Begitu juga dengan keragaman budaya, karya seni di Indonesia. Ratusan suku bangsa yang mendiami 17 ribu pulau di Indonesia sangatlah kaya dengan adat istiadat, tradisi hingga pakaian yang digunakan.
Kita mengenal kain songket, atau beragam tenunan khas. Kain ini dipakai dalam beragam acara adat, mulai dari pernikahan, hingga menyambut tamu atau upacara adat.
Dari beragam kain tenun Indonesia, di Indonesia Timur, yaitu Nusa Tenggara Timur, ada satu pulau yang menghasilkan kain tenun nan indah. Pulau Tersebut adalah Pulau Sumba yang dikenal dengan Kain Sumba.
Berdasarkan penelusuran, Kain Sumba ini pembuatannya membutuhkan waktu lama. Sehelai atau selembar kain Sumba pembuatannya bisa mencapai lebih dari enam bulan atau setengah tahun. Bahkan ada yang pembuatannya mencapai tiga tahun. Fantastis!
Sebuah waktu yang tidak singkat. Mengapa pembuatan Kain Sumba atau Tenun Sumba ini sangat lama hingga mencapai tiga tahun?
Pembuatan kain bisa makan waktu 6 bulan hingga 3 tahun karena selain menenun dan membuat motif, ada sebiah tahapan dimana kain harus diangin-anginkan selama sebulan sebelum dicelup dalam minyak kemiri.
Tahapan lain dalam pembuatan kain Sumba ini sda juga yang menguji kesabaran seperti menyimpannya dalam keranjang tertutup untuk mematangkan warnanya. Dalam tahap ini kain itu dibiarkan tidur, seperti kita menidurkan anak. Dalam proses ini penenun membiarkan alam ikut campur agar kain menjadi lebih indah.
Oh iya, Kain Sumba ini pewarnaanya masih menggunakan pewarna alami, dan bukanlah pewarna buatan seperti bahan kain pabrik.
Untuk membentuk motifnya, benang-benang tenun Sumba ini diikat menggunakan daun gewang, yakni semacam daun palem, agar warna pada motif berbeda dengan warna dasar.
Sedangkan untuk pewarnaan, penenun kebanyakan memakai akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah, biru dari nila, cokelat dari lumpur, dan kuning dari kayu..
Setiap penenun memiliki resep khusus untuk pewarnaan ini. Mereka merahasiakannya karena itu merupakan ciri dan keunikan dari kain yang dihasilkan.
Keren bukan?
Tenun Sumba ini juga memiliki motif yang berbeda-beda dan memiliki maknanya tersendiri, selain warna. Motif kuda misalnya, menggambarkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan karena kuda adalah simbol harga diri bagi masyarakat Sumba.
Sedangkan motif buaya atau naga menggambarkan kekuatan dan kekuasaan raja, motif ayam melambangkan kehidupan wanita dan motif burung, umumnya kakatua, melambangkan persatuan. Selain itu, pada kain-kain yang kuno dijumpai pula motif mahang atau singa, rusa, udang, kura-kura, dan hewan lain.
Pengerjaan kain Sumba ini, dilakukan oleh gadis dan ibu-ibu di Sumba.
Pengerjaannya juga dengan sabar dan penuh cinta, sehingga helai demi helai benang itu diberi ruh dan menjadi kain tenun indah. Hasil penjualannya kemudian dipakai untuk menghidupi keluarga.
Bahkan, semenjak dari anak-anak berusia 8-10 tahun, para penenun ini sudah diajarkan untuk menghasilkan karya yang indah ini. (K-TB)