“Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit.” Demikian semboyan yang bergema di mana-mana dan dianggap sebagai mantera yang sesuai di tengah suasana pandemi. Maka, upaya pemerintah menyegerakan pengadaan vaksin bisa dimaknai pula sebagai ikhtiar untuk membuat vaksinasi sebagai tindakan untuk mengungkit pemulihan ekonomi.
Kepastian akan pengadaan vaksin itu sendiri bisa menjadi katalis untuk mengakselerasi kinerja ekonomi ke depan. Dalam konteksi ini, proses uji klinis vaksin pun menjadi penting untuk mendorong sentimen positif akan program vaksinasi nanti.
Uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac, yang dilaksanakan tim dari Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung, telah memasuki babak pemantauan hasil efektivitas dan kemanjurannya. Sebanyak 1.620 relawan telah menjalani dua kali penyuntikan sesuai dosis. Hasil sementara menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman.
Harapannya, pada tahap monitoring ini akan muncul bukti bahwa vaksin tersebut efektif, dalam arti bisa menginduksi tubuh relawan menghasilkan antibodi untuk melawan Covid-19. Pada ujungnya, tentu diharapkan pula vaksin itu cukup manjur dan mampu melindungi para relawan.
Hasil uji klinis itu diharap turut mendorong Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengeluarkan izin edar vaksin yang diperlukan masyarakat. Dengan begitu, pada pekan awal Desember, progres vaksin akan lebih signifikan sebelum tutup tahun. Rencananya, imunisasi akan mulai dilakukan pada awal 2021 dengan menargetkan kelompok usia 18 hingga 59 tahun.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu mempercepat kesiapan sejumlah instrumen pendukung pengadaan vaksin, utamanya payung hukum. Keberadaan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 sangat vital dalam rangka mengakomodasi peta jalan pengadaan vaksin.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang juga selaku Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), menegaskan bahwa upaya penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi senantiasa dilakukan dengan saling mendukung. Kedua aspek kebijakan itu pun telah berhasil direalisasikan dengan seimbang.
“Apa yang dilakukan Pemerintah, seluruhnya sudah berada pada jalur yang benar, atau on the right track. Kita melihat baik penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi dilakukan dengan gas dan rem yang seimbang,” ujarnya dalam Dialog KPCPEN di Jakarta, Senin (9/11/2020).
Khusus realisasi program pemulihan ekonomi nasional, hingga 2 November 2020 proses realisasi program PEN sudah mencapai Rp366,86 triliun atau 52,8 persen dari total anggaran yang disiapkan, yakni sebesar Rp695,2 triliun.
Ketua Satgas PEN KPCPEN Budi Gunadi Sadikin, pada konferensi pers yang diselenggarakan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/11/2020), berharap dapat memaksimalkan penyaluran Program PEN pada kuartal IV 2020, untuk mendukung pergerakan ekonomi masyarakat dan sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi.
“Sesuai arahan Bapak Presiden, kami berharap bahwa sisa anggaran PEN bisa kita serap semua. Minimal Rp100 triliun bisa kita salurkan di kuartal IV 2020,” jelas Budi Gunadi.
Penyaluran program PEN terbesar berasal dari klaster perlindungan sosial yang memiliki pagu anggaran sebesar Rp203,9 triliun dan telah terealisasi Rp176,38 triliun atau tersalurkan 86,51 persen dari total anggaran.
Semakin Baik
Program-program perlindungan sosial dari bulan ke bulan terus terpenetrasi dengan semakin baik. Program-program yang termasuk klaster perlindungan sosial antara lain, Program Keluarga Harapan (PKH), kartu sembako/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), bansos tunai non-Jabodetabek, bansos sembako Jabodetabek, logistik/pangan/ sembako, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana desa, dan diskon listrik.
Selanjutnya, bagaimana dengan makro ekonomi Indonesia? Harus diakui, dampak pandemi Covid-19 telah menggiring Indonesia ke situasi ekonomi yang sulit. Namun, sejumlah upaya pemulihan telah mulai menampakkan hasilnya. Indikator itu terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada Kamis (5/11/2020), diumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi 3,49% secara tahunan pada periode kuartal III/2020. Namun, secara statistik, data ekonomi sepanjang kuartal III telah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Artinya, proses pemulihan aktivitas ekonomi berjalan positif.
Masih menurut BPS, perekonomian Indonesia selama triwulan III/2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami peningkatan 5,05 persen (q-to-q). Laporan BPS itu juga dibenarkan oleh Airlangga Hartarto.
Menurutnya, pertumbuhan perekonomian pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan menjadi 3,49 persen atau secara triwulan ke triwuan mengalami kenaikan sebesar 5,05%. Pihaknya menyatakan bahwa rock bottom perekonomian telah terlewati.
“Pengungkitnya adalah pertanian, selalu positif, tetapi pengungkit terbesar karena kontribusi terhadap PDB nya 19,86% sektor industri,” ujar Airlangga.
Bahkan, kinerja manufaktur misalnya, mulai membaik. Indeks manufaktur Indonesia pada Oktober 2020 tercatat sebesar 47,8 atau lebih tinggi dari September 2020 yang sebesar 47,2.
Sementara itu, kinerja investasi dalam tiga kuartal tahun ini juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Konsumsi masyarakat pun mulai menunjukkan gejala peningkatan, kendati masih cenderung lemah. Gelagat itu terlihat dari data indeks harga konsumen (IHK) yang kembali mencatatkan inflasi untuk pertama kalinya pada Oktober setelah dalam tiga bulan berturut-turut deflasi.
Meski demikian, konsumsi rumah tangga pada kuartal III masih mengalami kontraksi 4%. Namun, capaian ini setidaknya lebih baik dibandingkan dengan posisi pada kuartal II yang tercatat koreksi 5,5% secara tahunan (year on year). Konsumsi rumah tangga memang masih sangat terbatas hingga kuartal ketiga tahun ini. Kondisi itu disebabkan oleh tingkat penyebaran Covid-19 sedang berada pada puncaknya periode Juli—September.
Kita berharap, pengendalian kasus Covid-19 terus ditingkatkan dan berjalan efektif agar merangsang pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun ini. Diyakini, konsumsi rumah tangga bakal menjadi pendorong utama perekonomian pada periode Oktober— Desember 2020, dan memang kepastian pengadaan vaksin Covid-19 menjadi kunci bagi perbaikan ekonomi Indonesia untuk segera bangkit.
Penulis: Firman Hidranto
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini