Spice and Rice Festival turut mempromosikan kekayaan rempah dan beras Nusantara agar menggerakkan komunitas masyarakat dan pelaku usaha kecil Indonesia.
Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali dimeriahkan oleh ajang promosi kekayaan budaya dan kuliner Indonesia. Yayasan Negeri Rempah bersama Yayasan Taut Seni menggelar Spice and Rice Festival pada 11--16 November 2022 di Bali Collection, ITDC, Nusa Dua, Bali.
Kawasan Bali Collection akan 'disulap' menjadi Pasar Jalur Rempah. Selama enam hari kegiatan Spice and Rice Festival akan digelar jamuan negeri rempah (tradisi makan bersama khas Indonesia) dan hidangan rempah (tradisi kuliner daerah-daerah penghasil rempah dan beras).
Jamuan makan yang menghadirkan sensasi tradisi makan bersama dari beberapa daerah di Indonesia diisi dengan megibung (Bali), bajamba (Minangkabau), bedulang (Belitung), botram (Jawa Barat), tumpengan (Jawa), rimo-rimo (Maluku Utara), serta tradisi makan bersama dari Bone (Sulawesi Selatan).
Selain jamuan makan bersama khas Indonesia, akan hadir pula hidangan rempah asal India dan Timur Tengah yang menunjukkan jejak keterhubungan budaya yang terbentuk dari jalur rempah dari masa ke masa.
Festival ini juga akan menghadirkan warung jamu, pasar makanan (food fair), serta kedai Lisoi yang mengangkat aneka minuman fermentasi lokal, seperti tuak dan arak, serta produk fermentasi lainnya termasuk kretek.
Jaringan komunitas pelaku UKM turut pula menghangatkan suasana secara gotong royong melalui pasarempah tumpah (pasar produk pangan/nonpangan dan makanan/minuman siap saji yang berkaitan dengan tradisi/budaya dari daerah penghasil beras dan rempah), toko kelontong (toko aneka produk titipan para pelaku usaha kecil yang berasal dari luar Bali), hingga workshop singkat yang memperkenalkan beragam produk budaya dari rempah dan beras.
Festival ini merupakan side event forum pertemuan antarkepala negara G20 di Nusa Dua, Bali, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM). Agenda ini juga diusung dalam rangka mendukung pengajuan “Jalur Rempah” sebagai warisan dunia (world heritage) ke UNESCO,
Selaras dengan tema side event G20 yaitu “Local Wisdom for Global Sustainability”, Spice and Rice Festival turut mempromosikan kekayaan rempah dan beras Nusantara agar menggerakkan komunitas masyarakat dan pelaku usaha kecil Indonesia. Sekaligus untuk meningkatkan peluang kemajuan ekonomi rakyat.
Bagi masyarakat Indonesia rempah bukan sekadar bumbu penambah cita rasa makanan, tapi juga merupakan bahan utama obat-obatan. Tak pelak, beras dan rempah menjadi komoditas penting yang menjadi mata perdagangan Nusantara dari masa ke masa. Apalagi, dua warisan alam dan budaya Indonesia yaitu rempah dan beras yang telah diakui dunia.
“Kami ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang layak dikontribusikan bagi dunia untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik, serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan yang inklusif, berkesetaraan dan berkeadilan bagi semua,” ujar Ketua Yayasan Negeri Rempah Kumoratih Kushardjanto, Senin (31/10/2022).
Andar Manik dari Yayasan Taut Seni menambahkan, nilai-nilai yang direpresentasikan melalui produk-produk pilihan yang dipamerkan dalam kegiatan ini tidak terbatas pada pangan saja. Ada pula beragam ekspresi budaya seperti kesenian yang lahir dari tradisi daerah-daerah penghasil beras dan rempah, baik di pesisir maupun pedalaman.
Untuk mendukung KTT G20, KemenkopUKM tidak hanya menggelar festival rempah dan beras. Acara tersebut merupakan salah satu bagian dari side event G20 2022 yang mengusung tema Future SME Village: Local Wisdom for Global Sustainability.
“Acara ini diikuti kurang lebih 20 peserta dari kementerian/lembaga, asosiasi, dan swasta. Gelaran ini bertujuan untuk memperkenalkan produk lokal Nusantara ke mata dunia,” kata Deputi Bidang UKM KemenkopUKM Hanung Harimba Rahman.
Future SME Village di Bali Collection, Nusa Dua, dijadikan pusat bagi para delegasi G20 untuk berkumpul dan berinteraksi, serta menikmati kekayaan cipta karya terbaik Nusantara. Di Future SME Village para delegasi dapat menikmati Future Mobility, Future Craft, Future Fashion, Future Food, dan Future Wellness, serta berbagai penampilan seni tradisional dan kontemporer serta arsitektur berbahan bambu selama pelaksanaan Future SME Village.
Salah satunya, KemenkopUKM bersama Yayasan Bambu Lestari akan menggelar dua kegiatan, yakni perkenalan kekayaan karya cipta budaya Nusantara, hingga mempresentasikan pencapaian inovasi berbasis bambu yang lahir lewat prinsip kelestarian lingkungan.
Kedua agenda itu dilancarkan guna menarik dukungan yang lebih besar bagi pengembangan bambu berbasis desa, pembangunan rendah karbon, circular and restoration economy, serta green mobility dan green investment.
“Salah satu implementasinya ialah Spedagi 'GoRo' G20, yakni sepeda bambu bagi para negara G20 yang diciptakan melalui prinsip budaya Indonesia, yakni Gotong Royong (GoRo),” tukas Hanung.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari