Saran satu laporan lembaga ekonomi dunia terhadap Indonesia berkaitan dengan ekonomi digital tentu harus menjadi perhatian khusus bangsa ini. Menurut Bank Dunia, Indonesia perlu terus melakukan penelitian inovatif ini.
Dengan demikian, negara ini dapat mengatasi tantangan-tantangan berkaitan dengan ekonomi digital, sehingga bisa lebih kuat dan inklusif. ”Namun, terlepas dari semua itu, negara-negara Asia Tenggara telah membuat kemajuan besar dalam sektor digital,” kata Direktur Pengembangan Digital Bank Dunia Boutheina Guermazi dalam satu laporannya belum lama ini.
Bahkan negara kawasan itu sangat diuntungkan dengan populasi yang banyak, selain adaptif menerima layanan digital. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII), sebagai negara dengan tingkat populasi terbesar ketiga di dunia, hanya 64,8% penduduknya yang melek terhadap internet atau sebanyak 171,17 juta orang.
Artinya, dari sisi jumlah populasi masih ada sebanyak 35,2% yang masih senjang terhadap tingkat kemelekan digital, selain tidak meratanya sebaran yang ‘melek’ bila dilihat dari luas geografinya. Wajar saja, negara ini harus lebih kerja keras untuk menjadi negara yang memiliki basis digital sebagai pondasi menuju negara maju pada 2024.
Inipun sesuai dengan kajian yang pernah dilakukan McKensey and Company yang menyebutkan ekonomi Indonesia terdongkrak 10% pada 2025 melalui aktivitas digital tersebut. Keuntungan ekonomi secara nyata dari bonus itu adalah meningkatnya produktivitas tenaga kerja.
Melalui pendekatan teknologi digital, juga terbuka peluang pekerjaan baru sebanyak 3,7 juta orang, termasuk dari skema job matching dan permintaan tenaga kerja melalui platform berbasis online.
Wajar saja dalam berbagai kesempatan, Kepala Negara selalu menekankan negara ini agar fokus memberikan keterampilan kerja bagi generasi muda, khususnya dalam menyambut bonus demografi dan persaingan yang semakin ketat.
Menurut Kepala Negara, pendidikan dan pelatihan vokasi akan semakin diperkuat seiring bergesernya strategi pembangunan dari pembangunan infrastruktur fisik, menjadi pembangunan manusia.
Presiden menambahkan kunci bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri dalam memenangkan persaingan terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Selain infrastruktur yang telah dibangun dalam empat tahun terakhir, peningkatan kualitas manusia menjadi prasyarat agar Indonesia tidak terjebak dalam perangkap pendapatan menengah (middle income trap).
"Apabila kita bisa meng-upgrade secepat-cepatnya sehingga levelnya melebihi negara-negara di kanan-kiri kita, itulah namanya kemenangan kita dalam bersaing," ujarnya.
Pembangunan manusia dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia menyongsong perubahan besar dalam revolusi 4.0 adalah salah satu perhatian Presiden Joko Widodo seiring periode kedua pemerintahannya, termasuk mengarahkan pembangunan ekonomi Indonesia ke era digital baru.
Peningkatan SDM
Fokus pembangunan nasional Indonesia pada 2019-2024 adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia, termasuk di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu program peningkatan sumber daya manusia itu adalah melalui Progran Digital Talent Scholarship (DTS).
Melalui Program DTS 2019, pemerintah memberikan beasiswa pendidikan dan pelatihan untuk mendukung pengembangan ekosistem ekonomi digital Indonesia. Sebenarnya, program DTS sudah dimulai sejak 2018 untuk 1.000 orang dan tahun dibuka lagi dengan peserta yang lebih banyak lagi dengan jumlah 25.000 orang baik umum maupun disabilitas.
Khusus program DTS, pemerintah bekerja sama dengan 30 perguruan tinggi dan 23 politeknik di Indonesia dan 4 perusahaan teknologi global—AWS< Cisco, Google dan Microsoft.
Sasaran program DTS 2019, seperti disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara adalah untuk membekali kompetensi 25.000 orang lulusan SMK, D3/D4, S1, Aparatur Sipil Negara (ASN), guru TIK SMA atau setara, serta penyandang disabilitas.
“Melalui program itu, kompetensi mereka meningkat. Mereka juga akan memperoleh sertifikat dari Global Technology Company dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP),” jelas Rudiantara.
Peserta program akan dilatih secara intensif untuk menguasai hardskill dan softskill sesuai dengan peminatan di bidang teknis Artifical Intelligence, Big Data, Cloud Computing, Cyber Security, Internet of Things, dan Machine Learning, serta beberapa tema pelatihan lainnya.
Pada 2018, Kementerian Kominfo telah meluncurkan program yang sama untuk menyiapkan 1.000 talenta yang menguasai keahlian digital guna mendukung visi Indonesia untuk menjadi negara ekonomi digital terbesar pada 2030.
Pada tahun ini, Program Digital Talent Scholarship 2019 akan memberikan kesempatan kepada 25.000 peserta untuk mengikuti pelatihan yang dikemas dalam empat akademi masing-masing pertama, Fresh Graduate Academy (FGA), yang ditujukan bagi lulusan D3, D4, dan S1 bidang TIK (atau yang terkait), Program ini terbuka bagi penyandang disabilitas.
Kedua, Vocational School Graduate Academy (VSGA), program pelatihan intensif bagi lulusan SMK. Ketiga, Coding Teacher Academy (CTA), yang ditujukan bagi para guru SMK, SMA, Madrasah Aliyah serta SMALB bidang TIK (Terbuka bagi Guru PNS dan Non PNS), dan keempat, Online Academy (OA), program pelatihan online bagi masyarakat umum, termasuk ASN, mahasiswa, dan pelaku industri.
Beasiswa ini dikelola oleh Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo bekerja sama dengan 31 perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, 23 Politeknik, dan 4 perusahaan teknologi global, antara lain, AWS, Cisco, Google dan Microsoft.
Kementerian Kominfo juga menyiapkan kegiatan pascapelatihan bagi peserta program. Targetnya untuk mempertemukan keahlian yang dimiliki oleh talenta digital dengan peluang kerja dan usaha di berbagai perusahaan teknologi. Upaya keras itu memang tidak bisa instan. Butuh keseriusan dan keberlanjutan sehingga bangsa ini akhirnya bisa sejajar dengan negara-negara ekonomi maju. (F-1)