Indonesia.go.id - Jemaah Semakin Termanjakan

Jemaah Semakin Termanjakan

  • Administrator
  • Kamis, 11 Juli 2019 | 18:08 WIB
IBADAH HAJI 2019
  Jamaah calon haji asal Hulu Sungai Selatan dan Banjarmasin saat keberangkatan kloter pertama di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Selasa (9/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Menteri Agama memastikan persiapan akomodasi dan transportasi pelaksanaan haji 2019 sudah mencapai 100%.

Wakil Presiden Jusuf Kalla baru saja melepas keberangkatan jemaah haji kloter pertama dari embarkasi Jakarta, Minggu (7/7/2019). Untuk ibadah haji 2019, Indonesia mendapatkan jatah 231.000 jemaah, dan menempatkan negara ini menjadi negara yang terbesar yang memberangkatkan jemaahnya ke Arab Saudi.

Tentu tidak mudah bagi Pemerintah Indonesia untuk bisa melayani jemaah sebanyak itu. Di masa lalu, cerita sedih soal layanan jemaah haji masih sering terdengar. Ketika itu, soal layanan sepertinya tidak menjadi perhatian serius penyelenggara haji.

Namun seiring dengan semakin terbukanya informasi, apalagi bila dibandingkan dengan layanan yang dinikmati jemaah haji negara tetangga seperti Malaysia, misalnya, tentu membuat jemaah bisa menilai kenapa penyelenggara haji tidak bisa memberikan layanan yang terbaik bagi jemaahnya?

Di masa lalu, cerita layanan yang buruk terhadap jemaah haji banyak kita dengar. Misalnya, soal layanan bus transportasi. Itu menyebabkan jemaah tercecer di jalanan, soal katering yang sudah basi, tenda tempat tinggal jemaah yang tidak nyaman dan sebagainya.

Adanya keingginan berbenah dan meningkatkan layanan jemaah haji telah menjadi tekad Pemerintah Indonesia. Salah satu layanan itu adalah Mekah Route Initiative atau fast track, layanan imigrasi bagi para jamaah. Bila dahulu, layanan imigrasi baru dilayani ketika sampai di Bandara Madinah atau King Abdul Aziz Jedah.

Kini, dengan adanya fasilitas itu, jemaah tidak perlu antre lagi di Jedah atau Madinah. Pemerintah Saudi telah menyediakan petugas imigrasinya di bandara. Sebagai uji coba, fasilitas fast track ini baru diuji coba di Bandara Soekarno-Hatta tahun ini.

Adanya program itu cukup diapresiasi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Program fast track merupakan kemajuan dalam pelayanan jemaah haji. Bila sebelumnya jemaah haji harus antre di sini, harus antre di Jedah atau di Madinah, kini hanya dalam waktu beberapa menit semuanya sudah selesai,” ujar Jusuf Kalla sumringah.

Artinya, jemaah ketika tiba, baik di Madinah atapun Mekah tidak perlu menunggu, termasuk urusan imigrasi. Mereka bisa langsung dari pesawat langsung ke bus. Dengan demikian, jemaah haji bisa menghemat waktu jemaah dengan adanya program fast track tersebut.

"Saya ingin berterima kasih kepada Pemerintah Saudi dan Raja Salman sebagai Khadimul Haramain [penjaga dua kota suci]. Kini pelayanannya semakin baik.”

Indonesia menjadi negara yang memberangkatkan jemaah haji terbanyak ke Arab Saudi. Khusus tahun ini, kuota haji mencapai 231.000 jamaah. Tentu dengan besarnya jumlah jemaah haji tersebut, layanan yang terbaik mutlak diberikan pemerintah kepada tamu Allah tersebut.

Tingkatkan Layanan

Ada kabar baik dengan pelayanan jemaah haji tersebut. Sejumlah inovasi layanan haji akan dinikmati jemaah haji tahun ini. Inovasi ini mengacu pada hasil evaluasi Pemerintah Indonesia yang disampaikan kepada Pemerintah Arab Saudi saat menggelar pertemuan membahas evaluasi penyelenggaraan ibadah haji tahun sebelumnya.

Ada sejumlah inovasi pelayanan jemaah haji seperti disampaikan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis. "Ini inovasi yang luar biasa pada tahun ini," jelasnya, saat menjadi pembicara pada acara Pembekalan Terinegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (24/4/2019).

Pertama, inovasi berkaitan dengan peningkatan porsi sistem sewa hotel dari blocking time menjadi full musim. Bila pada tahun sebelumnya, sistem sewa hotel dengan skema full musim baru 50%, pada tahun ini naik menjadi 75%.

Kedua, inovasi fast track. Atas budi baik Pemerintah Arab Saudi, mereka kini telah menyediakan satu embarkasi (Bandara Soekarno-Hatta) untuk layanan fast track. Namun, embarkasi lainnya masih layanan semi fast track dari semula non fast track.

"Jadi semi fast track, mereka (jemaah) akan tetap dimintakan satu sidik jari saat tiba nanti dan distempel paspor dan setelah itu langsung ke bis. Jadi mereka tidak urus bagasi lagi," jelasnya.

Tak dipungkiri, masalah imigrasi dan bagasi menjadi persoalan krusial dan memakan waktu ketika jemaah tiba di bandara setempat. Adanya program fast track maupun semi fast track diharapkan mempersingkat waktu jemaah ketika tiba di bandara King Abdul Aziz Jedah maupun Madinah.

Jemaah bisa langsung ke makhtab tanpa harus menunggu lama di bandara. Di masa lalu, dibutuhkan waktu selama 5 jam untuk mengurus imigrasi dan bagasi. Kini, jemaah hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit-1,5 jam untuk mengurus imigrasi dan bagasinya.

Ketiga, inovasi untuk sarana penambahan sarana buang air bagi jemaah haji Indonesia di Mina. Isu ini sempat menjadi pembahasan Muasassah (Organisasi Penyelenggara Haji yang ditunjuk Pemerintah Saudi). Pemerintah Indonesia pun meminta adanya perbaikan layanan itu. Akhirnya, permintaan itu dipenuhi. Tahun ini, setiap makhtab ada delapan unit toilet dari semula  lima per maktab.

Keempat, inovasi penempatan jamaah haji berdasarkan sistem zonasi. Tujuannya kenyamanan sekaligus pelayanan jamaah di Tanah Suci semakin meningkat. Maksud sistem zonasi itu adalah sistem penempatan jemaah berdasarkan asal daerah jemaah. Artinya, jemaah asal Makassar pasti ditempatkan bersama jemaah Makassar.

Kelima, penerapan sebuah aplikasi yang terintegrasi, termasuk pelaporan secara dgital. “Alhamdulillah, persiapan akomodasi dan transportasi pelaksanaan haji 2019 sudah mencapai 100%,” ujar Menteri Agama Lukman Saifuddin.

Selamat menunaikan ibadah haji 2019. Semoga jemaah haji Indonesia semua menjadi haji yang mabrur dan diridhai Allah SWT. (F-1)

Berita Populer