Indonesia.go.id - Bibit Unggul Gratis Untuk Sokong Ekspor

Bibit Unggul Gratis Untuk Sokong Ekspor

  • Administrator
  • Selasa, 23 Juli 2019 | 02:26 WIB
HOLTIKULTURA
  Program pemberian bibit unggul 500 juta batang atau Bun500 di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (18/7/2019). Foto: Kementan

Menteri Pertanian secara resmi meluncurkan Program Benih Unggul Perkebunan (BUN) 500 juta 2019 – 2024. Program penyediaan bibit sebanyak 500 juta ini untuk 10 komoditas meliputi kakao, kopi, karet, kelapa, lada, cengkeh, pala, tebu, teh dan jambu mete.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program pemberian bibit unggul sebesar 500 juta batang dalam kurun lima tahun ke depan. Bibit Bun-500 itu diyakini akan menumbuhkan nilai ekspor di sektor pertanian dari komoditas perkebunan.  Dan tentu berharap selain penumbuhan ekspor yang tinggi akan berdampak terhadap pendapatan petani. Menteri Pertanian Amran memperkirakan pendapatan petani (dengan adanya Bun 500) bisa meningkat Rp 1.000 triliun per tahun.

Untuk mencapai pertumbuhan ekspor perkebunan yang lebih ekspansif, Kementan melakukan identifikasi terhadap sejumlah komoditas ekspor perkebunan yang diminati pasar global. Adapun bibit unggul pilihan yang diprioritaskan antara lain kopi, lada, cengkeh, pala, kakao, karet, kelapa dalam, tebu, teh, dan jambu mete.

Pemberian bibit unggul akan ditentukan berdasarkan keunggulan komparatif di suatu wilayah. Keunggulan komparatif tersebut meliputi iklim pertanian, struktur tanah, topografi, serta budaya masyarakat setempat. Penyesuaian pemberian bibit dengan wilayah setempat akan memudahkan petani berproduksi sebab sudah familiar dengan komoditas yang dibudidayakan. Misalnya wilayah  Aceh dengan kopi, Maluku dengan pala dan cengkeh, Riau dengan sawit, Kalimantan Tengah dengan kakao dan karet, serta wilayah-wilayah lainnya.

Muncul tren baru masyarakat global terhadap komoditas kopi. Milenial menilai, kopi menjadi salah satu komoditas yang potensial pangsa pasarnya. Dengan kondisi perang dagang dua negara ekonomi raksasa yakni Amerika Serikat dengan Cina, Indonesia perlu memanfaatkan pasar baru. Mimpi besar kita adalah mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia pada 1602 atau 500 tahun yang lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor pertanian per tanggal 24 Juni 2019 naik 25,19 persen atau 0,32 miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu (year on year). Menurut BPS kenaikan ekspor itu menjadi salah satu variabel penting yang menyebabkan kenaikan ekspor nasional sebesar 14,74 miliar dolar AS atau naik 12,42 persen pada Mei 2019 secara bulanan (month on month).

Alhasil, neraca perdagangan nasional pun surplus sebesar 207,6 juta dolar AS. Kenaikan nilai ekspor ini tak lepas dari upaya Kementerian Pertanian ( Kementan) guna berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kenaikan nilai ekspor pertanian utamanya karena kenaikan nilai ekspor sarang burung, kopi, tanaman hutan, aromatik, dan rempah-rempah serta logam dasar mulia.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertanian per tanggal 24 Juni 2019 juga menguat sebesar 1,95 persen. Padahal, IHSG secara umumnya melemah ke zona merah sebesar 0,25 persen atau 15,92 poin ke level 6.299,51.

Kebijakan dan program Kementan tidak hanya berhasil meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan nilai ekspor. Hasilnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dapat membangun perubahan yang membanggakan.

Kenaikan tajam nilai ekspor Mei 2019 dan semester I tahun ini merupakan hasil pemfokusan program Kementan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi. Untuk mendorong ekspor, salah satunya Kementan mengeluarkan kebijakan mempermudah perizinan eskpor dengan waktu pengurusan singkat, yakni sekitar 3 jam.  Padahal sebelumnya membutuhkan waktu yang cukup lama yakni 312 jam.

Sementara itu Data BPS mencatat, PDB sektor pertanian naik Rp400 triliun sampai Rp500 triliun. Sementara itu, total akumulasi mencapai Rp1.370 triliun. Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB pertanian adalah peningkatan ekspor.  Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9 sampai 10 juta ton.

Jika pada 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton. Ekspor kita meningkat itu atas kerja keras kita semua

Pertumbuhan ekonomi pertanian baru-baru ini telah mencapai 3,7 persen. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3,5 persen. Kemudian, dari sisi inflasi pangan periode 2014-2017, adanya penurunan signifikan sebesar 88,1 persen, yakni dari 10,57 persen menjadi 1,26 persen. (E-2)