang memprakarsai Gerakan Non-Blok dan Konferensi (Solidaritas) Asia-Afrika, Bung Karno tidak setengah hati mendorong negara-negara Amerika Tengah dan Selatan keluar dari polarisasi Blok Barat dan Timur dan bergabung dalam ruang bebas Non-Blok.
Konstelasi Blok Barat vs Blok Timur itu, di mata Bung Karno, hanya menggiring negara-negara dari dunia ketiga memilih merunduk di depan hegemoni Amerika Serikat (AS) atau Uni Soviet. Maka, perlu ruang bebas di luar tarikan magnet kedua blok tadi. Ruangan itu akan dibangun di atas platform kesetaraan. Dengan begitu, tatanan dunia akan lebih berkeadilan, independen, dan damai. Polarisasi Barat versus Timur tak akan berkembang semakin tajam.
Untuk misi ini Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara. Kawasan Karibia, Amerika Tengah, dan Selatan menjadi prioritas, karena bisa menjadi bandul yang membawa perubahan, seperti Meksiko dan Kuba. Jangan heran, Bung Karno berkunjung tiga kali ke Meksiko, yakni pada 1959, 1950, dan 1961.
Meski giat menggalang dunia ketiga, tak berarti Bung Karno ingin berhadap-hadapan dengan AS atau Uni Soviet. Maka, ketika itu hubungan Presiden RI itu dengan Presiden AS, John F Kennedy maupun Pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev selalu hangat. Kepada kedua pemimpin negeri adidaya itu Bung Karno menakinkan bahwa kawasan nonblok itu diperlukan agar duna tak terbelah menjadi dua kutub yang saling bermusuhan, yang justru akan menimbulkan ketegangan yang tak berkesudahan.
Tentu, tak mudah meyakinkan pemimpin-peminpin dunia tentang pentingnya blok ketiga itu. Ditambah lagi tentang solidaritas Asia-Afrika, yang antara lain, mengagendakan kerja sama ekonomi atas dasar kesetaraan, bukan ketergantungan. Dalam rangka menggalang dukungan untuk agenda-agenda global itulah Bung Karno berkeliling dunia, termasuk Meksiko, negeri yang dikaguminya karena dianggap bisa mengembangkan budaya nasionalnya.
Tak heran bila Bung Karno dekat dengan Presiden Meksiko Adolfo Ruiz Cortinez. Bahkan, setiap kali ke Meksiko, Bung Karno meluangkan waktu untuk menginap beberapa hari di negeri cantik ini. Presiden Soekarno mendapatkan rasa hormat dari para pemimpin Meksiko saat itu dan menjalin persahabatan dengan Presiden Adilfo Cortinez.
Sebagai tanda persahabatan, Pemerintah Meksiko pun menghibahkan dana untuk membangun gedung sekolah. Maka berdirilah banggunan TK dan SD di Menteng, Jakarta Pusat, dan di Jl Malabar, Bogor. Keduanya dinamai TK dan SD Meksindo (Meksiko-Indonesia). Sampai hari ini sekolah itu masih ada, dan menjadi monumen persahabatan kedua negara.
Pemerintah Meksiko memandang Bung Karno bukan hanya sebagai Presiden RI, dan bukan pula hanya sebagai tokoh paling ikonik dalam perjuangan kemerdekaan bangsanya dari jeratan kolonialisme. Lebih dari itu, Pemerintah Meksiko melihat Presiden Soekarno sebagai salah satu pemimpin dunia yang gigih memperjuangkan perdamaian global, dengan menghapus kebekuan di antara dualisme Blok Barat dan Timur. Kenangan itulah yang kini tertanam di Parque Soekarno di Mexico City.
Meksiko punya tradisi menghormati para pemimpin dari berbagai belahan dunia yang punya reputasi mendunia, terkait perjuangan mereka untuk kebebasan, kesetaraan, perdamaian, atau kemanusiaan. Tokoh-tokoh itu diabadikan dalam bentuk patung di taman kota. Maka, Taman Soekarno itu menjadi situs sejarah baru di Meksiko City, bersanding dengan nama-nama seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr Simon Bolivar, Winston Churcill, Josep Broz Tito, Abraham Lincoln, dan Ho Chi Minh. (P-1)