Kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia juga terlihat dari nilai penghimpunan dana hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp273,9 triliun dan 40 emiten baru.
Perekonomian Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang semakin baik. Pemulihan ekonomi Indonesia yang terus membaik serta penanganan penyebaran pandemi Covid-19 telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan.
Respons positif investor tersebut disampaikan ketika pemerintah melakukan road show ke sejumlah negara serta forum global dalam menjaring investasi dan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal tersebut disampaikan Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Capital Market Day di London, Inggris, Jumat (29/10/2021). Menko Luhut didampingi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Ketua Kadin Indonesia Arsyad Rasjid, dan sejumlah pemimpin Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Acara itu juga dihadiri CEO London Stock Exchange (LSE) Group Murray Roos dan Steven Marcellino, Pimpinan Global Indonesian Professionals' Association (GIPA) serta kalangan pengusaha di Inggris.
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2021 tercatat sebesar 7,07 persen (year on year), membaik dari kinerja pada kuartal I-2021 yang mengalami kontraksi sebesar 0,71 persen (yoy). Peningkatan permintaan domestik yang cukup signifikan menjadi sumber utama perbaikan kinerja PDB dengan seluruh komponen sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan yang solid, terutama komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah," kata Menko Marves Luhut Pandjaitan dalam paparannya.
Luhut juga menyampaikan kasus lonjakan Covid-19 dan pembatasan mobilitas yang ketat dimulai pada akhir kuartal II dan berakhir pada akhir kuartal III kemungkinan memengaruhi angka capaian ekonomi di kuartal III-2021. Namun dengan penanganan Covid-19 yang solid, pemulihan yang kuat di kuartal IV-2021 masih dapat dicapai di masa mendatang.
Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan, kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia juga terlihat dari nilai penghimpunan dana hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp273,9 triliun dan 40 emiten baru yang telah melakukan penawaran umum.
Jumlah ini melampaui perolehan di tahun 2020 sebesar Rp118,7 triliun. Selain itu, pasar modal juga mencatat lonjakan pertumbuhan investor pasar modal terutama dari kalangan milenial. Hingga 21 September 2021 tercatat investor di pasar modal Indonesia sebanyak 6,4 juta orang atau tumbuh 100,51 persen (yoy).
"Oleh karena itu, kami mengajak Anda berinvestasi di Indonesia khususnya di pasar modal dan menikmati hasil investasi yang baik," kata Wimboh di hadapan investor dan pengusaha Inggris Raya.
Menurutnya, pemerintah Indonesia telah memberikan banyak insentif investasi seperti pengurangan tarif 2 persen dari pajak penghasilan badan untuk emiten, pengurangan pajak atas bunga obligasi korporasi dari 20 persen menjadi 10 persen dan juga omnibus law yang sangat menyederhanakan perizinan untuk investor global. Di samping itu, pemerintah juga terus membangun infrastuktur guna mempermudah akses dan meningkatkan efisiensi yang akan menambah keuntungan bagi para investor.
"Kami juga mencatat ada pergeseran preferensi investor asing dari Surat Berharga Negara ke pasar modal Indonesia, yang menggambarkan kepercayaan investor terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia," kata Wimboh.
Pihak OJK mencatat kepercayaan terhadap prospek perekonomian Indonesia juga ditunjukkan dengan net buy oleh nonresiden. Hingga 22 Oktober 2021, nonresiden memasukkan modal sebesar Rp6,07 triliun (net buy Rp9,89 triliun di pasar saham dan net sell sebesar Rp3,82 triliun di pasar SBN).
Kabar baik juga datang dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat naik ke level 6,644 atau menguat 5,7 persen month to date (mtd). Sementara itu, pasar SBN terpantau relatif stabil dengan rerata yield SBN naik 1,2 basis poin (bps).
Penghimpunan dana di pasar modal hingga 26 Oktober 2021 telah mencapai nilai Rp273,9 triliun atau meningkat 282,8% dari periode yang sama tahun lalu, dengan terdapat 40 emiten baru. Selain itu, masih terdapat penawaran umum yang masih dalam proses dari 82 emiten dengan nilai nominal sebesar Rp43,32 triliun.
Bursa Efek Melonjak
Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan mencatat, jumlah dana pasar modal yang dihimpun pada 2021 juga melonjak cukup tajam jika dibandingkan 2020. Jika tahun lalu dana yang dihimpun mencapai Rp5 triliun, saat ini dana yang terkumpul dari penawaran saham perdana sudah menembus lebih dari Rp30 triliun.
Raihan positif itu, antara lain, dikerek oleh right issue dari Bank Rakyat Indonesia dan IPO perusahaan unicorn teknologi informasi, Bukalapak.
Tak mengherankan, mulai bergeraknya ekonomi global dan membaiknya ekonomi domestik membuat banyak perusahaan bergairah menawarkan saham umum perdana (initial public offering/IPO) di BEI pada 2021. Diperkirakan sampai akhir tahun bisa mencapai 50 korporasi melakukan IPO.
OJK juga mencatat kredit perbankan pada September 2021 kembali meningkat dan tumbuh sebesar 2,21 persen yoy (3,12 persen year to date/ytd). Secara sektoral, kredit sektor utama tercatat mengalami peningkatan terutama pada sektor manufaktur dengan peningkatan sebesar Rp16,4 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,69 persen yoy.
Satu hal, pihak OJK akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan peran pasar modal, antara lain, melalui dukungan penyusunan kebijakan yang akomodatif bagi start-up dan perusahaan teknologi berskala unicorn untuk melakukan IPO di bursa, pembentukan Securities Crowdfunding (SCF) untuk UMKM, menerbitkan kerangka regulasi untuk Bank Digital, memperbarui pengaturan peer to peer lending, dan meninjau pengaturan insurtech.
Namun demikian, OJK juga mengingatkan agar setiap investor memperhatikan tantangan global pada 2022. Adapun tantangan-tantangan tersebut adalah pemulihan ekonomi global maupun domestik yang masih diliputi ketidakpastian dan potensi terjadinya gelombang ketiga varian Covid-19.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari