Dua menteri ini benar-benar jadi ujung tombak dalam program utama Jokowi periode pertama, yakni menembus keterisolasian dan pembangunan infrastruktur.
Sehingga tak heran bila nama dua menteri ini masih masuk dalam Kabinet Kerja jilid II. Basuki Hadimuljono tetap di tempat lamanya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Budi Karya Sumadi di pos lamanya Kementerian Perhubungan.
Dalam kurun waktu 5 tahun ini, dilakukan pembangunan infrastruktur transportasi dengan pendekatan Indonesia Sentris untuk membuka keterisolasian, yaitu dengan memberikan dukungan aksesibilitas terhadap Daerah 3TP (terluar, terdepan, tertinggal, dan perbatasan).
Di antaranya, melalui penyediaan prasarana yaitu 18 rute tol laut dengan tujuan menekan disparitas harga di Indonesia Timur; 891 trayek angkutan perintis (angkutan jalan, SDP, KA, laut dan udara), dan pembangunan serta pengembangan 131 bandara di daerah rawan bencana, perbatasan, dan terisolir.
Kementerian Perhubungan telah melaksanakan program jembatan udara untuk meningkatkan konektivitas logistik dengan menyediakan 39 rute yang dilayani sampai ke daerah-daerah pedalaman, terpencil dan pulau terluar untuk pemerataan serta kesenjangan ekonomi dan pembangunan antarwilayah di Indonesia bagian Timur.
Kemenhub telah melakukan pengembangan transportasi perkotaan. Pengembangan angkutan massal di wilayah perkotaan mampu memindahkan sebagian pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah ke angkutan umum. Di Jabodetabek, proporsi perjalanan dengan angkutan umum terus meningkat seiring perbaikan layanan angkutan umum yang ada. Saat ini sudah ada MRT dan KRL yang mampu menarik minat masyarakat menggunakan transportasi massal.
Capaian Sektor Perhubungan Laut yaitu Pembangunan Pelabuhan Non Komersial sebanyak 118 lokasi dan pengembangan pelabuhan di antaranya pengembangan Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Kuala Tanjung dan proyek tol laut.
Untuk meningkatkan bidang logistik, Kementerian Perhubungan juga akan menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub internasional. Hal tersebut dilihat dari arus bongkar muat (troughput) petikemas di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2018 yang mencapai 7,5 juta TEUs dan diharapkan dapat terus bertambah menjadi 8 hingga 12 juta TEUs di tahun 2019. Sehingga ke depan perdagangan ke luar negeri dari Indonesia dapat ditangani oleh Pelabuhan Tanjung Priok.
Pada sektor Perhubungan Udara capaiannya antara lain Pembangunan Bandara Baru di 15 lokasi untuk peningkatan konektivitas antarwilayah dan peningkatan pariwisata 5 Bali Baru Indonesia.
Sedangkan capaian pada Sektor Perkeretaapian yaitu Pembangunan proyek Double-Double Track (DDT), Reaktiviasi jalur KA, Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung dan Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya.
Budi Karya Sumadi (BKS) lahir di Palembang 18 Desember 1956. Semasa kecil ia hidup di kota kelahirannya. BKS berasal dari kalangan biasa atau bukan dari keluarga berada. Bahkan ketika usianya menginjak 10 tahun, BKS kecil sempat membantu usaha orang tuanya berjualan sabun, lilin, makanan kering, dan selai pisang. Dagangan tersebut sebagian ditipkan di warung dan sebagian lagi dijajakan sendiri.
Karirnya diawali sebagai arsitek perencanaan di Departemen Real Estate PT Pembangunan Jaya. Sehingga akhirnya sukses dan dipercaya menduduki kursi Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk dan PT Jakarta Propertindo. Jakarta Propertindo merupakan bagian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Proyek yang dibangun PT Jakarta Propertindo di bawah kepemimpinan Budi Karya salah satunya adalah revitalisasi taman kota Waduk Pluit dan Waduk Ria-Rio. Juga penyelesaian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Marunda, serta Electronic Road Pricing (ERP).
Sukses di PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propetindo, Budi Karya kemudian dipercaya untuk memimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Angkasa Pura II. PT Angkasa Pura II mengelola 13 bandara di Indonesia termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di BUMN pengelola bandara ini, Budi Karya dianggap berhasil. Karenanya dalam reshuffle Kabinet Kerja I, dia ditarik untuk memimpin Kementerian Perhubungan.
Budi Karya sekolah di SD Muhammadiyah Bukit Kecil. Lalu, ke Talang Semut Lama, dan SMA Xaverius I. Setelah itu, Ia pun hijrah ke tanah Jawa tepatnya Jogjakarta, untuk kuliah Arsitektur di Universitas Gadjah Mada.
Budi Karya dan Presiden Joko Widodo sudah saling mengenal bahkan sejak Presiden Joko Widodo masih menjabat sebagai Gubernur Pemprov DKI Jakarta. Sehingga keduanya mudah tune in.
Sesuai arahan Presiden, tugasnya sebagai Menteri Perhubungan pada Kabinet Kerja, adalah memperbaiki masalah konektivitas baik untuk jalur darat, laut, maupun udara. Lalu pesan kedua, dirinya diharapkan mampu memberdayakan stakeholder dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. (E-2)