Edhy Prabowo bisa dikatakan satu figur yang sangat dipercaya oleh Prabowo Subianto. Pria kelahiran Muara Enim mencuat ke permukaan dan menjadi perhatian publik ketika bersama Ketua Dewan Kehormatan Partai Gerindra datang ke Istana Kepresidenan, Senin (21/10/2019).
Sebagai orang kepercayaan Prabowo Subianto, wajar bila pria ini pernah tercatat menduduki pelbagai posisi yang cukup strategis, baik di partai maupun di parlemen. Di partai, dia tercatat sebagai Wakil Ketua Partai Gerindra. Begitu juga di parlemen, pernah sebagai Ketua Komisi Komisi IV DPR dan Wakil Ketua Fraksi Gerindra di MPR di periode 2014-2019.
Edhy Prabowo bisa dikatakan sebagai loyalis sejati Prabowo Subianto. Pasalnya, pria ini selalu ikut menemani Prabowo di saat terbuang dari Indonesia, termasuk menemani jenderal bintang tiga tersebut saat berdomisili di Jerman dan Yordania. Kala itu, Prabowo tengah merintis usaha di negeri tersebut.
Pria yang dipilih sebagai menteri di Kementerian Kelautan dan Perikanan itu menurut catatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) memiliki kekayaan mencapai Rp4,56 miliar. Secara personal, Edhy mencatatkan sejumlah prestasi.
Dia sebelumnya adalah atlet pencak silat nasional. Selain pernah berjaya di event Pekan Olahraga Nasional (PON), dia juga pernah mengikuti kejuaraan tingkat mancanegara.
Jejak karir Edhy dimulai pada 1991. Kala itu, dia berhasil diterima menjadi anggota Akabri di Magelang, Jawa Tengah. Sayang kariernya di militer hanya bertahan dua tahun. Edhy dikeluarkan karena terkena sanksi dari kesatuan.
Setelah itu, dia merantau ke Jakarta. Dari sinilah, dia mulai mengenal tokoh Prabowo Subianto yang kala itu masih berpangkat Letkol dan menjabat Dangrup III TNI-AD.
Prabowo akhirnya menampung Edhy dan membiayainya untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Moestopo. Selain itu, Edhy juga diminta untuk belajar silat setiap akhir pekan di Batujajar, Bandung.
Seiring waktu berjalan, Edhy akhirnya menjadi orang kepercayaan Prabowo. Dia menjadi orang yang mendampingi jenderal bintang tiga tersebut saat berdomisili di Jerman dan Yordania. Setelah Prabowo mendirikan Partai Gerindra, Edhy akhirnya memberanikan diri menjadi caleg di kampung halamannya, yakni Dapil Sumatra Selatan II.
Di tempat itu, Edhy harus bersaing dengan sejumlah politisi senior, seperti Mustafa Kamal, Dodi Alex Nurdin, dan Nazarudin Kiemas. Edhy pun berhasil menjadi caleg kelima yang memperoleh suara terbanyak. Perjalanan Edhy pun semakin moncer. Sebagai menteri, harapannya Edhy bisa membantu kepala negara untuk menuju Indonesia yang lebih baik. (F-1)