Indonesia.go.id - Setelah Menukik Kini Bergerak Naik

Setelah Menukik Kini Bergerak Naik

  • Administrator
  • Kamis, 5 November 2020 | 18:34 WIB
PERTUMBUHAN EKONOMI
  Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham di Jakarta, Jumat (6/11/2020). IHSG ditutup menguat 75,203 poin atau 1,43 persen ke level 5.335 pada penutupan perdagangan saham Jumat (6/11). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan –3,49 persen di kuartal III. Namun, kondisi ekonomi setelah dua kuartal tumbuh negatif, tak menimbulkan panik. IHSG dan rupiah malah menguat.

Dalam situasi pandemi, kata resesi tidak terlalu membuat kecut hati. Maka, ketika BPS mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh –3,49 persen, tidak ada pergolakan di pasar. Pengumuman rutin BPS, pada Kamis (5/11/2020), tak ayal memasukkan status perekonomian nasional ke dalam status lesu, setelah mencatat pertumbuhan negatif dua kuartal secara berturut turut.

Kontraksi ekonomi tak terhindarkan akibat pandemi Covid-19 ini. Sempat tumbuh 2,97 persen pada kuartal pertama 2020, berikutnya gigitan Covid-19 itu betul-betul membuat rantai pasok industri kacau-balau dan keseimbangan permintaan-pasokan guncang.

Di kuartal dua ekonomi Indonesia menciut 5,32 persen (year on year), yakni dibanding kuartal II-2019. Kontraksi pada kuartal III memastikan kelesuan ekonomi.

Namun, status itu tak membuat panik dan sudah terantisipasi. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo beserta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah pula menyatakan kemungkinan kontraksi ekonomi di kuartal III di level sekitar -3 persen. Maka, konfirmasi dari BPS hari itu tidak menimbulkan gelombang kejut.

Nilai tukar rupiah malah cenderung menguat. Pantauan Bloomberg menyebutkan, rupiah ada di level 14.435 per dolar AS pada siang pukul 12.00 WIB, lebih keren dibanding di pagi harinya yang bertengger di angka 14.565 per dolar AS.

Pada saat yang sama, saham-saham di lantai bursa IDX Jakarta juga terus bergerak di zona hijau, melanjutkan tren positif sejak sehari sebelumnya. Isu pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat lebih mengemuka ketimbang isu resesi dalam negeri.

Alhasil, pada hari itu indeks harga saham gabungan (ISHG) terkerek 3,04 persen ke level 5.240. Lantai bursa lebih bergairah oleh sentimen positif terkait peluang calon presiden dari Demokrat, Joe Biden, menduduki Gedung Putih.

Kontraksi 3,49 persen itu disebut lebih dalam dibanding estimasi pasar yang memperkirakan di sekitar –3 hingga 3,13 persen. Kepala BPS Suhariyanto, dalam paparannya menyebutkan, soal masih tingginya angka penularan Covid-19 selama kuartal 3 membuat pertumbuhan ekonomi terkendala.

‘’Triwulan III masih terkontraksi namun tak sedalam triwulan II,’’ ujarnya. Hal yang serupa, menurut Suhariyanto pula, terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia.

Sejalan dengan Kepala BPS, Menkeu Sri Mulyani mengatakan, capaian pada kuartal III-2020 itu sudah cukup baik dibanding kuartal sebelumnya. Karena mengindikasikan efek pemulihan ekonomi serta proses pembalikan arah aktivitas ekonomi nasional sedang menuju positif. "Semua  komponen ekonomi, baik dari sisi pengeluaran maupun dari sisi produksi, mengalami kenaikan," tuturnya dalam konferensi pers, secara virtual di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

Bendahara negara itu menambahkan, perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh peran stimulus fiskal atau peran instrumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Utamanya dalam penanganan Covid-19 serta program pemulihan ekonomi nasional (PEN)

Dia menyebut, pada kuartal III-2020 penyerapan belanja negara mengalami akselerasi. Tercatat sampai akhir September kuartal III-2020 tumbuh 15,5 persen, ditopang realisasi bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha, dan usaha kecil mikro.

‘’Data BPS juga mengonfirmasi bahwa percepatan realisasai belanja negara yang meningkat di kuartal III itu, telah membantu pembalikan arah dari pertumbuhan ekonomi, dengan konsumsi pemerintah yang positif sebesar 9,8 persen year on year," kata Menkeu.

Dalam rilis BPS itu memang disebutkan bahwa ada lonjakan KP-P (Pengeluaran Konsumsi Pemerintah) yang cukup besar. Bila secara yoy ada kenaikan 9,8 persen, seperti dikatakan oleh Menkeu, dibanding kuartal sebelumnya (q to q) pun ada kenaikan 16,93 persen. 

Dari sisi produksi, kontraksi yang menyempit itu juga disumbang sektor pertanian yang masih tumbuh positif 2,15 persen (yoy). Kegiatan informasi dan telekomunikasi juga tumbuh bahkan dua digit yakni 10,61 persen. Jasa kesehatan dan farmasi bahkan sanggup tumbuh lebih tinggi yakni 15,33 persen (yoy).

Seperti disebut Menkeu Sri Mulyani, segala upaya pemulihan ekonomi itu membuahkan  hasil pembelokan arah, dalam arti kegiatan ekonomi yang pada kuartal II menunjukkan grafik terjun menukik berbalik naik ke atas. Hal itu terlihat dari kegiatan transportasi dan pergudangan yang melonjak 24,28 persen dari kuartal II (quartal to quartal alias q to q).

Kenaikan q to q itu juga terlihat pada produksi pertanian sebesar 1,1 persen, perdagangan 5,68 persen, juga sektor lainnya seperti konstruksi, pertambangan, industri pengolahan, komunikasi dan informasi serta kesehatan-farmasi. Momentum ini menimbulkan harapan bahwa pada Q-4 (Oktober-November 2020) angka pertumbuham ekonomi akan lebih baik, apalagi belakangan terlihat pula angka insidensi Covid-19 mulai menurun dan angka kesembuhan meningkat.

Kelesuan ekonomi kali ini tidak bisa dimaknai sebagai kegagalan pengelolaan ekonomi negara. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pandemi global ini akan menekan pertumbuhan ekonomi global ke level –4,9 persen dan wilayah Asia Pasifik –2,2 persen.

Analis Bank Mandiri menyatakan bahwa negara-negara Asean juga mengalami kesulitan serupa. Menurut mereka, pada 2020 Malaysia akan mengalami pertumbuhan –3,1%, Filipina –3,5%, Singapura –5.8%, Thailand –6 persen, dan Indonesia sekitar –1 %.

Di dalam negeri, dampak kontraksi ekonomi juga tak sama di semua tempat. Bali dan Nusa Tenggara paling dalam mengalami tekanan dengan kontraksinya 6,8% yoy pada kuartal III-2020 ini. Jawa –4%, Pulau Kalimantan -4,23 persen, Pulau Sumatra -2,22 persen, Pulau Maluku dan Papua -1,83 persen, dan Pulau Sulawesi paling ringan, hanya -0,82 persen.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini

Berita Populer