Indonesia.go.id - Indonesia Lahan Bisnis Unicorn Potensial

Indonesia Lahan Bisnis Unicorn Potensial

  • Administrator
  • Rabu, 6 November 2019 | 23:50 WIB
TEKNOLOGI
  Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Walaupun baru punya empat unicorn, Indonesia sudah disebut sebagai 10 negara pemilik unicorn terbanyak. Dengan pengguna internet 170 juta jiwa, bukan hal sulit untuk terus menambah jumlah unicorn.

Sekarang laku bisnis tak lagi terbatas tempat dan waktu. Orang dalam perjalanan di angkutan kota masih bisa melakukan transaksi bisnis. Bahkan ketika sebagian orang pada tidur pun, transaksi bisnis bisa dilakukan. Baik menjual ataupun membeli.

Banyak orang membuka toko tak perlu memproduksi sendiri dan tak perlu gudang penyimpanan barang. Atau bahkan orang menjual ayam tak harus pergi ke pasar, cukup memasangnya di lapak-lapak yang tersedia. Banyak orang menjual tanpa perlu punya kurir khusus. Atau orang dengan mudah pergi ke mana-mana hanya bermodal smartphone. Bisa order kendaraan maupun pengambilan barang. Bahkan tanpa cash atau transfer bank, cukup memakai uang elektronik. Itulah kemudahan yang diperoleh dari kemajuan internet zaman sekarang.

Menko Luhut Binsar Panjaitan di acara Archipelagic and Island States (AIS) Startup and Business Summit 2019 yang dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara, akhir Oktober lalu, mengatakan bahwa usaha rintisan di bidang digital akan menjadi penggerak ekonomi dunia di masa depan.  Alasannya pertama, peluang yang besar di sektor ekonomi digital. Indonesia memiliki 171 juta pengguna internet dan 130 juta pengguna smartphone. Data ini menjadi peluang bagi ekonomi digital. Alasan kedua ada ribuan bahkan jutaan produk kreatif Indonesia yang menunggu untuk dikelola sebagai produk digital.

Menko Luhut menyatakan, kebanggaannya karena berdasarkan data The Hurun Research Institute bulan lalu, Indonesia masuk dalam 10 negara penghasil unicorn terbanyak di dunia. 

Startup unicorn merupakan perusahaan yang dikelola swasta yang bernilai lebih dari USD1 miliar (Rp14 triliun). Saat ini Indonesia memiliki 4 unicorn, yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.

Namun begitu, Indonesia masih jauh tertinggal dari Tiongkok, yang memiliki 206 unicorn, Amerika Serikat punya 203 unicorn, India memiliki 21 unicorn, Inggris punya 13.  Tiongkok dan AS menguasai 80% startup unicorn di dunia. Tiongkok dan AS mendominasi, meskipun hanya mewakili setengah dari PDB dunia dan seperempat populasi dunia.

Tiongkok memiliki jumlah startup unicorn terbesar di dunia. Perusahaan bidang transportasi Tiongkok, Didi Chuxing, berada di posisi ketiga, senilai 55 miliar dolar (Rp770 triliun). Perusahaan-perusahaan AS yang melakukan penyedia informasi sewa rumah Airbnb, perusahaan ruang kantor WeWork, dan pembuat rokok elektronik Juul, juga masuk dalam 10 besar.

Perusahaan bidang pembayaran di Tiongkok, Ant Financial, menempati urutan teratas dengan nilai 150 miliar dolar. Bisnis utama Ant Financial yang didirikan pada 2014 ini adalah platform pembayaran online Alipay. Alipay awalnya bagian dari mega e-commerce, Alibaba. Bytedance China menempati urutan kedua, dengan nilai 75 miliar dolar. Perusahaan teknologi Bytedance  ini memiliki platform video yang populer dengan nama TikTok.

Menteri Komunikasi dan Informatika di Kabinet Indonesia Maju Johnny G Plate mengatakan, sudah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan unicorn di Indonesia dalam masa lima tahun ke depan. Indonesia mampu menambah jumlah decacorn dan mencetak startup dengan nilai USD100 miliar. Decacorn adalah startup yang telah mencapai valuasi sebesar USD10 miliar.

Untuk itu, menurut Johnny, Kemenkominfo akan berperan sebagai regulator sekaligus fasilitator. Dengan cara itu, Kemkominfo akan dapat mempercepat kesempatan bagi pelaku di bidang digital. Peran regulator adalah dapat juga menjadi fasilitator untuk mempercepat kesempatan di dunia digital yang menjadi tempatnya selancar generasi milenial. Kominfo bertugas menyiapkan regulasi-regulasi yang memungkinkan selancar itu dilakukan dan aman.

Sementara itu tol langit yang diresmikan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, 14 Oktober 2019, kini sudah beroperasi. Tol langit merujuk pada Palapa Ring, infrastruktur internet yang terdiri atas kabel optik, microwave, dan menara BTS 4G. Tol langit disiapkan pemerintah untuk menghadirkan internet cepat penyokong utama industri digital. Aktivitas ini bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi digital Indonesia dalam masa revolusi industri 4.0. Dengan ketersediaan infrastruktur jaringan internet cepat, maka dapat diprediksi minat generasi muda untuk menekuni bisnis digital.

Google memprediksi, nilai ekonomi berbasis internet Indonesia akan menembus USD40 miliar atau sekitar Rp566,28 triliun, pada akhir 2019. Managing Director Google Southeast Asia Randy Jusuf mengatakan, angka tersebut meningkat lebih dari lima kali lipat dari USD8 miliar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 49 persen per tahunnya.

Berdasarkan hasil riset, Randy memprediksi Indonesia berada pada jalur tepat untuk menembus angka USD130 miliar pada 2025. Malaysia dan Singapura memiliki nilai ekonomi internet masing-masing sebesar USD11 miliar dan USD12 miliar pada 2019. Sementara itu, Vietnam menjadi negara yang pertumbuhan ekonomi internetnya terbesar kedua setelah Indonesia dengan angka 38 persen. Vietnam kini memiliki nilai ekonomi internet sebesar USD12 miliar, meningkat dari angka USD3 miliar pada 2015.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Di tanah air, banyak perusahaan digital yang telah lebih dulu menyandang status unicorn, atau startup dengan valuasi di atas Rp14 triliun atau USD1 miliar. Itu seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Selain mereka, baru-baru ini OVO juga resmi menjadi startup yang berhasil menggaet label startup unicorn.

Perlu diketahui, Asia Tenggara adalah wilayah yang memiliki unicorn paling banyak di wilayah Asia, setelah Tiongkok dan India.  Berdasarkan data thesoutheastasia.com, unicorn di Asia Tenggara saat ini ada 8. Sebanyak 4 di antaranya berasal dari Indonesia dan 4 lainnya dari Singapura. Adapun unicorn tersebut adalah Grab Singapura, Gojek Indonesia, Sea Singapura, Lazada Singapura, Traveloka Indonesia, Razer Singapura, Tokopedia Indonesia, dan Bukalapak Indonesia.

Secara keseluruhan dunia, nilai valuasi unicorn setara dengan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia pada 2018, yaitu USD1,2 triliun. Hingga Maret 2019, nilai pasar kumulatif seluruh unicorn sekitar USD1.038 miliar. 

Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, sumbangan perusahaan unicorn sangat besar. Sebut saja Gojek dan Grab. Keduanya mampu membuka kesempatan kerja bagi pengemudi ojek online  lebih dari 2 juta orang. Dan ada puluhan juta pekerja lainnya bekerja di sektor e-commerce baik sebagai produsen, distributor, maupun ekspedisi. (E-2)