Indonesia.go.id - Dua Prioritas Menangani Genangan Jakarta

Dua Prioritas Menangani Genangan Jakarta

  • Administrator
  • Senin, 22 Februari 2021 | 09:39 WIB
BANJIR
  Petugas mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir di Ciledug Indah, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (20/2/2021). Banjir setinggi hingga 2 meter tersebut diakibatkan oleh luapan Kali Angke. ANTARA FOTO/Fauzan
Hujan ekstrem menyambar DKI Jakarta, 200 RT terdampak genangan. Ada dua prioritas Pemerintah DKI dalam menangani genangan. Yang pertama keselamatan warga, memastikan yang terdampak bisa memiliki tempat istirahat serta tersedia pangan dan layanan kesehatan.

Hujan deras turun nyaris semalaman di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat. Kondisi serupa terjadi di sebagian wilayah Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Di bagian hulu, yakni Kota Depok, Bogor, dan kawasan Puncak, Cisarua-Mega Mendung, Jumat (19/2/2021) malam, dikabarkan mendung gelap dan diwarnai hujan rintik ringan hingga sedang.

Selepas tengah malam, sekitar pukul 01.00 pada Sabtu (20/2/2021), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta merilis info tentang kondisi air beberapa sungai yang melintasi ibu kota. Di Bendung Katulampa, Bogor, menurut info itu, dalam status Siaga 4. Turun ke Depok juga Siaga 4, Manggarai (Jakarta) siaga 3. Kali Ciliwung aman, setidaknya tak berpotensi menggelontorkan banjir kiriman.

Begitu halnya dengan hulu Kali Krukut yang ditera dari wilayah Depok, tak terlalu menghawatirkan Statusnya Siaga 4. Pada saat yang sama, hulu Kali Pesanggrahan yang  melintasi di sisi Selatan-Barat DKI juga hanya Siaga 4. Kali Angke Siaga 3. Di sisi timur Kali Cipinang Siaga 4. Yang agak mencemaskan adalah Kali Sunter yang berhulu di Cibinong, di sana Siaga 2. Ditambah dengan status waduk Pluit yang dinyatakan Siaga 4, secara relatif, tidak muncul potensi genangan oleh banjir kiriman.

Hujan terus mengguyur dan mencapai puncaknya pada dini hari. Di pagi hari, sejumlah unggahan video di Youtube menunjukkan adanya genangan banjir di banyak lokasi di di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Tak lama kemudian, cerita banjir ibu kota mendominasi pemberitaan media online dan televisi.

Banyak ruas jalan tergenang. Kawasan elite di Kemang Raya pun banjir. Mobil-mobil di parkiran hotel, apartemen, perkantoran dan restoran yang berderet di sana, terendam banjir. Di tempat-tempat langganan banjir, seperti  Bangka Bawah (Jakarta Selatan) dan Cipinang Melayu (Jakarta Timur), genangan bahkan ada yang mencapai tiga meter.

Pagi hari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, didampingi wakilnya Ahmad Riza Patria, sudah berkeliling meninjau situasi. Rombongan itu memeriksa sejumlah permukiman yang tergenang, tempat pengungsian warga, hingga pintu air Kali Ciliwung di Manggarai.

“Hari ini ada hampir 200 RT yang terdampak. Itu sekitar 0,63 persen dari RT yang ada seluruh DKI,” kata Gubernur Anies Baswedan.

Hujan ekstrim sesuai ketentuan yang berlaku ialah hujan yang intensitasnya di atas 150 mm dalam 24 jam, yang diukur dari pagi jam 07.00 ke pagi hari berikutnya. “Sejak tadi malam Jakarta dan sekitarnya mengalami hujan yang cukup intensif. Di Pasar Minggu, ini catatan dari BMKG, curah hujan  sampai 226 mm, di Sunter Hulu 197 mm, di Halim sampai 176 mm, dan Lebak Bulus 154 mm. Semua angka di atas 150 mm, adalah kondisi ekstrem,” ungkap Gubernur Anies.

Genangan tidak terhindarkan, karena menurut Anies, kapasitas sistem drainase DKI saat ini ada pada batas kisaran hujan 50 sampai 100 mm.

Gubernur Anies Baswedan mengatakan ada dua prioritas Pemprov DKI Jakarta dalam penanganan genangan. Pertama, tidak adanya korban jiwa. Dan yang kedua, genangan harus surut kurang dari enam jam setelah turun hujan. “Yang nomor satu adalah memastikan seluruh masyarakat itu aman. Itu prioritas kita, memastikan warga selamat, dan jangan sampai ada korban jiwa,” Gubermur Anies menambahkan.

Sampai siang itu, di seluruh DKI tercatat ada 26 titik pengungsian, dengan jumlah pengungsi sekitar 1.360 jiwa. Pemprov DKI, melalui BPBD yang dibantu elemen TNI-Polri serta relawan, mengerahkan segala daya untuk terus mengevakuasi warga serta memboyong ke tempat pengungsian.

Makanan, obat, masker, hand sanitizer, dan tenda-tenda disiapkan, termasuk tenda untuk isolasi mandiri bila ada yang suspek Covid-19. “Prioritasnya adalah keselamatan, memastikan warga yang terdampak bisa memiliki tempat istirahat sementara. Begitu air surut. mereka dapat  kembali ke rumahnya. Selama mereka di sana kebutuhan pangan, kebutuhan layanan kesehatan, dipastikan tersedia,’’ kata Gubernur Anies pula.

 

Puncak Musim Hujan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti, terpaan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi pada  beberapa hari ke depan. Bukan saja di Jakarta, melainkan di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Begitu juga Sulawesi Utara dan beberapa lokasi lainnya.

Cuaca ekstrem kemungkinan akan surut di bulan Maret, setelah puncak musim hujan berlalu, yakni di sepanjang Januari--Februari. Sepanjang puncak musim hujan 2021, banjir, banjir bandang, angin puting beliung, gelombang laut pasang, dan tanah longsor seperti datang silih berganti. Banyak peristiwa dramatis terjadi dengan banyak korban jiwa, terutama dari kasus tanah longsor. Peristiwanya terjadi di mana-mana.

Banjir besar pun tercatat di Kalimantan Selatan pada 9 Januari, disusul hari berikutnya dengan banjir dan gelombang abrasi di Manado. Lalu bertubi-tubi banjir menghantam daerah Pantai Utara Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, pedalaman Pulau Lombok, bahkan hingga ke daerah relatif kering seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Yang umum terjadi di tempat-tempat tersebut, hujan ekstrem, sungai meluap membuat aliran deras di jalan-jalan raya, yang kadang diperparah oleh kasus tanggul bobol. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepanjang 1 Januari–20 Februari 2021 terjadi 532 kasus bencana alam, dengan korban 243 orang tewas,  dan tujuh lainnya hilang.

Warga yang terdampak hampir 2,8 juta jiwa. Sebagian besar ialah akibat bencana hidrometeorologi, yakni banjir 275 kali, longsor 106 kali, angin puting beliung 106 kali,. Ada pun gempa bumi 10 kali dan gelombang abrasi delapan kali. Erupsi gunung berapi terjadi, tapi tak menimbulkan efek kebencanaan.

Bencana alam di tujuh minggu pertama 2021 ini memang tergolong lebih mencemaskan dibanding 2020. Pada 2020, terjadi 2.952 peristiwa  bencana dengan 370 orang korban meninggal, dan 39 yang  lain hilang. Sebagian besar juga bencana hidrometeorologi : banjir 1.080 kali, longsor 577 kasus, angin puting beliung 880 kali dan gelombang pasar 36 kali.

Kepala BMG Profesor Dwikorita Karnawati mengingatkan, di balik bencana alam yang beruntun itu kekuatan perubahan iklim (climate change) hadir. Ia pun mewanti-wanti agar mitigasi bencana pun harus disegerakan. Bukan dalam skala biasa, melainkan skala climate change, yang antara lain,  mudah memicu hadirkan hujan ekstrem.

 

 

 

Penulis: Putut Tri Husodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer