Borobudur, InfoPublik - Setiap daerah di Indonesia punya tradisinya masing-masing. Tradisi adalah sebuah kebudayaan yang selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan itu bisa beragam, mulai dari yang berkaitan dengan kebiasaan, adat istiadat, hingga berhubungan dengan keagamaan.
“Tradisi akan terus berjalan jika tetap dilestarikan dengan cara terus melakukannya. Namun, jika hal tersebut tidak dilakukan lagi, maka tradisi tersebut akan menghilang dengan sendirinya,” ujar Slamet Riyono, Masyarakat Desa Giringtengah Borobudur, saat ditemui InfoPublik dalam acara Lokakarya Budaya dan Dolanan sebagai bagian dari rangkaian pertemuan Presidensi G20 Bidang kebudayaan, di Ringin Putih, Jawa Tengah, Selasa (13/9/2022).
Lanjutnya, seperti upacara tedak siten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia 7 bulan. “Upacara itu juga dikenal dengan nama upacara turun tanah karena bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak. Upacara ini dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak,” paparnya.
Ia juga mengatakan, tradisi tedak siten selalu dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-boro, dan lain sebagainya.
Oya, masyarakat dari Desa Bumiharjo, menyampaikan, upacara tingkeban, upacara ini juga disebut dengan nama upacara mitoni. Upacara tingkeban adalah upacara yang dilakukan usia kandungan baru berusia tujuh bulan.
“Banyak masyrakat mengenal tradisi ini dengan nama tradisi “nujuh bulan”. Tradisi itu dilakukan dengan cara memandikan, lalu kemudian membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang bayi,” katanya.
Sambung Oya, pada saat memandikan, akan ada cara pengguyuran yang harus dilakukan oleh tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.
Foto: Agus Siswanto Infopublik