Satu pendatang baru muncul di deretan elite politik nasional, dia adalah Jazilul Fawaid. Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berusia 48 tahun itu kini resmi menjabat sebagai satu dari delapan Wakil Ketua MPR RI setelah dilantik Kamis (3/10/2019). Secara protokoler, ia ada di jajaran pejabat negara selevel menteri atau kepala lembaga negara. Jazilul Fawaid berdiri di posisi yang setara dengan mentornya, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang menjabat Wakil Ketua DPR.
Hingga 2013, Jazilul masih berstatus sebagai Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ketika itu dijabat Muhaimin Iskandar. Ia kemudian masuk menjadi anggota dewan, lewat proses pergantian antarwaktu (PAW), mengisi posisi yang ditinggalkan Lily Wahid. Adapun Lily, adik dari Presiden RI ke-4 KH. Abdurahman Wahid itu, dicopot karena tak berkesesuaian jalan dengan Muhaimin Iskandar.
Jazilul adalah sosok santri politik yang tangguh. Lahir dari keluarga guru agama di Pulau Bawean, gugus kepulauan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ia meninggalkan kampungnya untuk belajar di Kertosono, Jombang, untuk melanjutkan pendidikan Tsanawiyahnya dan ke Gresik untuk jenjang Aliyahnya. Semua ditempuh di lingkungan Pesantren NU. Lulus Aliyah 1990, ia ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di PTIQ (Pendidikan Tinggi Ilmu Al Quran). Di situlah ia memperoleh jenjang S-1 (1998) dan S-2 (2012).
Semasa kuliah, Jazilul Fawaid aktif di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), yang berafiliasi ke NU. Lulus dari PTIQ, ia mengajar di sebuah sekolah tinggi agama yang bernaung di bawah NU, dan ikut menjadi tenaga ahli di Fraksi PKB di DPR. Jazilul juga aktif di Pengurus Pusat Pemuda Anshor di Jakarta. Ia juga mulai berwiraswasta dengan membuka usaha digital printing. Usahanya cukup maju.
Dengan pijakan dan relasi politik yang cukup kuat, ia pun terjun dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009 untuk DPR RI di Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim 10 yang meliputi Gresik dan Lamongan. Namun, ketika itu dia hanya menempati posisi kedua, di bawah Lily Chodidjah Wahid. Tiket ke Senayan untuk Lily Wahid. Namun, pintu bagi Jazilul terbuka setelah Lily Wahid bentrok dengan Ketua Umum Muhaimin, antara lain, karena perbedaan sikap atas isu Bank Century. Lily Wahid digeser dan ia menggantikannya.
Dengan status inkumben, Jazilul Fawaid kembali berlaga pada Pemilu 2014. Meski hanya punya waktu setahun sebagai petahana, ia menunjukkan kecakapannya dalam menggalang dukungan politik. Jazilul pun sukses meraih dukungan lebih dari 94 ribu suara. Kecakapannya dalam politik, dan kedekatannya dengan Ketua Umum Muhaimin Iskandar, membuatnya makin diperhitungkan. Tak heran bila ia meraih tempat strategis di Komisi V, yang antara lain, membidangi Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sekaligus dipercaya untuk mewakili Fraksi PKB di Badan Aggaran DPR-RI sebagai Wakil Ketua Badan.
Pengaruhnya semakin kuat, termasuk di daerah pemilihannya. Maka, dalam Pemilu 2019 lalu, Jazilul Fawaid mampu meraih dukungan 186,8 ribu suara, hampir dua kali lipat dari raihan suaranya di tahun 2014. Ia tercatat sebagai peraih suara tertinggi dari semua kader PKB, termasuk menyalip raihan sang mentor Muhaimin Iskandar. Keruan saja, Jazilul Fawaid melangkah ke Senayan dengan legitimasi yang lebih kuat. Apalagi, kader Anshor ini cukup peka merespons isu-isu publik tentang rokok atau narkoba.
Dalam posisi sebagai anggota Banggar. Jazilul menyodok tim dari Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Universitas Indonesia yang datang untuk mendiskusikan soal bahaya merokok serta akibatnya terhadap ekonomi. Dengan menyatakan dirinya sebagai perokok, ia memimta tim dari UI itu membahas isu itu ke Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan. ‘’Di sini urusannya adalah penerimaan cukai. Kalau urusan kesehatan ke Komisi 9 saja,’’ katanya.
Pada kesempatan lain, Jazilul juga mendesak agar eksekusi segera dilakukan terhadap bandar narkoba yang hukuman matinya sudah berkekuatan tetap. ‘’Kalau tidak dihadapi dengan cara keras, anak-anak kita bisa terus terancam,’’ katanya. Kader Anshor itu juga mendesak Kejaksaan Agung agar membentuk tim Saber Pungli untuk menindak pelaku pungli dalam proses sertifikasi tanah.
Sebagai orang politik, Jazilul Fawaid juga pernah tersenggol isu gratifikasi. Ia pernah diperiksa sebagai saksi di KPK (April 2017) terkait kasus dugaaan suap proyek jalan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan tersangka Komisaris PT Cahaya Mas Sok Kok Seng. Ia diperiksa sebagai anggota Badan Anggaran dan anggota Komisi V DPR RI, dalam kaitannya proses pembahasan proyek. Dalam kasus itu, KPK telah menetapkan dua tersangka dari DPR RI, yaitu Musa Zainuddin dari PKB dan Yudi Widiana Adi dari PKS.
Sebelumnya, Jazilul pernah pula diperiksa sebagai saksi oleh KPK dalam kasus suap Program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) Transmigrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Pemeriksaan itu terkait posisinya sebagai staf khusus menteri sekaligus Ketua Satgas TKI Bermasalah di kementerian tersebut. Namun, sejauh ini tak terbukti ada keterlibatannya.
Dalam keseharian Jazilul Fawaid tampil sederhana untuk ukuran anggota DPR. Ia menggunakan mobil Kijang Innova sebagai kendaraan operasionalnya. Ia juga tak mencatatkan kepemilikan mobil branded dalam laporan harta kekayaannya ke KPK. Total harta kekayaan yang dilaporkan akhir Maret 2019 lalu sebesar Rp7,8 miliar. Ia menempati posisi juru kunci dalam hal harta kekayaan di antara deretan 10 tokoh yang kini menjadi Pimpinan MPR RI 2019-2014. (P-1)