Indonesia.go.id - Tak Tembus Oleh Hujan Tak Retak Oleh Beban

Tak Tembus Oleh Hujan Tak Retak Oleh Beban

  • Administrator
  • Jumat, 23 Agustus 2019 | 02:51 WIB
JALAN ASPAL-KARET
  Preservasi Ruas Jalan Ajibarang-Banjarnegara Gunakan Aspal Karet. Foto: Dok. PUPR

Campuran karet pada adonan aspal membuat jalan tak mudah melesak oleh roda. Tapi,  karet bisa melapuk oleh sengatan ultraviolet matahari. Penggunaan karet massal akan menolong petani,

Program pemakaian karet alam sebagai campuran aspal terus berlanjut. Kali ini giliran ruas jalan sepanjang 63 km dari Ajibarang ke Banyumas, Klampok hingga Banjarnegara, Jawa Tengah. Di situ, adonan aspal bercampur karet digunakan sebagai pelapis di bagian atas, setelah  dilakukan penambalan jalan berlubang dan  pengerasan disana sini. Diharapkan pada Desember nanti, ruas jalan ini akan kembali mulus dan siap menyambut arus mudik Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.

Pemanfaatan karet sebagai campuran aspal itu sempat menjadi janji Presiden Joko Widodo pada rangkaian kampanye pemilihan presdien (Pilpres) 2019. Dalam  silaturahmi dengan petani karet di Musi Banyuasin, Sumatera  Selatan, Maret silam, Presiden Jokowi mengemukakan  tekadnya  memanfaatkan karet yang melimpah sebagai material pada pembangunan jalan.

Saat ini, dengan luas kebun lebih dari 3 juta ha, produksi karet alam nasional mencapai 3,2 juta ton per tahun. Dalam kondisi normal, sekitar 80 persen karet diekspor. Namun, dengan lesunya pasar global, ekspor menyusut, pasar lokal kelebihan pasokan, dan harga karet pun terpelanting ke level Rp. 5.000 per kg. Tidak heran bila sejak beberapa tahun belakangan, indeks nilai tukar petani karet merosot hingga di bawah 95%.

Dalam situasi inilah Presiden Jokowi menjanjikan, pemerintah akan ikut menyerap karet rakyat yang antara lain melalui program pemakaian karet untuk toping-up jalan. Tugas khusus ini pun disematkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Bagi  Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, penggunaan karet untuk campuran aspal (bitumen) bukan urusan yang terlalu rumit. Kementerian PUPR telah mengujicobanya setidaknya sejak 10 tahun lalu, baik langsung di jalan maupun di lab Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan). Badan Litbang PUPR itu  masih terus mencoba mengembangkan adonan terbaik, yakni dengan karet alam cair (lateks), karet alam padat (masterbatch), atau serbuk alam teraktivasi (Askat).

Secara umum, karet memberikan penguatan kepada struktur aspal. “Aspal karet memiliki tingkat perkerasan lebih baik, tak mudah meninggalkan jejak roda pada saat aspal basah, dan daya tahan lebih tinggi dibanding aspal biasa,” demikian Menteri Basuki sering mengulang penjelasannya di berbagai kesempatan. Lebih jauh, menurut Basuki, karet memberi kelenturan sehingga  jalan tak mudah melesak ketika menahan beban kendaraan yang berlalu lalang.

Untuk melapisi ruas jalan Ajibarang-Banyumas-Klampok-Banjarnegara itu diperlukan 2.542 ton aspal karet. Dengan kandungan karet 7 persen,  ruas jalan itu memerlukan 178 ton karet. Seperti biasanya, Kementerian PUPR membeli karet  rakyat dengan harga setidaknya Rp. 8.500 per  kg, jauh di atas harga bitumen yang “hanya” sekitar Rp. 1.100 per kg. Tak heran bila, harga adonan aspal-karet itu pun 10-15 persen di atas  harga aspal konvensional.

Tahun 2019 ini, pemerintah menargetkan pembelian bahan olahan karet (Bokar) sebanyak 2.504 ton. Bokar ini akan diolah menjadi bahan aspal karet sebesar 17.889 ton. Di Jambi, Kementerian PUPR berencana membeli 835 ton karet petani dengan harga Rp. 8500 per kg, Toh, realisasinya harganya Rp 9.000 per kg.

Di Provinsi Sumatera Selatan, Basuki Hadimulyono menargetkan pengadaan sebanyak 1.096 ton dari 13.300 petani dengan harga Rp 8.500/kg. Namun, dalam realisasinya, harga  berkisar antara Rp 7.700 - Rp 11.100 per kg. Begitu halnya di Lampung, harganya sudah bergerak di antara Rp.  9.000 – Rp. 11.000 per kg. Basuki percaya, meski masih kecil, kedepan penggunaan karet untuk adonan aspal itu akan ikut memperbaiki harga karet di tingkat petani.

Penggunaan aspal langsung di Jalan raya setidaknya sudah dimulai sejak  2017, seperti pada ruas Karawang – Cikampek, Ciawi – Sukabumi (keduanya di Jawa Barat) atau  Muara Beliti – Tebing Tinggi – Lahat (Sumsel). Seperti sering dikatakan oleh Menteri Basuki Hadimulyono, jalan aspal karet itu, dengan sifatnya yang keras tapi lentur, membuatnya tidak mudah retak sekaligus kedap terdapat air hujan.

Kondisi retak dan basah itu yang biasa membuat aspal (bitumen)  jalan cepat hancur oleh proses oksidasi dan pelarutan, Tak Cuma sampai di situ, air pun akan menggerus lapisan pengeras yang terdiri dari pecahan batu dan pasir, Karet menutupi kelemahan itu.

Hanya saja, karet juga punya kelemahan sendiri. Sengatan radiasi ultraviolet dari matahari dapat membuat karet melapuk setelah 18 bulan. Gejala ini utamanya terjadi pada jalan yang memakai adonan aspal dengan karet  cair (lateks) yangg belum divulkanisasi. Pada campuran karet padat dan serbuk relatif lebih ringan.

Aspek ini kini menjadi pekerjaan rumah bersama (PR) yang dikerjakan Kementerian PUPR dan Kementerian Perindustrian. Bila ditemukkan penangkalnya, tidak mustahil bbahan olahan karet (bokar) untuk campuran aspal itu bisa jadi komoditas ekspor baru. (P-1)