Indonesia.go.id - Bekas PNS yang Pernah jadi Bupati dan Gubernur

Bekas PNS yang Pernah jadi Bupati dan Gubernur

  • Administrator
  • Sabtu, 26 Oktober 2019 | 01:48 WIB
PROFIL MENTERI
  Syahrul Yasin Limpo. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Nama Syahrul Yasin Limpo merupakan nama yang tak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama untuk masyarakat Sulawesi Selatan. Dalam Kabinet Indonesia Maju, dia dipercaya untuk mengisi posisi Menteri Pertanian. 

Ia adalah mantan bupati Gowa 2 periode dan juga  Gubernur Sulawesi Selatan. Syahrul Yasin adalah putra kedua dari pejuang kemerdekaan Haji Muhammad Yasin Limpo yang juga pendiri Partai Golkar di Makassar. Ibunya adalah Nurhayati Yasin Limpo. Ia lahir di Ngawing, Makassar, pada 15 Maret 1955.

Syahrul menjabat Gubernur Sulsel selama dua periode, dari 8 April 2008 hingga 8 April 2018. Ia berasal dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sejak 2018. Sebelum di Nasdem, Syahrul merupakan kader Partai Golkar. Ia sempat menjadi Ketua DPD I Golkar Sulsel. Sebelum menjabat sebagai Gubernur, Syahrul pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Gowa selama dua periode. Dan menjabat Wakil Gubernur selama satu periode mendampingi Amin Syam pada 2003-2008.

Lulus dari SMA Katolik Cendrawasih Makassar pada 1973, Syahrul kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Sarjana hukum diperolehnya pada 1983. Ia juga menuntaskan pendidikan pascasarjananya di Universitas Hasanuddin pada 2004 lalu mengambil program doktoral di universitas yang sama

Syahrul dulu pegawai negeri sipil (PNS) sejak 1980. Di  karir  birokrasinya cukup melesat. Diawali sebagai kepala Seksi Tata Kota Makassar pada 1982, kemudian kepala Sub Bagian Perangkat IV dan V Biro Pemerintahan Makassar pada 1983.  Kepala wilayah kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa pada 1984. Kepala Bagian Pemerintahan Setwilda Tingkat I Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 1987.  

Syahrul juga pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pembangunan Setwilda Tingkat I Sulsel dan Kepala Bagian Urusan Generasi Moda dan Olahraga Setwilda Tingkat I Sulsel pada 1989. Pada 1991, Syahrul dipercaya menjadi Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa. Ia naik pangkat lagi menjadi Kepala Biro Humas Setwilda Tingkat I.

Prestasi moncer di jalur birokrasi diimbangi pula dengan kegiatan organisasi. Syahrul aktif sebagai sekretaris DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel (1990-1993) dan ketua DPP Angkatan Muda Pembangunan Indonesia (AMPI) Sulsel (1993-1998). Kemudian juga jadi Sekretaris DPP Golkar Sulsel (1993-1999). Sebelum akhirnya menjadi ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar Sulsel periode 2009-2018.

Syahrul menjadi Bupati Gowa pada periode 1994-2002. Setelah dua periode jadi bupati Gowa, Syahrul menjadi Wakil Gubernur Sulsel periode 2003-2008. 2007 Syahrul mengikuti pemilihan gubernur langsung yang pertama pada 2007 berpasangan dengan Agus Arifin Nu'mang. Mereka diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

Dalam pilkada gubernur kali ini Syahrul bersaing ketat dengan Amin Syam (Ketua DPD Golkar Sulsel)-Mansyur Ramli. Amin-Mansyur diusung oleh Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan beberapa partai kecil. Pasangan Syahrul menang.

Tahun pertama menjadi Gubernur, Syahrul menargetkan peningkatan posisi Sulawesi Selatan sebagai provinsi penyangga beras untuk kebutuhan nasional. Target produksi padi pada 2008 sebanyak 4.042.471 ton gabah kering giling (GKG) yang didukung luas lahan sekitar 792.641 ha dengan tingkat produktivitas 51,00 kuintal/ha. Sementara itu, target tanam padi untuk musim tanam 2009 seluas 868.411 ha dengan sasaran produksi 5.084.323 ton GKG dengan produktivitas 58,55 kuintal/ha.

Pada 2009, pergerakan ekonomi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan sekitar 7.8 persen. Hal ini dipicu dengan pertumbuhan produksi jagung sehingga Syahrul Yasin Limpo mengatakan akan melakukan terobosan di tengah krisis global dengan melayani kebutuhan ekspor ke Malaysia dan Filipina, menyusul pengiriman yang sudah dilakukan sekitar 8 ribu ton ke Filipina, Maret 2009. (E-2)