Kenaikan nilai ekspor pada awal 2021 menunjukkan ekonomi eksternal secara agregat pulih lebih cepat, khususnya di negara-negara mitra dagang utama Indonesia.
Performa perdagangan Indonesia pada Januari 2021 kembali moncer dengan surplus neraca transaksi perdagangan USD1,96 miliar. Kinerja itu ditopang kenaikan ekspor 12,24 persen year-on-year (yoy) menjadi USD15,3 miliar, sedangkan impor turun 6,49 persen yoy menjadi USD13,34 miliar.
Kabar itu pun turut mengerek nilai tukar rupiah serta membawa sentimen positif ke pasar modal pada perdagangan pada saat neraca perdagangan diumumkan Senin (15/2/2021).
Di sisi lain, kinerja impor selama Januari 2021 hanya mencapai USD13,34 miliar. Secara month-to-month (M-to-M) turun 7,59 persen. Namun, secara yoy turun 6,49 persen.
Dari total nilai impor yang mencapai USD13,34 miliar itu, komponen sektor migas menyumbang penurunan hingga 21,9 persen menjadi USD1,55 pada Januari 2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar USD1,99 miliar. Sedangkan impor sektor nonmigas tercatat USD11,79 miliar, turun 4 persen dari semula USD12,28 miliar.
Bila dilihat dari impor penggunaan barang, dari total impor nonmigas senilai USD13,34 miliar itu, impor barang modal mengalami penurunan yang luar biasa, yakni hingga 21,23 persen secara M-to-M. Berikutnya impor sektor konsumsi yang turun 17 persen (USD1,42 miliar) dan bahan baku/penolong yang turun sebesar 2,62 persen (USD9,93 miliar).
Secara yoy, penurunan impor yang paling tajam tetap barang modal (10,72 persen), bahan baku (6,10 persen), dan impor barang konsumsi (2,92 persen). Dari gambaran itu, struktur impor menurut pengggunaann barang jelas peran bahan baku atau penolong sangat berkontribusi terhadap total impor atau mencapai 74,39 persen dari total impor Januari 2021.
Dari gambaran di atas, penurunan impor selama ini menjadi cerminan belum solidnya pemulihan ekonomi domestik. Surplus neraca perdagangan pada Januari 2021 bukanlah sinyal positif dalam pemulihan ekonomi. Ekspor masih ditopang kinerja komoditas, sedangkan impor bahan baku industri justru tertahan.
Terus Tumbuh
Kepala BPS Suhariyanto mewanti-wanti bahwa kinerja impor kali ini perlu mendapat perhatian karena mencerminkan kondisi pemulihan industri serta pergerakan investasi.
"Dan, dalam konteks ekspor, ini tentunya menimbulkan harapan ekspor bulan-bulan ke depan terus tumbuh dan pemulihan ekonomi akan berjalan sesuai harapan," ujar Suhariyanto.
Berkaitan dengan struktur impor, bahan baku/penolong berkontribusi hingga 74,39%, sedangkan barang modal 14,93%. Adapun, peran konsumsi hanya mencapai 10,68%.
Kinerja impor yang masih terkontraksi harus diakui menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi domestik masih relatif lambat jika dibandingkan dengan pasar ekspor. Di sisi lain, kenaikan ekspor yang tinggi pada awal 2021 menunjukkan ekonomi eksternal secara agregat pulih lebih cepat, khususnya di negara-negara mitra dagang utama Indonesia.
Berkomentar terhadap neraca perdagangan di atas, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berpendapat lain. Menurutnya, rapor neraca perdagangan Januari 2021 harus dilihat lebih cermat karena hal itu masih sesuai tren yang selama ini terjadi. “Biasanya Januari ini memang terjadi penurunan impor karena industri sedang melakukan penyesuaian produksi,” katanya. Namun, di sisi lain, dia melihat kinerja ekspor industri pengolahan sangat baik. “Periode Januari ini ekspor tumbuh dua digit 11,72%,” katanya.
Tak dipungkiri, sektor manufaktur Indonesia sejatinya sedang diliputi optimisme. Sudah empat bulan terakhir survei Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dilakukan IHS Markit menunjukkan adanya penguatan.
Pada Januari 2021, PMI manufaktur Indonesia tembus 52,2. Angka itu lebih tinggi ketimbang Oktober, November, dan Desember 2020 yang masing-masing tercatat 47,8; 50,6; dan 51,3. PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2021 bahkan melampaui capaian Vietnam (51,3), Thailand (49,0), dan Malaysia (48,9). Secara umum angka indeks di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi.
Terlepas dari laporan BPS yang bisa menjadi rujukan untuk menata ekonomi ke depan, bangsa ini harus terus bergerak. Vaksin yang mulai didistribusikan, pembatasan aktivitas dan kegiatan masyarakat yang mulai direlaksasi serta program pemulihan ekonomi nasional adalah bagian dari langkah besar untuk menuju pemulihan ekonomi yang lebih baik,
Upaya-upaya itu sejatinya merupakan momentum pemulihan aktivitas perekonomian, terutama dalam menjaga surplus perdagangan yang sehat di tengah tren resesi yang tengah melanda.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari