Basuki Hadimuljono masuk dalam jajaran 34 menteri dan 4 pejabat setingkat menteri dalam “Kabinet Indonesia Maju”, nama baru pemerintahan Presiden Jokowi di periode kedua ini. “Tugasnya infrastruktur”, sudah, kita tahu semuanya,” kata Presiden saat mengumumkan nama-nama menteri untuk periode 2019-2024.
Seperti diketahui, menyimak kembali pidato Presiden Jokowi terkait visi Indonesia ke depan sangat jelas bahwa kesinambungan pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia masih sangat dibutuhkan. Ya, benar, pascakrisis ekonomi 1997, bicara kualitas infrastruktur di Indonesia, potretnya bisa dikatakan jauh tertinggal dari negara-negara tetangga.
“Pembangunan infrastruktur akan terus kita lanjutkan. Infrastruktur yang besar sudah kita bangun, ke depan akan kita bangun lebih cepat. Infrastruktur seperti jalan tol, kereta api, kita sambungkan dengan kawasan industri rakyat, ekonomi khusus, pariwisata, persawahan, perkebunan, perikanan. Arahnya harus ke sana, fokusnya harus ke sana,” ujar Presiden saat pidato di Sentul 14 Juli 2019.
Isu tentang pembangunan proyek infrastruktur ini juga disinggung kembali oleh Presiden Jokowi saat upacara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024 di Gedung DPR/MPR.
Ya, selama lima tahun ke depan selain fokus memajukan pembangunan sumber daya manusia, Presiden Jokowi juga hendak menuntaskan proyek infrastruktur di seluruh Indonesia. Pilihan kembali presiden pada sosok pria yang selalu tampil sederhana ini untuk memanggul tanggung jawab sangat besar itu, tentu sama sekali tidak mengejutkan. Pasalnya selama 5 tahun terakhir ini publik juga telah menyimak rekam jejak kinerjanya dalam membangun proyek infrastruktur.
Sebutlah survai Alvara Research Center, misalnya, bicara tentang tingkat kepuasan publik maka Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menduduki peringkat kedua dengan 84,07 persen. Survai yang dilakukan di seluruh Indonesia dengan multistage random sampling sebanyak 1.800 responden ini, mencatat citra yang terbentuk seputar sosok Basuki Hadimuljono sebagai pembantu presiden yang paling bekerja keras.
Penunjukan Basuki, demikian ia biasa disapa, sebagai Menteri PUPR diharapakan bisa terus melanjutkan pembangunan infrastruktur seperti yang disampaikan di dalam visi presiden, yaitu menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata dan KEK, sehingga berujung pada mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat dalam kerangka Indonesia sentris.
Setelah lulus dari Fakultas Teknik Geologi di UGM, Basuki memulai karirnya di Kementerian PUPR sebagai pegawai negeri. Beberapa tahun kemudian ia memperoleh beasiswa dari institusi tempatnya bekerja untuk melanjutkan studinya. Pada 1989 berangkatlah Basuki ke Amerika dan memperoleh gelar master dan doktor di bidang Teknik Sipil (Civil Engineering) dari Colorado State University.
Kembali ke Indonesia, ia melanjutkan bekerja di Kementerian PUPR yang saat ini dipimpinnya ini. Selama hampir 40 tahun berkiprah di Kementerian PUPR, Basuki telah tiga kali menjabat sebagai pejabat Eselon I, sebelum kemudian ditunjuk menjadi menteri pada Kabinet Kerja.
Dari laman resmi Kementerian PUPR, tercatat Basuki pernah ikut dalam pengerjaan Proyek Pengembangan Air Tanah Jawa Tengah pada 1981-1984, dan Nusa Tenggara Timur (1985-1993).
Basuki pernah menjadi Pimpinan Proyek Induk Pengelolaan Wilayah Sungai (PWS) Ciliwung Cisadene (2000-2001), Direktur Wilayah Tengah, Ditjen Sumber Daya Air (2001-2002), Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Sekretariat Jenderal (2002-2003). Selain itu, Basuki juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Sumber Daya Air (2003-2005), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (2005-2007), Direktur Jenderal Penatan Ruang (2013-2014), hingga menjadi Menteri PUPR (2014-2019).
Basuki juga pernah dipercaya menangani beberapa tugas khusus nasional, seperti menjadi Ketua Kelompok Kerja SDA Rehabilitasi Pasca Tsunami Aceh (2004-2005), Ketua Tim Penanggulangan Kerusakan Jalan Tol Purbaleunyi (2006), Ketua Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (2006-2007), dan Penanggung jawab Infrastruktur Asian Games 2018 (2015-2018).
Bapak dari tiga anak ini mulai membetot perhatian publik setelah rumah pribadinya turut tergusur oleh proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Selain itu, juga semakin menarik perhatian publik karena piawai menggebuk drum dan terkenal memiliki gaya hidup yang sangat sahaja.
Menyimak perjalanan karir Basuki, bukan saja terlihat potret dedikasinya pada institusi tempatnya pertama bekerja dan mengawali karir. Tapi juga memperlihatkan proses terbangunnya kompetensi keahlian yang dirintis dan pelajarinya secara sinambung, dari tingkat bawah hingga teratas sebagai pimpinan lembaga kementerian. Dengan begitu Basuki juga merupakan menteri dengan latar belakang profesional yang sejak awal karirnya berkiprah di Kementerian PUPR.
Tugas dan tantangan ke depan untuk memimpin Kementerian PUPR tentu bukan bertambah mudah. Salah satu pekerjaan besar yang sudah menantinya ialah pembangunan kota bagi ibu kota baru yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Tapi, bukanlah Basuki jika mudah menyerah. Sosok yang pernah disebut oleh Presiden Jokowi sebagai “Deandels Baru” ini menegaskan, jabatan adalah sebuah amanah yang diberikan dan tidak boleh ditolak. "Visi saya hanya satu, menjalankan visi Presiden. Presiden mau bikin ibu kota baru, saya laksanakan. Saya membantu Presiden," ungkap Basuki dalam sebuah kesempatan. (W-1)