Sebuah riset yang dilakukan HSBC yang berjudul ‘Navigator: Now, Next, and How’ menyebutkan bahwa para pengusaha Indonesia termasuk di antara orang yang paling optimistis dibanding pengusaha dari negara-negara lain. Optimisme itu termasuk dalam hal prospek bisnis baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Menurut hasil survei itu, optimistis para pengusaha terbentuk karena keyakinan pada kebijakan pemerintah Indonesia yang semakin fokus untuk menguatkan ekonomi. Apalagi kabinet yang baru ini kian menunjukkan adanya perhatian Presiden untuk penyerapan investasi dan fokus penciptaan lapangan kerja.
Menurut para pengusaha Indonesia, kebijakan ekonomi pemerintah arahnya semakin memperkuat konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi domestik, misalnya, dengan terus bertumbuhnya kelas menengah yang menjadi penentu besaran konsumsi.
Apalagi pemerintah juga tidak segan mengalirkan dana segar ke seluruh Indonesia dalam bentuk hibah atau program lain. Hal ini diyakini membuat tingkat daya beli rakyat menguat.
"Para pebisnis di Indonesia memperlihatkan rasa optimistis yang sangat besar, dengan tingkat kepercayaan diri yang jauh lebih tinggi dibanding perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia, termasuk di wilayah Asia,” kata Deputi Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia Anurag Saigal.
Dalam keterangannya, HSBC menyebutkan sembilan dari sepuluh pengusaha di Indonesia optimistis tentang pertumbuhan dibandingkan dengan tahun lalu. Sayangnya tidak dijelaskan, apakah optimisme itu disebabkan karena Indonesia sudah melewati masa Pemilu yang menghebohkan. Dan ternyata, masa-masa itu bisa dilalui dengan damai tanpa gejolak berarti.
Yang pasti, jumlah 90% pengusaha Indonesia lebih optimistis memandang prospek ke depan jauh lebih tinggi dibanding dengan pengusaha di negara-negara Asia lainnya. Bahkan lebih tinggi dibanding rata-rata dunia.
Jika Indonesia memiliki tingkat optimisme 90%, hanya Bangladesh yang membayanginya dengan tingkat optimisme 74% dan India dengan tingkat optimisme 72%. Sementara negara-negara lain tingkatannya jauh di bawah itu.
Dalam riset tersebut, didapat penjelasan bahwa 54% dari pengusaha Indonesia meyakini pertumbuhan bisnisnya akan bergerak mencapai minimal 15%. Sementara itu secara global hanya 22% pengusaha yang percaya bisnisnya bisa tumbuh 15% tahun depan.
Diprediksi, pertumbuhan pada tahun depan kemungkinan didorong oleh gabungan peningkatan fokus pada keberlanjutan dan pemasok (supplier) maupun bahan baku (raw materials) berkualitas tinggi.
Hal tersebut mesti disokong oleh tenaga kerja yang terampil untuk meningkatkan produktivitas. Pengembangan bisnis juga diperlukan dengan pembukaan pasar baru dan pengenalan produk baru.
Dalam lima tahun ke depan, optimisme bahwa pertumbuhan bisnis pengusaha di Indonesia bisa tumbuh di atas 15% akan diyakini oleh lebih dari 60% pengusaha.
Survei ini dilakukan terhadap 9.131 perusahaan dari 6 wilayah berbeda. Sebanyak 150 perusahaan dari Indonesia menjadi bagian dari sampel penelitian. HSBC juga menetapkan kriteria pengambilan sampel, yaitu perusahaan dengan omzet minimal 1,75 juta dolar AS dan batas korporasi sebesar 16,5 juta dolar AS.
Responden merupakan para pengambil keputusan kunci dan mereka yang memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan di perusahaan.
Sementara itu, di tengah kondisi perekonomian dunia yang masih tidak stabil, Indonesia masih diramalkan tetap tumbuh minimal 5%. Angka BPS, misalnya, menjelaskan bahwa pertumbuhan pada semester III tahun ini mencapai 5,05%.
Menurut mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, kemampuan Indonesia menjaga momentum pertumbuhannya karena Indonesia dapat memperkecil total impornya, sedangkan total ekspornya lebih besar. Surplus ekspor ini (net ekspor) memberikan kekuatan ekonomi pada Indonesia untuk tetap menjaga pertumbuhannya.
Hanya saja, Chatib mengingatkan, menurunnya net impor, berpeluang akan menurunkan dampak pada sektor industri dan perdagangan. Bukan apa-apa, sebab Indonesia masih banyak bergantung dengan bahan baku impor.
Oleh sebab itu, dibutuhkan keseimbangan menjaga nilai impor dan ekspor. Di samping terus menggenjot investasi untuk jauh lebih besar.
Optimistis pengusaha terhadap perekonomian nasional merupakan tanda positif bahwa kebijakan pemerintah ke depan akan semakin ramah pada dunia usaha. (E-1)