Sumber daya manusia adalah kata kuncinya, bukan yang lain. Ketika dunia global terperangkap dalam situasi pelambatan ekonomi yang berkepanjangan, dan ekonomi nasional terdampak secara langsung, maka kreativitas dan inovasi menjadi tumpuan gerak ekonomi. Pesan itu yang antara lain disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato pengantar nota keuangan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja negara) 2020 di Gedung DPR-MPR-DPD RI Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
‘’Situasi krisis ini harus kita balik menjadi peluang. Kita harus jeli. Kita manfaatkan kesulitan ini menjadi kekuatan untuk bangkit, untuk Indonesia Maju,’’ kata Presiden Joko Widodo.
Salah satu kuncinya ialah terus meningkatkan daya saing nasional yang bertumpu pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Pelambatan pertumbuhan ekonomi global, yang sudah memasuki tahun ke-6 ini, memang terasa betul dampaknya. Secara global, investasi asing (direck foreign invesment) menyusut hingga 13 persen 2018. Kondisi ini diperburuk oleh perang dagang Amerika-Tiongkok dan keduanya pun berdarah-darah. Ekonomi Amerika Serikat (AS) kehilangan USD14 triliun dan Cina terkikis USD20 triliun.
Penciutan ekonomi Cina sebesar sekitar Rp2.840 triliun sejak perang dagang berkobar berakibat ke susutnya konsumsinya atas barang impor, terutama komoditas. Australia, Brazil, Kanada, dan Indonesia, tergolong dalam deretan yang tergolong paling terdampak karena sudah dua dekade bergantung pada ekspor komoditas ke Cina.
Indonesia bahkan terpukul dua kali. Pasalnya selain ke Cina, Indonesia pun mengekspor komoditas ke Amerika Serikat, terutama karet, kopi, kaka dan hasil hutan. Sialnya, AS dan Cina adalah negara tujuan ekspor terbesar pula. AS mengambil porsi 11 persen dari total ekspor nasional, dan 16 persen ke Cina. Kontraksi di kedua negara raksasa itu jelas berdampak nyata.
Tidak heran bila di tengah gejolak ekonomi global itu, Presiden Jokowi tetap merasa bersyukur bahwa pembangunan ekonomi lima tahun masih menunjukkan capaian yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi terus meningkat dari 4,88% pada 2015 menjadi 5,17% (2018) dan pada Semester I-2019 tercatat mencapai 5,06%. Angka pengangguran menurun dari 5,81% pada Februari 2015 menjadi 5,01% pada Februari 2019.
Penduduk miskin terus menurun dari 11,22% pada Maret 2015, menjadi 9,41% pada Maret 2019. Angka kemiskinan 9,41% itu adalah yang terendah dalam 74 tahun sejarah sejarah lahirnya NKRI. Ketimpangan pendapatan terus menurun, ditunjukkan dengan semakin rendahnya Rasio Gini, dari 0,408 pada Maret 2015, menjadi 0,382 pada Maret 2019.
Keberhasilan menekan angka kemiskinan sekaligus memperbaiki pemerataan itu tidak lepas dari upaya membangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Kenaikan taraf kehidupan rakyat itu pun terlihat dari tiga aspek dasar, tingkat pendidikan, pendapatan, dan pelayanan kesehatan (rata-rata usia harapan hidup) yang tecermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang naik dari 69,55 di 2015 menjadi 71,39 di 2018. Dengan skor di atas 70, Indonesia tergolong dalam kelompok negara dengan IPM tinggi.
Pencapaian pembangunan sarana-prasarana ekonomi pun menjadi isu penting untuk mendorong laju investasi. Terkait infrastruktur itu, termasuk keandalan pasokan listrik dan air bersih, kondisi Indonesia juga terus membaik, yang ditunjukkan kenaikan Global Competitiveness Index, dari peringkat 81 dunia pada 2014, ke peringkat 71 dunia pada 2018. Logistic Performance Index (LPI) terkerek naik pula, dari peringkat 53 dunia pada 2014, menjadi peringkat 46 dunia pada 2018.
Toh, tak serta-merta investasi yang lesu itu terpikat ke Indonesia. Tidak serta-merta pula segala inovasi dan kreativitas membangkitkan ekonoomi Indonesia. Pembangunan SDM pun akan ditingkatkan, dan menjadi fokus kepemimpinan Presiden Jokowi pada periode kedua, untuk diimplementasikan melalui antara lain politik anggaran.
Sesuai dengan amanat konstitusi, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari belanja negara. Pada 2020, anggaran pendidikan direncanakan Rp505,8 triliun, atau meningkat 29,6%, dibandingkan realisasi anggaran pendidikan tahun 2015 yang sekitar Rp 390,3 triliun. Dengan anggaran pendidikan yang meningkat, diharapkan tidak ada lagi anak Indonesia yang tertinggal.
Kemampuan dasar anak Indonesia harus terus dibangun sejak dari pendidikan usia dini dan pendidikan dasar. Terutama, untuk meningkatkan kemampuan literasi, matematika, dan sains, sehingga menjadi pijakan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, pemerintah merancang pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri. Pemerintah, menurut Presiden Jokowi, juga berniat memberi jalan lahirnya calon-calon pemikir, penemu, dan entrepreneur di masa depan.
Kebijakan peningkatkan kualitas SDM akan ditekankan pada peningkatan kualitas guru, mulai dari segi penyaringannya, pendidikan keguruan, hingga pengembangan metode pengajaran yang tepat dengan memanfaatkan teknologi. Pendek kata, guru pun akan terus dididik.
Pada pendidikan dasar dan menengah, pemerintah melanjutkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada 54,6 juta siswa pada 2020. Program Indonesia Pintar (PIP) akan dilanjutkan dan bakal 20,1 juta siswa. Setelah pemenuhan wajib belajar 12 tahun, pemerintah akan memberikan akses lebih luas kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi. “Hanya lewat pendidikan yang lebih baik kita dapat memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi,” kata Presiden.
Maka pada 2020 Pemerintah akan memperluas sasaran penerima bantuan beasiswa pendidikan tinggi ke-818 ribu mahasiswa yang yang memiliki prestasi akademik melalui Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-Kuliah) dan Program Bidikmisi. Beasiswa KIP-Kuliah ini juga diberikan untuk pendidikan vokasional dan politeknik, serta pendidikan sarjana pada program studi sains dan teknologi.
Untuk meningkatkan akses keterampilan bagi anak-anak muda pencari kerja dan mereka yang berniat berganti pekerjaan, pada 2020 pemerintah akan menginisiasi program kartu Pra-Kerja. Mereka bisa memilih jenis kursus yang diinginkan, antara lain coding, data analytics, desain grafis, akuntansi, bahasa asing, barista, agrobisnis, hingga operator alat berat.
SDM unggul bisa diharapkan memberi jawaban cepat atas kesulitan kesulitan yang dihadapi bangsanya, agar krisis menjadi peluang dan kesulitan menjadii kekuatan. (P-1)