Sektor apa yang paling terpukul di masa pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19)? Layanan moda transportasi. Sejak April sampai Juli 2020, volume pengguna transportasi menyusut rata-rata 80-90 persen.
Sektor transportasi baik layanan moda penumpang maupun logistik di perkotaan, antardaerah, maupun global terkena dampak pandemi Covid-19. Penumpang menyusut drastis.
Tak dipungkiri, moda transportasi adalah tulang punggung roda perekonomian. Begitu layanan transportasi dibatasi untuk memutus mata rantai wabah corona, imbasnya seluruh jejaring terkait sektor ini melesu.
Pandemi corona kali ini juga menjadi tantangan bagi sektor transportasi nasional yang setiap hari bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hal ini juga menjadi perhatian dari jajaran pemerintah, khususnya Kemenhub ketika memperingati Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) 2020 pada 17 September lalu.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pun berpesan agar jajaran pelaku transportasi dapat memberikan solusi cerdas dalam penyelenggaraan transportasi di masa pandemi.
Artinya, penyelenggaraan transportasi baik di darat, kereta api, laut, dan udara harus secara konsisten berpedoman pada protokol kesehatan yang ketat agar efektif mencegah penyebaran Covid-19.
Menyadari strategisnya sektor transportasi, Menhub pun mengutip ucapan Presiden RI Joko Widodo dalam berbagai kesempatan. Presiden memang kerap menyampaikan bahwa manfaat pembangunan infrastruktur transportasi adalah menciptakan lapangan kerja, menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru, membuka akses baru atau semakin mempermudah akses yang ada untuk menjangkau suatu wilayah.
"Pembangunan sistem transportasi harus diamati dengan kacamata yang berbeda, tidak hanya memperhatikan biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam melakukan perjalanan (out-of-pocket cost), tapi juga harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan di suatu wilayah agar muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru," kata Menhub Budi pada acara Webinar Dialog Publik Hari Perhubungan Nasional "Wujudkan Asa, Majukan Indonesia" pada Kamis (17/9/2020).
Secara khusus pada sektor perkeretaapian, misalnya, Menhub mengakui bahwa moda ini belum tersedia di seluruh Indonesia. Namun Kemenhub terus mengembangkan proyek kereta api nasional, baik di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia.
Hal ini dilakukan guna mengembangkan transportasi perkotaan berbasis kereta api untuk transportasi dan logistik yang terintegrasi dan berkelanjutan. Dalam kurun waktu 2015-2020, telah terbangun 1,796 km jalur kereta yang beroperasi di Pulau Sumatra, 45 km jalur beroperasi di Pulau Sulawesi, serta 4.131 km jalur beroperasi di Pulau Jawa.
Hingga 2030, pembangunan jalur kereta api diharapkan dapat merata di seluruh wilayah Indonesia dengan target 10.524 km jalur kereta api yang terbangun. Adapun, pembangunan transportasi darat selalu dikaitkan dengan daerah-daerah ekonomi khusus, integrasi dengan pelabuhan, angkutan perkotaan, bandara, maupun kawasan wisata.
Sejumlah proyek strategis yang dikerjakan Ditjen Perhubungan Darat berupa subsidi angkutan perkotaan di lima kota yaitu Palembang, Solo, Yogyakarta, Medan, dan Denpasar. Dengan melakukan revitalisasi beberapa Terminal Tipe A di 15 lokasi, seperti Terminal Harjamukti Cirebon dan Terminal Tirtonadi Surakarta, serta Dukungan transportasi darat di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Wakatobi, Morotai, dan Likupang.
Bagaimana pencapaian di perhubungan laut? Strategi Kemenhub pun berusaha melakukan penguatan simpul konektivitas. Menyangkut pembangunan infrastruktur, salah satu proyek infrastruktur pelabuhan yang tengah dikejar penyelesaiannya adalah Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat. Pelabuhan itu diharapkan sudah bisa soft launching pada November 2020.
Pada 2020, juga terdapat beberapa infrastruktur perhubungan laut yang pembiayaan pembangunannya dilaksanakan melalui skema pendanaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebagai alternatif pembiayaan pembangunan selain APBN.
Infrastruktur itu, antara lain, pengembangan Pelabuhan Seba di NTT dan pembangunan Menara Suar Tanjung Batu di Tarakan, Kalimantan Utara.
Tidak berhenti di situ saja, Kemenhub juga menyediakan enam unit kapal pengangkut ternak untuk mendukung ketahanan pangan bagi daerah-daerah yang membutuhkan.
Pelayaran tol laut sejak 2015 juga terus dikembangkan sebagai program strategis pemerintahan Jokowi, dengan meningkatkan jumlah rute, konektivitas, dan kapasitas.
Adaptasi Kebiasaan Baru
Dalam konteks kesiapan sektor itu dalam menaati protokol kesehatan, Kemenhub pun telah membuat kebijakan adaptasi kebiasaan baru yang juga diberlakukan bagi semua moda transportasi. Di moda transportasi udara, misalnya, sejak pandemi Covid-19 merebak pada Maret sampai 5 September 2020, pemerintah telah merilis perlu adanya inovasi pemanfaatan informasi teknologi (IT) dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
Oleh karena itu, Kemenhub mengeluarkan bagi penyelenggara bandar udara, baik Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) maupun Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU), sebagai titik awal dan akhir dari perjalanan penumpang, agar menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.
Dengan dukungan regulasi yang efisien dan efektif diharapkan transpotasi udara tetap menjaga konektivitas antarwilayah dan pemulihan perekonomian pasca pandemi.
Momentum Harhubnas 2020 ini merupakan wujud tantangan di tengah pandemi, Kemenhub terus berkomitmen untuk memfasilitasi mobilitas rakyat guna merajut simpul-simpul konektivitas wilayah nusantara.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini