Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis inflasi dapat dikendalikan atas peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Lonjakan harga pangan telah mengerek inflasi Juni hingga mencapai 0,61 persen secara bulanan dan 4,35 persen secara tahunan. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga tiga komoditas pangan—bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit—telah menjadi pendongkrak inflasi pada Juni.
Kenaikan harga signifikan terhadap tiga komoditas pangan itu disebabkan gangguan suplai yang terjadi akibat faktor cuaca. Selama Juni, terjadi hujan lebat di beberapa sentra produksi sehingga mengakibatkan gagal panen.
“Kenaikan harga yang signifikan pada tiga komoditas pangan tersebut mengakibatkan inflasi. Faktor cuaca berupa turun hujan lebat di beberapa sentra produksi telah menyebabkan gagal panen sehingga suplainya terganggu," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi persnya, Jumat (1/7/2022).
Bila dibedah lebih jauh lagi, inflasi tahunan atau year-on-year (yoy) sebesar 4,35 persen, atau yang tertinggi sejak Juni 2017, yang tercatat sebesar 4,37 persen, dari kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menduduki peringkat pertama dengan sumbangan 8,26 persen.
Kedua, transportasi sebesar 5,45 persen. Di mana kenaikan harga tiket pesawat yang disebabkan naiknya harga avtur menjadi penyebab sumbangan inflasi dari transportasi. Ketiga, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 4,77 persen.
Keempat, kesehatan 2,46 persen, dan kelima, perumahan, air listrik, bahan bakar rumah tangga 2,14 persen. Margo Yuwono pun menambahkan, ada tiga komponen penyebab inflasi pada Juni. Pertama, komponen harga yang bergejolak menyumbang inflasi sebanyak 10,07 persen.
Kedua, harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM Pertamax yang menyumbang inflasi 5,33 persen. Berkaitan dengan kenaikan tarif listrik per 1 Juli, dia menjelaskan, baru akan berpengaruh terhadap inlasi di bulan Juli. Terakhir, komponen inti dengan sumbangan 2,63 persen.
Ihwal pertanyaan, apakah inflasi akan terjadi lagi pada Juli? Margo Yuwono menjawab, itu semua tergantung pada pemerintah untuk menahan agar inflasi tidak meninggi lagi. “Yang jelas, inflasi saat ini masih relatif aman, namun perlu waspada," ujarnya.
Jadi Ancaman
Pada kesempatan rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Jumat (1/7/2022). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, angka inflasi yang tinggi masih menjadi ancaman di tengah laju pemulihan ekonomi nasional.
Sri Mulyani memproyeksikan, tingkat inflasi hingga akhir 2022 bakal mencapai 4,5 persen yang dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global, akibat disrupsi rantai pasok dunia serta perang Rusia-Ukraina.
Proyeksi ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 2 persen—4 persen. “Inflasi sedikit mengalami tekanan di semester II-2022 di kisaran 3,5 persen—4,5 persen. Keseluruhan tahun [inflasi diperkirakan] di kisaran 3,5 persen—4,5 persen,” ujarnya.
Meskipun ancaman mengadang, Sri Mulyani optimistis, inflasi dapat dikendalikan atas peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter. “Bank sentral menjadi resources player yang sangat menentukan dalam menstabilkan harga,” ujarnya.
Menurutnya, respons dari sisi fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk mengendalikan inflasi. Selain itu, Menkeu menyakini upaya pihaknya dalam menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber mampu mendukung daya beli masyarakat sekaligus mengendalikan laju inflasi.
Dia menjelaskan, APBN pada semester I-2022 menunjukkan kinerja positif dengan realisasi penerimaan negara Rp1.317,2 triliun atau mencapai 58,1 persen dari target Perpres nomor 98/2022.
Angka itu tumbuh 48,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Perinciannya, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp868,3 triliun atau 58 persen atau tumbuh 55,7 persen secara yoy. Sementara itu, realisasi kepabeanan dan cukai tercatat Rp167,7 triliun atau 56,1 persen di atas target dan tumbuh 37,2 persen yoy.
Pada kesempatan terpisah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, kenaikan subsidi energi oleh pemerintah, dengan dukungan pembiayaan dari otoritas moneter, akan tetap mendukung terkendalinya inflasi. Khususnya, dari tekanan harga yang diatur pemerintah (administered prices).
Menurutnya, laju inflasi pada Juni 2022 lebih dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak. Di sisi lain, inflasi inti pada Juni 2022 tercatat sebesar 2,63 persen secara tahunan.
“Tingkat inflasi secara fundamental masih rendah, sehingga memberikan ruang bagi suku bunga acuan untuk tetap dijaga,” ujarnya.
Harapannya, meskipun tren inflasi mengalami kenaikan, adanya jaminan baik dari Bank Indonesia maupun dari menteri keuangan yang akan berusaha menjaga tingkat inflasi di kisaran 3,5 persen—4,5 persen tentu memberikan rasa aman bagi masyarakat dan pelaku bisnis.
Bila itu semua tetap terjaga, pemulihan ekonomi Indonesia diyakini tetap berada di jalur yang tepat dan tetap terjaga. Indikasi itu terlihat dari masih tingginya mobilitas masyarakat dan bisnis.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari