Sebuah video beredar. Isinya gambar seorang menteri yang baru saja mendarat di Bandara Juanda, Surabaya. Berkemeja hitam, celana jeans agak ketat dengan tas ransel dibawa sendiri. Jika saja tidak ada penyambutan dari staf Kemendikbud Surabaya, mungkin orang tidak tahu bahwa seorang pejabat baru saja mendarat.
Nadiem Makariem memang menteri dengan gaya milenial. Mantan Bos Gojek ini ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Mendikbud. Tentu banyak orang kaget, bagaimana orang yang selama ini tidak banyak bersentuhan dengan dunia pendidikan, tetiba mengisi posisi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Banyak pihak berharap dari terpilihnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Apalagi, kondisi pendidikan Indonesia masih jauh di bawah harapan. Ditambah juga, baru saja terdengar kabar tentang ambruknya atap sekolah SDN Gentong I Pasuruan yang menewaskan dua orang.
Bukan hanya soal mutu pendidikan, kualitas sarana dan prasarana juga banyak yang mesti diperbaiki. Sehingga di kemudian hari, hal-hal tragis itu tak perlu terulang.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah membandingkan kondisi anak-anak Indonesia dengan negara lain, terutama dalam hal pendidikan. Menurut dia, kualitas pendidikan di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam. Dalam beberapa PISA test, anak-anak Indonesia mendapatkan nilai yang lebih rendah. Padahal, Indonesia lebih dulu menjalankan komitmen 20 persen APBN untuk pendidikan.
Indonesia memang sejak 2009 sudah menjalankan anggaran 20% untuk pendidikan. Sementara pola itu belum diterapkan di Vietnam, misalnya. Sayangnya dalam kemampuan matematika, anak-anak Vietnam bisa mendapat nilai 90, sedangkan anak-anak kita 70 sampai 50.
Terpilihnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud menjadi angin segar dalam stagnasi dunia pendidikan Indonesia. Ia diharapkan mampu membuat terobosan baru yang luar biasa. Mengingat betapa tertinggalnya dunia pendidikan kita.
Sebagai salah satu upaya terobosan, Nadiem diketahui mengadakan pertemuan dengan sejumlah asosiasi guru. Nadiem masih banyak mendengarkan keluhan dari sejumlah asosiasi guru.
Terlihat bahwa Nadeim ingin mengarahkan output pendidikan kita agar bisa menjawab tantangan ke depan dengan berbasis pada penguasaan teknologi. Pengajaran komputer untuk anak sekolah, misalnya, sudah tidak cukup hanya diajarkan aplikasi. Tetapi bagaimana membuat program. Itu jauh lebih penting.
Pendidikan Masa Depan
Setidaknya dalam pertemuan Mendikbud Nadiem dengan 22 organisasi guru bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana dunia pendidikan kita ke depan akan dijalankan.
Pertemuan itu sendiri menghasilkan beberapa butir kesimpulan. Pertama, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidikan Karakter berbasis agama dan Pancasila menjadi mata pelajaran utama di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMA dihapuskan karena seharusnya sudah dituntaskan di SD. Pembelajaran bahasa Inggris fokus ke percakapan, bukan tata bahasa.
Kedua, jumlah mata pelajaran di SMP menjadi maksimal 5 mata pelajaran dengan basis utama pembelajaran pada coding dan di SMA menjadi maksimal 6 mapel tanpa penjurusan lagi. Mereka yang ingin fokus pada keahlian tertentu dipersilakan memilih SMK.
Ketiga, SMK karena fokus pada keahlian maka harus menggunakan sistem SKS, mereka yang lebih cepat ahli bisa menuntaskan SMK dua tahun atau kurang, sementara mereka yang lambat bisa saja sampai 4 tahun dan ujian kelulusan SMK pada keahliannya, bukan pada pelajaran normatif dan adaptif. SMK tidak boleh kalah dari BLK yang hanya 3, 6, atau 12 bulan saja.
Keempat, jabatan pengawas sekolah dihapuskan hingga jumlah guru yang dibutuhkan mencukupi. Jabatan pengawas sekolah boleh diadakan kembali jika jumlah kebutuhan guru sudah terpenuhi, tidak ada lagi guru honorer dan semua guru sudah berstatus PNS atau Guru Tenaga Kontrak Profesional dalam Status PPPK dengan pendapatan minimal setara upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
Kelima, seluruh beban administrasi guru dibuat dalam jaringan (online) dan lebih disederhanakan, RPP cukup 1-2 halaman tapi jelas tujuan dan aplikasi pembelajarannya, tak ada lagi berkas administrasi dalam bentuk “hard copy”, verifikasi keaslian dilakukan secara acak dengan kewajiban menunjukkan berkas asli, bukan fotokopi.
Keenam, pengangkatan guru berdasarkan kompetensi dan kebutuhan kurikulum yang nantinya dibuat. Uji Kompetensi Guru wajib dilaksanakan minimal sekali dalam tiga tahun.
Ketujuh, pendapatan guru minimal mencapai upah minimum yang ditetapkan pemerintah berdasarkan minimal kelayakan hidup.
Kedelapan, mengatur kembali penentuan sekolah daerah tertinggal-terpencil-terdepan-terbelakang sesuai kondisi sekolah, bukan berdasarkan data Kemendes. (E-1)