Suharso Monoarfa, dalam dirinya mengalir darah biru politik bangsawan Gorontalo yang kenyang asam garam perpolitikan. Nama keluarga Monoarfa adalah jaminan kesuksesan dalam politik di wilayah tengah utara kepulauan Sulawesi itu.
Lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 31 Oktober 1954, Suharso adalah pengusaha dan politikus yang tangguh. Karirnya membentang jauh sejak akhir 70-an berawal dari tempat dia kuliah di Institut Teknologi Bandung (1974-1978). Ketangguhan politiknya tertempa di organisasi kemahasiswaan dan pers mahasiswa. Sepak terjangnya di dunia aktivis mahasiswa mengingatkan orang akan kedekatannya dengan sosok politisi kuat di zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Dipo Alam, yang merupakan teman sepermainannya di kampus.
Membaca Arah Angin
Suharso adalah seorang yang sangat tajam dalam melihat arah angin politik bertiup. Karir profesionalnya yang dia bangun sejak awal 80-an, meliputi bidang yang sangat luas. Mulai dari penyedia barang-barang bagi grup pengusaha asal Gorontalo, Gobel Group, Suharso meniti karir profesional yang bermacam-macam. Konsultan pendirian pabrik gula, listrik masuk desa, pengembangan koperasi, hingga logistik, pernah dia lakoni. Tetapi dia justru memiliki karir yang panjang sebagai pemimpin usaha Harian Majalah Mobil Motor.
Selepas itu dia memasuki karir yang serius di grup Bukaka yang berada di bawah asuhan sepupu Jusuf Kalla, yakni Aksa Mahmud. Dari jabatan asisten direktur utama hingga sekretaris koorporasi dia jalani dengan ketelatenan yang tinggi. Tetapi aktivitasnya yang kuat di tubuh angkatan muda Golkar (AMPI), yang menaikkan posisi tawar dia hingga memiliki posisi strategis di Kadin. Dari posisi inilah dia bisa menjadi Direktur PT Bukaka Telekomindo International. Posisinya sebagai komisaris di PT Agro Utama Global di akhir 90-an hingga awal 2000-an menunjukkan kedekatannya dengan pengusaha-pengusaha kelas kakap yang sangat menentukan dalam pergulatan ekonomi politik Indonesia pascareformasi.
Kelihaiannya dalam melihat arah angin perubahan mengantarkan Suharso menduduki jabatan-jabatan politik yang dengan mahir dia kelola. Pemahamannya yang kuat membuat dia memilih untuk berpindah ke Partai Persatuan Pembangunan yang mampu membawanya menduduki kursi DPR dan duduk di Komisi VII. Sejak saat itu posisi Suharso semakin mantap dalam jajaran pimpinan partai di bawah gerbong Suryadharma Ali. Posisi bendahara sampai dengan wakil ketua umum partai lengkap mengisi profilnya.
Kehidupan Pribadi
Hanya sedikit catatan kehidupan pribadi Suharso Monoarfa yang tercatat oleh media. Dari perkawinannya dengan Carolina Kaluku, dia dianugerahi seorang anak perempuan yang saat itu masih berumur sekolah dasar.
Posisinya sempat mengalami stagnasi sebelum dia naik kembali menuju kursi Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) pada 2015. Penangkapan Ketua Umum PPP Romahurmuzy pada 2019 ini mengantar Suharso menduduki jabatan pelaksana tugas Ketua Umum PPP. Posisi ini yang kemudian mengantarkan Suharso menduduki kursi Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Indonesia Maju yang akan membantu Jokowi-Ma'ruf pada periode 2019-2021. (Y-1)