Pernahkah Anda mendengar sungai Kayan? Bisa jadi Anda jarang mendengarnya. Benar Sungai Kayan adalah salah satu sungai besar yang berada di Indonesia, tepatnya berada di Provinsi Kalimantan Utara.
Sebagai informasi, Sungai Kayan berhulu di Gunung Ukeng dan bermuara di Laut Sulawesi. Panjang sungai itu mencapai 576 Km. Daerah aliran sungai Kayan memiliki luas 36.993,71 kilometer persegi.
Panjangnya aliran sungai itu lebih dari ketika melakukan perjalanan melalui darat Jakarta hingga Semarang, atau tepatnya panjang aliran sungai itu mencapai 576 km dan melintasi dua kabupaten, yakni Malinau dan Bulungan, Kaltara.
Dan, dalam waktu dekat, Provinsi Kaltara akan tercatat dalam sejarah sebagai lokasi pembangkit berbasiskan tenaga air (hidro) terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pembangkit itu bernama PLTA Hydropower 1-5 Sungai Kayan
Benar, meskipun terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan Dam Pembangkit Son La berkapasitas 2.400 MW, yang berlokasi di Sungai Da, 340 Km sebelah barat Hanoi, Vietnam, Pembangkit Hydropower Sungai Kayan memiliki kapasitas 9.000 MW. Pembangkit ini juga akan menjatuhkan rekor PLTA Cirata sebagai yang terbesar di Indonesia.
Rencana pembangunan PLTA Hydropower Sungai Kayan merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk terus memperbesar bauran energinya, termasuk dari energi berbasis air.
Hingga Mei 2019, persentase pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang beroperasi mencapai 7,61%. Sisanya, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) 9%, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 6%, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 5%, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) 5%, dan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) 0,04%.
Beroperasi 2024
Berkaitan dengan proyek PLTA Hydropower 1-5 di Sungai Kayan berkapasitas 9.000 MW, menurut rencana akan dibangun tahun ini dan diharapkan tuntas dan beroperasi pada 2024.
PLTA itu nantinya terdiri dari lima unit dengan nilai investasi beragam. Rentang biaya pembangunannya USD2,3-2,7 juta per MW. Total kapasitas PLTA ini adalah 9.000 MW yang artinya secara keseluruhan menelan biaya USD20,7 miliar-USD24,3 miliar. Mengacu kurs Rp14.000/USD, investasinya yaitu Rp289,8 triliun-Rp 340,2 triliun.
"(Investasinya) USD2,3-USD2,7 juta per MW. Kenapa tinggi? Karena akses ke lokasi butuh ekstra, termasuk jadi cost tersebut," kata Direktur Operasi PT Kayan Hydro Energy Co. Ltd Khaerony dalam satu konprensi pers di JW Marriott, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Proyek ini didanai oleh Powerchina. Powerchina telah menandatangani Perjanjian Pengembangan Bersama untuk PLTA Hydropower 1-5 di Sungai Kayan. Pada 13 April 2019, Powerchina, bersama dengan PT Indonesia Kayan Hydropower Energy Co. Ltd., telah menandatangani perjanjian pengembangan bersama untuk PLTA Hydropower 1-5 di Kayan River di Indonesia.
"Investasinya itu investor kita dari Powerchina dengan Central Asia Capital Ltd. Itu investor kita. Kurang lebih joint venture. Kayan mayoritas dari investor yang ada," tambahnya.
PLTA ini akan dimanfaatkan untuk melistriki Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, serta untuk menambah ketahanan energi nasional.
Selain PLTA Hydro Sungai Kayan, di provinsi yang sama juga akan dibangun PLTA Mentarang, Kaltara. Proyek ini ini yang direncanakan dibangun pada tahun depan itu dengan masa pembangunan 5-6 tahun.
PLTA itu merupakan proyek kerja sama perusahaan dua negara, Sarawak Energy (Malaysia) dan PT Inalum (Persero), Indonesia. Kapasitas yang bakal dibangun adalah 1.350 megawatt (MW).
Seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, PLTA Mentarang di Kaltara nilai proyeknya mencapai USD2 miliar atau setara Rp28 triliun (kurs Rp 14.000/USD).
"Ya ini saya minta semua (persiapan) harus selesai tahun ini, harus bisa konstruksi dalam satu tahun ke depan. Itu kira-kira USD2 miliar," kata Luhut seusai rapat koordinasi (rakor) pagi ini dengan direksi PT PLN (Persero) dan pejabat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kantornya, Jumat (26/7/2019).
Menurut rencana, PLTA ini akan dimanfaatkan untuk melistriki Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, serta untuk menambah ketahanan energi nasional.
"Ini khusus pengembangan PLTA yang di Kaltara ini, khusus untuk melistriki KIPI, kawasan industri tadi itu, dan untuk Indonesia, untuk ketahanan energi bagus," tambahnya. (F-1)