Indonesia.go.id - Wujud Pengabdian Santriwati kepada Negeri

Wujud Pengabdian Santriwati kepada Negeri

  • Administrator
  • Sabtu, 26 Oktober 2019 | 01:22 WIB
PROFIL MENTERI
  Ida Fauziah. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Ida Fauziyah, perempuan berusia separuh abad ini didaulat oleh Presiden Joko Widodo untuk membantu Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Tenaga Kerja.

Lahir di Mojokerto, Jawa Timur, pada 16 Juli 1969, politisi perempuan ini pernah duduk sebagai anggota DPR-RI di sepanjang 1999-2018. Dengan begitu Ida boleh dikata telah berkarir sebagai legislator selama 20 tahun. Meniti karir politiknya sebagai anggota DPR sejak usia 29 tahun, sebuah usia yang bisa dibilang nisbi masih muda.

Lulus sekolah menengah, tepatnya di MAN Tambak Beras Jombang 1989, ia kemudian meneruskan masuk kuliah ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya. Pelajaran pertamanya di dunia politik, Ida dapatkan saat kuliah. Ida merupakan aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Dia juga aktif di Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Korpri) PMII.

Setelah lulus dan beroleh gelar sarjana, ia sempat mengabdikan dirinya sebagai guru, sebelum akhirnya terjun ke dunia politik. Sejalan dengan lahirnya Era Reformasi, Ida bergabung dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), sebuah partai besutan dari tokoh-tokoh NU. Sengaja merepresentasikan Dapil Jawa Timur, ia maju mewakili daerah Jombang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Mojokerto, Nganjuk, Kota Madiun, dan Kota Mojokerto.

Pada Pemilu 1999, Ida lolos sebagai anggota DPR-RI ke Senayan. Saat itu ia merupakan anggota termuda. Sekalipun begitu ia tampak tampil penuh percaya diri saat didaulat memimpin sidang paripurna DPR-RI di masa bakti 1999-2004. Naga-naganya pengalamannya sebagai aktivis di PMII dahulu telah mengajarkannya untuk selalu percaya diri.

Pada pemilu berikutnya, Ida Fauziah terpilih kembali menjadi anggota dewan. Dia menjadi anggota DPR-RI 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019. Sebagai legislator, ciri khas Ida adalah kelembutan dan kesantunannya layaknya seorang perempuan Jawa yang ideal.

Ida banyak memegang jabatan tinggi di DPR-RI. Pada periode 2012-2014, ia bertugas sebagai ketua Komisi VIII DPR-RI di bidang agama, perempuan, dan sosial. Tahun 2014-2019, dirinya bertugas di Badan Anggaran dan Komisi I yang membidangi pertahanan, intelijen, komunikasi, dan informatika.

Ida juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR-RI pada 2016, menggantikan ketua sebelumnya, Helmy Faishal. Di periode 2009-2012, Ida sempat dipercaya menjadi Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) dan Wakil Ketua Komisi II yang membidangi otonomi daerah dan pertanahan.

Ia pun dikenal sebagai pendiri Kaukus Perempuan Parlemen dan ditunjuk mewakili Fraksi Kebangkitan Bangsa menjadi salah satu ketua kaukus.

Pengalamannya di parlemen, membuat Ida menyandang status sebagai salah satu politikus perempuan senior di Senayan. Pengalaman dan dedikasinya membuat ia semakin diperhitungkan dalam kancah politik nasional.

Posisinya makin mengakar saat ia didaulat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat NU, badan otonom perempuan di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang memiliki akar kuat sampai ke pelosok nusantara.

Tak salah jika, bersama dengan Sudirman Said, Ida sempat didaulat PKB untuk berkontestasi di Pilkada Jawa Tengah. Namun, dia gagal setelah kalah suara dari pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Pada Pilpres 2019, Ida masuk pada tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.

Dia diamanatkan tugas sebagai direktur penggalangan pemilih perempuan. Spiritnya untuk memberdayakan kaum perempuan supaya tak hanya jadi objek melainkan juga harus jadi subjek dalam proses politik, baik itu saat pemilu maupun setelahnya, ialah isu utama yang selalu disampaikan perempuan asli Mojokerto ini. (W-1)