Jika ada menteri dalam kabinet Jokowi yang mempunyai garis keturunan, kolega, kedekatan, dan kekayaan dengan keluarga mantan presiden kedua republik Indonesia, selain Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto, adalah dirinya.
Lahir di Jakarta pada 3 Januari 1969, Agus Gumiwang menjalani pendidikan dasar SD dan SMP Pangudi Luhur yang berada di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di sekolah yang terkenal sebagai salah satu sekolah sekolah swasta pilihan pejabat-pejabat awal Orde Baru, Gumiwang sedari kecil sudah merupakan bagian dari segelintir eilte Indonesia yang mempunyai akses sosial, bisnis, dan politik nomor satu di Indonesia.
Usia SMA, hingga kuliah dijalani Gumiwang di Amerika Serikat. Kampusnya adalah universitas swasta di Amerika Serikat yang bernama Pacific Western University. Berdasarkan data terakhir universitas ini sudah ditutup karena mendapatkan tuntutan hukum dari negara bagian Hawai.
Anak Menteng
Masa muda Gumiwang barangkali hanya bisa diilustrasikan dengan film alegori yang populer di tahun 80-an tentang "anak menteng" yang kuliah di Amerika dan menjadi anak gaul di ibu kota. Catatan Hearing Subcommitee Congress Amerika tanggal 7 Mei 1998 ikut mencantumkan riwayat sepak terjang Gumiwang setelah kembali ke Jakarta di pertengahan 90-an.
Catatan itu menyebutkan bahwa Agus Gumiwang telah mengambil alih usaha kelompok Golden Key yang dulunya merupakan usaha bisnis Eddy Tanzil. Eddy Tanzil adalah sosok pengusaha licin yang terkenal karena berhasil kabur dengan utang dari perbankan nasional dan hingga kini belum diketemukan.
Agus Gumiwang membuat PT Agusmas Gumiwang dengan komposisi pemegang sahamnya diumumkan pada Maret 1997. Tercatat Fadel Muhammad dari Bukaka menguasai 65% saham, Ramles Manampang 25%, dan Agus Gumiwang 10%. Tiga orang muda pengusaha yang waktu itu lekat dengan organisasi pemuda AMPI itu berjanji pada Bapindo akan melunasi utang Golden Key sebesar Rp1.4 triliun.
Seperti diketahui Bapindo adalah salah satu bank yang kemudian mengalami krisis likuiditas dan masuk dalam perawatan BPPN hingga dilikuidasi. Majalah Gatra edisi 1 Maret 1997 menambah rumit kiprah bisnis anak salah satu menteri kesayangan Pak Harto dengan memberitakan bahwa anak bungsu Pak Harto, Tommy ikut bergabung dalam bisnis anak usaha Golden Key terutama di bidang petrokimia.
Berakar di Politik
Kriris moneter, turbulensi ekonomi dan politik di akhir 90-an telah membuat Presiden Suharto mundur dari jabatannya. Di masa peralihan presiden ketiga BJ Habibie memegang kendali pemerintahan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa salah satu pukulan terberat yang memaksa Suharto mundur adalah boikot yang dilakukan ayah Gumiwang, yakni Ginanjar Kartasasmita. Akibatnya Gumiwang yang saat itu sudah duduk di kursi Fraksi Karya Pembangunan 1998 dari unsur generasi muda, harus mengundurkan diri.
Gumiwang, tentu dengan arahan dari seniornya, Ginanjar, memilih berada di kubu Golkar pascareformasi yang berada di bawah kepemimpinan Akbar Tanjung. Jika Akbar Tanjung dalam masa turbulensi memilih untuk menyelesaikan pendidikan doktoralnya di UGM, Agus Gumiwang memilih Universitas Pasundan Bandung dan Universitas Padjadjaran Bandung sebagai tempat menambah ilmu. Semua itu dia jalani dengan menjabat sebagai anggota MPR periode Reformasi 1998-1999, kemudian anggota DPR RI dua kali di masa Gus Dur dan Mega kemudian di masa awal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Beraksi Kembali
Jika ingin tahu politik Indonesia yang paling mutakhir lihatlah Golkar. Anggapan itu sangat umum di kalangan para peneliti politik Indonesia. Pada akhir periode SBY yang kedua, pemimpin Golkar waktu itu Aburizal Bakrie memilih bergandengan dengan Prabowo Subianto untuk Pilpres 2014. Gumiwang mampu melihat arah angin dia memilih berada di kubu lawannya yakni Jokowi-JK. Sejarah kemudian berkata lain. Pengalaman, sejarah, akses sosial, dan keuletan membuktikan bahwa Gumiwang tidak rugi menyandang nama Kartasasmita di belakang namanya. Posisi Menteri Sosial menggantikan koleganya Idrus Marham dia gantikan di paruh akhir periode Jokowi-JK. Kini di periode Jokowi-Ma'ruf dia siap dengan tantangan baru untuk membuktikan bahwa dia tidak hanya mewarisi darah biru dari seniornya, sebagai Menteri Perindustrian. (Y-1)