Indonesia.go.id - Kinerja Industri Pengolahan Masih Menjanjikan

Kinerja Industri Pengolahan Masih Menjanjikan

  • Administrator
  • Sabtu, 20 Juli 2019 | 07:05 WIB
DUNIA USAHA
  Ratusan mobil yang siap diekspor terparkir di IPC Car Terminal, PT Indonesia Kendaraan Terminal (PT IKT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (11/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

PMI Bank Indonesia itu tetap memberikan sinyal positif pada level ekspansi pada kuartal III 2019.

Satu survei yang dilakukan Bank Indonesia memberikan kabar baik bagi kinerja industri manufaktur negara ini, terutama kinerja sektor industri pengolahan yang tercatat berada di level ekspansi yang didorong oleh meningkatnya volume pesanan.

Menurut survei Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia, industri itu menunjukkan kenaikan dari 52,65% pada kuartal I/2019 menjadi 52,66% pada kuartal II/2019. 

"Ekspansi sektor industri pengolahan ini sejalan dengan tren kegiatan usaha sektor industri pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha [SKDU] pada kuartal II/2019 yang terindikasi meningkat dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 3,57%,” tulis laporan tersebut.

Tidak itu saja, tambah survei itu, ekspansi volume pesanan selama periode April-Juni 2019 juga memberikan dampak pada peningkatan volume produksi. Indikator volume produksi tumbuh menjadi 54,19% pada periode tersebut berbanding pada kuartal I 2019 yang mencapai 53,49%.

Semakin Kondusif

Dan, yang lebih menjanjikan lagi, PMI Bank Indonesia itu tetap memberikan sinyal positif dengan indeks volume produksi diproyeksi tetap berada di level ekspansi, yakni sebesar 54,98% pada kuartal III 2019. Bisa jadi, tren munculnya indikator proyeksi itu disebabkan situasi politik negara ini yang semakin kondusif pasca pilpres belum lama ini.

Pertanyaannya, apa itu PMI Bank Indonesia? PMI Bank Indonesia merupakan sebuah indikator yang menyediakan gambaran umum mengenai kondisi sektor industri pada triwulan saat ini dan perkiraan triwulan berikutnya.

Indikator yang dipakai di indeks itu terdiri dari lima indeks, yakni volume pesanan barang (input), volume produksi (output), ketenagakerjaan, waktu pengiriman dari pemasok, dan inventori. Adanya PMI Bank Indonesia diharapkan bisa menjadi pegangan bagi pelaku usaha dalam melakukan aktivitas bisnisnya di negara ini.

Sayangnya, meski survei Bank Indonesia memberikan kabar baik terutama kinerja sektor industri pengolahan yang tercatat berada di level ekspansi , kinerja itu tidak berkorelasi linier dengan kinerja ekspor di sektor tersebut.

Menurut data Badan Pusat Statistik, dari total ekspor Indonesia sepanjang Januari – Juni 2019 yang mencapai USD80,32 miliar, sumbangan ekspor nonmigas mencapai USD74,21 miliar.

Data itu juga menyajikan kinerja ekspor baik secara total maupun sub total menunjukkan indikasi turun. Ekspor nonmigas, misalnya, selama periode Januari–Juni 2019 yang tercatat USD74,21 miliar itu ternyata nilai sebesar itu tidak sebagus dengan kinerja periode 2018, atau turun 6,54%. Begitu juga ekspor industri pengolahan selama periode tersebut turun 4,59% dibandingkan dengan periode yang sama 2018.

Terlepas dari semua itu, survei PMI yang dilakukan Bank Indonesia tetap memberikan optimisme bahwa kebijakan pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih bagi industri pengolahan di dalam negeri sudah berada pada jalur yang tepat.

Apalagi, pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendorong akselerasi industri pengolahan. Kebijakan itu antara lain, pemberian tax allowance, tax holiday, fasilitas PPn di kawasan berikat, dan penyederhanaan prosedur ekspor.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian pun telah membuat penekanan ke sejumlah subsektor industri pengolahan yang berpotensi tumbuh tinggi. Subsektor itu antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika. 

Tidak itu saja, komitmen kebijakan yang pro terhadap bisnis tampak sangat nyata dari Presiden Joko Widodo termasuk ketika merilis Lima Visi Indonesia 2019-2024 di Sentul Convention Center, Minggu (14/7/2019). Satu dari lima visi itu adalah terus mendorong masuknya investasi seluas-luasnya termasuk di industri manufaktur.

Harapannya, ekspansifnya industri pengolahan negara ini memberikan stimulan berupa outlook outlook pertumbuhan ekonomi yang lebih positif, meskipun tetap dibayangi oleh ekonomi dunia yang masih slow growth. (F-1)