Produk ekonomi berbasis digital kini tumbuh seperti cendawan di musim hujan. Berkah tumbuhnya revolusi digital telah menyebabkan semuanya menjadi serba mudah dan instan. Bayangkan, Anda butuh makanan, tinggal buka aplikasi, pilih menu, dan bayar via online.
Benar, hanya dengan satu genggaman melalui aplikasi pada smartphone. Kemudahan yang didapat dari perkembangan itu adalah sistem pembayaran tidak lagi dengan cara konvensional, cukup nontunai atau transfer. Itulah salah satu bentuk masyarakat cashless society: Lebih cepat, efisien, dan praktis.
Sejumlah pernyataan itu mendapatkan pembenaran dari satu penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia belum lama ini. Laporan dengan judul Ekonomi Digital di Asia Tenggara: Memperkuat Fondasi untuk Pertumbuhan Masa Depan menyoroti perkembangan yang terjadi di masyarakat Asia Tenggara.
Menurut laporan itu, revolusi digital telah membawa banyak manfaat bagi masyarakat kawasan itu. Tidak itu saja, kawasan ini memiliki peluang unik untuk mencapai kemajuan yang lebih cepat dengan memperkuat pondasi ekonomi digitalnya yang semakin berkembang.
Laporan itu memberikan analisis berkaitan dengan peluang dan tantangan yang dihadapi kawasan untuk peningkatkan pengembangan digital. Selain itu, laporan itu juga ingin memastikan bahwa dividen ekonomi dan sosial dari teknologi dapat menjangkau semua orang.
Menurut Direktur Pengembangan Digital Bank Dunia Boutheina Guermazi, negara di kawasan itu telah membuat kemajuan yang sangat signifikan di di sektor digital. Bahkan negara kawasan itu sangat diuntungkan dengan populasi yang banyak selain adaptif menerima layanan digital.
Persoalannya, laporan lembaga keuangan dunia menyoroti masih lambatnya adopsi, baik kalangan bisnis maupun pemerintah. Selain itu, masalah regulasi dan kurangnya kepercayaan pada transaksi elektronik menghambat pertumbuhan sistem digital.
Terus Digalakkan
Dan, saran lembaga itu adalah perlu terus digalakkannya penelitian inovatif. Karena ini dapat membantu mengatasi tantangan-tantangan ini untuk menciptakan ekonomi digital yang kuat dan inklusif. ”Negara-negara Asia Tenggara telah membuat kemajuan besar dalam sektor digital.”
Apa yang menjadi perhatian dari laporan Bank Dunia yang memotret perkembangan ekonomi digital bisa jadi tidak akurat untuk menggambarkan kemajuan yang terjadi di negara ini. Hemat saya, Indonesia bisa dikatakan adaptif berkaitan untuk mendorong lancarnya bisnis.
Sebagai negara dengan tingkat populasi terbesar ketiga di dunia, atau mengutip data Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) terbaru, dari total populasi Indonesia sebanyak 264,16 juta orang, sebanyak 64,8% penduduknya melek terhadap Internet, atau sebanyak 171,17 juta orang.
Survei itu juga mengungkapkan pertumbuhan pengguna Internet mencapai 10,12% sepanjang 2018 dibandingkan dengan 2017, atau bertambah sebanyak 27,92 juta orang. Dan, survei itu juga mengungkapkan Pulau Jawa tetap menjadi wilayah yang dengan kontribusi pengguna yang tertinggi,
Nah, kiranya bisa terbayang seberapa besar aktivitas ekonomi yang ikut terdongkrak bila menggunakan parameter tersebut? Namun, satu lembaga bernama McKensey and Company hanya berani memprediksi ekonomi Indonesia terdongkrak 10% pada 2025 melalui aktivitas digital tersebut.
Keuntungan ekonomi secara nyata dari bonus itu adalah meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Melalui pendekatan teknologi digital juga berpotensi terjadi peluang terbukanya pekerjaan baru sebanyak 3,7 juta orang, termasuk dari skema job matching dan permintaan tenaga kerja melalui platform berbasis online.
Adalah sangat wajar Pemerintah Joko Widodo-Ma’ruf Amin tetap menjadikan ekonomi digital sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi bangsa ini. Wujud dukungan itu tampak ketika Kepala Negara menyatakan kesiapannya untuk hadir dalam acara ‘Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital’ yang digelar di Tenis Indoor Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019).
Namun, akibat animo yang luar biasa hingga mencapao 7.000 perserta dari target sebanyak 1.000 startup, panitia akhirnya menundanya. Menurut rencana, kegiatan itu tetap akan diselenggarakan sekitar Agustus, sekaligus memperingati HUT RI ke-74.
Yang jelas, keseriusan pemerintah mendorong anak-anak muda untuk membuat perusahaan rintisan (startup) sudah sangat tepat. Bisa jadi, nantinya startup-startup itu menjadi nama besar dalam perekonomian, bahkan ikut mengantarkan bangsa ini menjadi negara maju pada 2045. (F-1)