Indonesia.go.id - Gebrakan Anak Vokasi dari Salatiga

Gebrakan Anak Vokasi dari Salatiga

  • Administrator
  • Selasa, 18 Desember 2018 | 03:28 WIB
PENDIDIKAN VOKASI
  ULA Rocket Bracket V 1.0 Karya M Arie Kurniawan. Sumber foto: Grabcad

Yang lebih penting adalah memahami bahwa ternyata sebuah prestasi kelas dunia bisa diciptakan.

“Globalisasi itu sekarang....,” kata Arfi dengan penuh ketetapan hati walaupun terlihat grogi. Arfi, begitu Arfi'an Fuadi atau Arfian Fuadi biasa disapa, berbicara di forum TEDX yang berlangsung di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pada Desember 2015.

Dunia sudah begitu terbuka, artinya kesempatan juga ikut terbuka. Internet membuat kita bisa bersaing walaupun kita punya latar belakang yang berbeda. Itulah pesan yang disampaikan Arfi di depan peserta forum TEDX, forum bergengsi saat ini yang mempunyai moto ‘ideas worth spreading’.

Forum TEDX, adalah forum penyebaran gagasan yang lahir dari rahim Silicon Valley pada 1984. Forum adu gagasan berbentuk organisasi nirlaba ini, sudah berkembang menjadi forumnya para ‘pembaharu’ yang dilangsungkan di Amerika Utara, Eropa, hingga Asia.

Kehadiran Arfi di forumnya para ahli, penemu, perintis gagasan, hingga investor terkemuka tentu menyejajarkan Arfi dengan orang-orang terbaik dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, rekayasa teknologi, hingga pembaruan sosial.

Sejak awal Arfi melihat kehadiran internet sebagai peluang. Dengan modal kemauan untuk belajar dan sebuah komputer yang dia rakit sendiri, Arfi, seperti banyak pemuda di berbagai pelosok Indonesia, memilih internet sebagai tempat berkreasi dan bertaruh untuk mengubah nasibnya.

Arfi (32) lahir di Salatiga, sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Bersama adiknya Arie Kurniawan, mereka tercatat memenangkan kompetisi Jet Engine Bracket Challenge atau lomba mendesain ‘katup’ mesin jet yang diselenggarakan oleh General Electric (GE) pada tahun 2013.

Kakak beradik ini hanya lulusan sekolah menengah atas. Arfi lulus dari SMA Negeri 7 Semarang, sedangkan Arie lulusan SMK Negeri 3 Salatiga jurusan otomotif. Mereka memenangkan kompetisi desain komponen mesin jet, mengalahkan insinyur dari angkatan udara Swedia di peringkat kedua, dan insinyur ahli ‘space stress’ dari Airbus di peringkat ketiga.

Situs grabcad.com mencatat nama M Arie Kurniawan sebagai pemenang pertama lomba desain Engine Bracket yang diselenggarakan oleh GE. Arie, adik Arfi yang lebih muda 5 tahun, adalah orang yang memasukkan desain rancangan mereka berdua ke kompetisi desain teknik yang berbasis ‘crowdsourcing’. Crowdsourcing adalah cara untuk memanfaatkan kontribusi dari desainer yang terhubung dalam komunitas dunia maya yang berasal dari pelosok dunia.

Alih-alih mengeluarkan dana riset dan pengembangan yang berbiaya tinggi, GE memilih untuk memanfaatkan "kepandaian" banyak orang yang terhubung dalam komunitas daring. Hasilnya hanya dengan menyediakan hadiah kurang lebih USD20.000 saja, GE bisa mendapatkan desain terbaik dengan cara yang amat efisien.

Pemenang pertama kompetisi atas nama M Arie Kurniawan mendapat USD7000, dengan prestasi mampu mereduksi berat komponen hingga 83,4% dari berat semula. Pemenang kedua Thomas Johansson mendapatkan USD5000, dengan kemampuan mereduksi hingga 82%. Pemenang ketiga, Sebastien Vavassori dengan kemampuan mereduksi hingga 80,70%. Pemenang keempat hingga kedelapan masing-masing mendapat USD1000.

Steve Liguori, Direktur Eksekutif GE untuk Inovasi dan Model Baru, dalam sebuah artikel di wired.com mengungkapkan kalimat pertama yang diterimanya saat menyampaikan hasil sayembara ini ke Jeff Immelt, Direktur Utama dan CEO GE. "Dari mana kamu mendapatkan anak-anak ini? Berapa banyak pengalaman dunia penerbangan yang mereka punya?" kata Liguori. Dan orang nomor satu GE itu bahkan lebih terheran-heran lagi saat jawabannya adalah ‘nol’ pengalaman, ungkap Liguori lebih lanjut.

Fenomena Arfi dan Arie adalah cerita zaman ini. Kemampuan mereka mengalahkan desainer kelas dunia dari perusahaan penerbangan kelas dunia, hingga lulusan universitas teknik paling bergengsi di bidang kedirgantaraan, adalah bukti bahwa kreativitas dan kerja keras dengan semangat belajar yang tidak pernah putus bisa melahirkan karya yang terbaik.

Tetapi lebih penting lagi adalah memahami bagaimana sebuah prestasi kelas dunia bisa diciptakan. Keterbukaan informasi, perubahan sistem ekonomi global, keinginan untuk berinovasi, pentingnya kolaborasi, partisipasi, dan saling berbagi ilmu pengetahuan adalah jalan yang paling memungkinkan untuk bisa memenangkan masa depan.

Jika ada pertanyaan, internet kencang buat apa? Jawabannya sudah jelas belajar dari cerita Arfi dan Arie, yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. (Y-1)